OVERLORD
Vol. 1 – Prolog
Penerjemah : Yakup Purnomo
Editor : S
Sambil
menghadap seorang gadis kecil dan adik perempuannya, seorang ksatria
berzirah mengacungkan pedangnya.
Dengan
menaruh belaskasihan adalah dengan mengambil nyawa orang dalam sekali
serang. Disinari oleh cahaya matahari, pedang yang dia angkat tampak
berkilauan tinggi di udara.
Sang
gadis menutup kedua matanya dan menggigit bibir bawahnya. Ekspresi
wajahnya menunjukan bahwa dirinya tidak pernah menginginkan situasi
ini. Ia hanya menerimanya karena tidak ada hal lain yang bisa ia
lakukan. Jika gadis itu memiliki suatu kekuatan tertentu, ia akan
menggunakannya pada orang yang berada di hadapannya dan melarikan
diri.
Tapi—gadis
itu tidak memiliki kekuatan seperti itu.
Maka
dari itu, hanya ada satu kesimpulan.
Gadis
itu pasti akan binasa disini.
Pedang
diayunkan kebawah—
—Namun
gadis itu tidak sedikitpun merasa sakit.
Gadis
itu membuka kedua matanya yang tertutup rapat.
Hal
pertama yang gadis itu lihat di dalam dunianya adalah, pedang yang
berhenti bergerak di tengah-tengah ayunannya.
Hal
berikutnya yang masuk ke dalam pandangan matanya adalah ksatria yang
mengayunkan pedang tersebut.
Dia
berhenti bergerak, seolah-olah seluruh tubuhnya tengah dikemas dalam
bongkahan es raksasa. Perhatian ksatria itu sudah tidak lagi mengarah
kepada gadis tersebut. Ketidakberdayaan sang ksatria tersebut, dengan
jelas mengungkapkan keterkejutan yang bergejolak di dalam hatinya.
Seakan
dipimpin oleh tatapan sang ksatria, sang gadis juga memalingkan
wajahnya menuju arah yang sama.
Lalu...
ia melihat keputusasaan.
Ada
kegelapan disana.
Kegelapan
murni dengan ukuran setipis kertas, namun memiliki kedalaman yang tak
terduga. Kegelapan itu muncul dari dalam tanah dengan bentuk oval
dengan bagian bawahnya yang terpotong. Adegan yang membangkitkan
suasana mistis dengan ketakutan yang tidak bisa terlukiskan.
Sebuah
pintu?
Itulah
yang dipikirkan gadis itu setelah ia melihatnya..
Lalu setelah jantungnya berdetak sekali lagi, pikirannya terbukti benar.
*Drippp*
Ada
sesuatu yang muncul dari dalam kegelapan.
Di
saat ia menyadari apa itu —
"Hiii!"
—Gadis
itu mengeluarkan jeritan tajam.
Sebuah
eksistensi yang tidak mampu di atasi oleh makhluk hidup apapun.
Bola
merah bergoyang seperti bara api keruh di dalam lubang kosong yang
berada di tengkorak kepala berwarna putih. Di saat kedua bola merah
tersebut memandang kepada kedua gadis yang terpaku, mereka merasa
seakan kedua bola merah itu tengah memandang mangsanya dengan dingin.
Di tangannya, yang tidak memiliki daging dan kulit, adalah tongkat
yang tampak suci, namun juga menakutkan, dengan keindahan yang
istimewa.
Seakan
makhluk yang muncul tersebut adalah Kematian itu sendiri, terbungkus
dalam hiasan jubah berwarna hitam pekat, lahir ke dunia ini dengan
membawa kegelapan dari dunia lain.
Udara
membeku dalam sekejap mata.
Seolah-olah
waktu telah membeku dihadapan makhluk yang absolut tersebut.
Gadis
itu sampai lupa untuk bernapas, seakan jiwanya telah dicabut dengan
paksa dari raganya.
Dalam
situasi ini, di mana bahkan kesadaran waktu pun tampaknya telah
lenyap, gadis itu mulai bernapas dan bernapas dengan cepat,
seolah-olah dia sudah kehabisan napas.
—Malaikat
Maut telah datang dari dunia lain untuk mencabut nyawaku.
Itulah
yang dipikirkan oleh gadis itu, tapi tak lama setelahnya, ia merasa
ada sesuatu yang salah. Ksatria yang mengejar mereka juga ikut
berhenti bergerak.
"Urghh..."
Suara
erangan yang begitu kecil terdengar di telinga mereka.
Erangan
siapa itu? Rasanya bisa saja erangan itu berasal dari dirinya
sendiri, dan bisa juga berasal dari adik perempuannya yang sedang
gemetaran, atau mungkin dari sang ksatria yang tengah mengangkat
pedangnya di hadapan matanya.
Dengan
amat sangat perlahan, jari-jarinya, yang hanya memiliki tulang saja,
tanpa dibalut oleh daging, diulurkan dan menunjuk ke arah sesuatu--
bukan pada gadis itu, namun pada sang ksatria, seakan ingin mengambil
sesuatu.
Ia
ingin berhenti melihat, tapi ia terlalu takut untuk melakukannya. Ia
merasa kalau dirinya akan menyaksikan sesuatu yang jauh lebih
menakutkan jika ia memalingkan pandangannya.
<—Grasp
Heart>
Inkarnasi
kematian itu membuat gerakan menggenggam, dan bunyi benturan logam
yang keras terdengar tepat di samping gadis itu.
Gadis
itu merasa takut untuk memalingkan pandangannya dari sang Kematian,
tapi didorong oleh sedikit rasa keingintahuan yang ada di dalam
hatinya, ia menggerakan sorot matanya dan melihat sang ksatria tengah
berbaring di tanah. Dia tidak lagi bergerak.
Dia
mati.
Benar,
mati.
Krisis
yang mengancam jiwa yang terus menghampiri sang gadis dan adiknya itu
menghilang begitu saja, seolah-olah itu semua hanyalah lelucon.
Namun, ia tidak bisa bergembira, karena sang Kematian telah mengubah
bentuknya menjadi sesuatu yang tampak lebih jelas.
Menerima
tatapan ketakutan dari sang gadis, sang Kematian itu bergerak menuju
gadis tersebut.
Kegelapan
yang tampak di tengah-tengah penglihatan sang gadis berubah menjadi
lebih besar.
—Kegelapan
itu akan menyelimuti diriku.
Memikirkan
itu, sang gadis memeluk adiknya erat-erat.
Di
dalam kepalanya, sama sekali tidak ada pemikiran untuk melarikan
diri.
Jika
lawannya adalah manusia, sang gadis mampu mengambil tindakan dengan
sedikit harapan. Tapi dia yang ada dihadapannya ini adalah eksistensi
yang mampu dengan mudah menghancurkan pemikiran seperti itu.
—Tolong,
setidaknya biarkan aku mati tanpa harus merasa sakit.
Satu-satunya
hal yang bisa ia lakukan hanyalah berdoa.
Sang
adik menempel di pinggangnya, tubuhnya gemetar ketakutan. Ia ingin
menyelamatkan adiknya, tapi ia tidak bisa. Ia hanya bisa menyesali
ketidakberdayaannya. Ia hanya bisa berdoa agar adiknya tidak akan
merasa begitu kesepian, karena dirinya akan ikut bersama adiknya.
Dan kemudian—.
lanjut gan .. akhirnya keluar juga ni LN .. moga engga ptus d tgh jalan kaya ark ya .. soalnya ngebet bgt pgn baca versi indonya biar rada ngerti alur ceritanya hehe .. semangat gan !!
BalasHapus