Saat
ini adalah tahun 2138 M, dan istilah DMMO-RPG bukan lagi hanya
menjadi istilah belaka, namun juga menjadi lebih umum.
Singkatan
dari <Dive
Massively Multiplayer Online Role Playing Game>,
itu menggambarkan sebuah permainan interaktif dimana orang dapat
bermain di dunia virtual seperti di kehidupan nyata, dengan
menghubungkan konsol khusus ke neuron nanointerface—sebuah jaringan
komputer nano intraserebral yang terdiri dari intisari cyber dan
teknologi nano.
Rasanya
seperti seolah-olah kamu dirimu benar-benar masuk ke dalam
permainannya.
Di
tengah-tengah segudang DMMO-RPG yang dikembangkan oleh berbagai
perusahaan, ada satu nama yang bersinar cemerlang.
Yggdrasil.
Itu
adalah sebuah game yang dirilis 12 tahun yang lalu pada tahun 2126
oleh developer ternama dari Jepang.
Tidak
peduli DMMO-RPG manapun yang dibandingkan dengannya, Yggdrasil adalah
permainan yang menawarkan tingkat kebebasan yang sangat tinggi bagi
para pemain.
Jumlah
kelas dan profesi yang membentuk dasar dari permainan tersebut dengan
mudah mencapai angka 2000, saat kamu menjumlahkan profesi biasa dan
profesi tingkat tinggi.
Semua
kelas memiliki level maksimal 15, artinya seorang pemain harus
memiliki setidaknya 7 kelas atau lebih untuk mencapai level 100, yang
merupakan batas level keseluruhan.
Ditambah
lagi, kamu dapat merasakan bermacam-macam profesi yang tersedia,
selama kamu mampu memenuhi kondisi yang diperlukan. Walaupun tidak
efisien, tapi kamu dapat mencapai level 100 hanya dengan meningkatkan
1 profesi, bila kamu menginginkannya.
Dengan
kata lain, itu adalah sebuah sistem yang mencegah adanya sebuah
karakter yang identik dengan karakter milik pemain lain, kecuali kamu
memang dengan sengaja mengaturnya seperti itu.
Tingkat
kebebasan yang ditawarkan juga diaplikasikan dalam tampilan visual.
Jika kamu menggunakan creator tool yang dijual terpisah, kamu dapat
mengubah penampilan senjata dan armor, interior data, visual
karakter, dan pengaturan mendetail dari rumah seoang pemain.
Apa
yang menunggu para pemain yang berpetualang di dalam dunia tersebut
adalah peta raksasa. Sembilan dunia yang terdiri dari Asgard,
Alfheim, Vanaheim, Nidavellir, Midgard, Jotunheim, Niflheim, Helheim,
dan Muspelheim.
Sebuah
dunia yang luas, kelas yang tak terhitung jumlahnya, dan tampilan
visual yang bisa disesuaikan.
Hal
tersebut memicu jiwa seniman milik para pemain Jepang, yang pada
akhirnya menyebabkan fenomena yang nantinya disebut 'visual
popularity'.
Dengan
ledakan popularitas tersebut di belakangnya, mereka telah mencapai
tingkat pengakuan dimana Yggdrasil dan DMMO-RPG dianggap satu dan
sama di Jepang.
—Sayangnya,
itu adalah cerita dari generasi masa lalu.
───────────────x───────────────
Sebuah
meja bundar yang megah, terbuat dari kilau batu obsidian, terletak di
tengah-tengah aula guild, dikelilingi oleh 41 kursi mewah.
Tapi
sebagian besar diantaranya kosong.
Saat
ini, hanya ada dua siluet yang terlihat di kursi-kursi yang pernah
diduduki oleh para anggota guild tersebut.
Satu
diantaranya mengenakan jubah akademik berwarna hitam legam yang
dihiasi dengan warna emas dan ungu di pinggirannya. Dekorasi di
lehernya tampak agak berlebihan, tapi anehnya, itu terasa pas.
Namun,
kepala yang seharusnya berada di atas kerah jubah yang mewah itu
hanya berwujud tengkorak, tanpa kulit dan daging. Ada cahaya berwarna
merah gelap di dalam rongga mata yang kosong, dan ada benda berbentuk
lingkaran gelap yang berkilauan di belakang kepalanya.
Satunya
lagi, yang duduk di kursi lain, juga bukan manusia. Tubuhnya terbuat
dari gumpalan lendir berwarna hitam. Permukaan tubuhnya mengingatkan
orang pada aspal batubara, selalu bergerak dan tidak pernah
mempertahankan bentuknya, walaupun hanya untuk sedetik.
Individu
yang pertama adalah seorang Overlord yang tergabung dalam barisan
individu pemilik peringkat tertinggi, bahkan di antara para Elder
Lich— Magic Caster yang telah berubah menjadi mayat hidup dalam
usaha mereka untuk mendapatkan sihir terkuat. Individu yang kedua
adalah Elder Black Ooze, sebuah ras dengan kemampuan asam yang
tinggi, yang kekuatannya mendekati monster tipe Slime yang paling
kuat.
Namun,
mereka bukanlah monster.
Mereka
adalah karakter pemain.
Ras
yang bisa dipilih di Yggdrasil dibagi ke dalam 3 kategori yang
berbeda, yaitu: klasik, ras humanoid seperti manusia, dwarf dan elf;
ras demi-human dengan penampilan mengerikan seperti goblin, orc, dan
ogre, disukai karena kekuatan fisik mereka; dan ras heteromorphic
yang memiliki kemampuan monster dan status yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan ras lain, namun memiliki batasan dalam berbagai
aspek. Jika kamu menghitung semua ras yang tersedia, termasuk yang
memiliki tingkatan tinggi dari tiga tipe di atas, jumlah semua ras
mampu mencapai angka 700.
Tentu
saja, Overlord dan Elder Black Ooze ini adalah salah satu ras
heteromorphic tingkat tinggi yang bisa dipilih oleh seorang pemain.
Diantara
kedua orang ini, sang Overlord berbicara tanpa menggerakan mulutnya.
Walaupun memiliki gelar sebagai DMMO-RPG terbaik dari generasi
sebelumnya, secara teknis, tetap mustahil untuk mengubah ekspresi
wajah karakter saat sedang berbicara.
"Wow,
sudah lama sekali ya, 'Meromero'-sama. Walaupun ini adalah hari
terakhir Yggdrasil, sejujurnya aku tidak mengira kalau akan ada orang
yang benar-benar akan datang kemari."
"Benar.
Sudah begitu lama kita tidak berjumpa, 'Momonga'-sama."
Elder
Black Ooze menjawab dengan suara laki-laki dewasa, namun bila
dibandingkan dengan suara sang Overlord, tidak ada sedikitpun
tanda-tanda dari apa yang bisa disebut sebagai semangat atau
kegembiraan.
"Ini
adalah pertama kalinya kita bertemu sejak kamu pindah kerja di
kehidupan nyata, sudah berapa lama kita tidak bertemu? ... Kalau
tidak salah, sudah dua tahun ya?"
"Ah—
tampaknya itu benar. Wow~ sudah selama itu ya... Wah wah, kesadaran
akan waktu milikku sudah rusak karena belakangan ini aku terus
mengambil shift lembut di malam hari untuk setiap harinya."
"Bukannya
itu sangat berbahaya? Apa kamu baik-baik saja?"
"Secara
fisik? Benar-benar hancur. Memang tidak terlalu parah sampai-sampai
aku harus mengunjungi dokter, tapi aku sudah berada di ambang kondisi
seperti itu. Aku benar-benar ingin melarikan diri. Namun, aku harus
mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup, jadi aku harus bekerja
sekuat tenaga sambil dipecuti seperti seorang budak."
"Wow..."
Sang
Overlord—Momonga memiringkan kepalanya ke belakang dan membuat
gerakan jengkel.
"Itu
benar-benar tidak tertahankan."
Suara
Meromero yang terdengar muram, sarat dengan emosi dari kehidupan
nyata, melayang ke arah Momonga layaknya serangan lanjutan.
Keluhannya
dalam hal bekerja di kehidupan nyata semakin meningkat.
Kisah
tentang bawahan yang kurang ajar, rencana yang benar-benar berubah
dalam semalam, kritikan dari atasannya karena gagal memenuhi kuota,
lembur semalaman karena beban pekerjaan, peningkatan berat badan yang
tidak normal gara-gara rusaknya siklus tidur, meningkatnya jumlah
obat yang harus dikonsumsi semakin harinya.
Pada
akhirnya, percakapan tersebut hanya terjadi kepada satu sisi, saat
keluhan Meromero meledak seperti tanggul yang jebol.
Ada
banyak orang yang menghindari topik pembicaraan tentang kehidupan
nyata di dunia virtual. Perasaan seperti tidak ingin menyeret dunia
nyata ke dalam dunia virtual itu bisa dipahami.
Namun,
dua orang ini tidak memiliki pemikiran seperti itu.
Guild—
Sebuah tim yang dibentuk, diatur, dan dioperasikan oleh sekelompok
pemain— tempat mereka berasal, Ainz Ooal Gown, memiliki dua syarat
untuk bergabung ke dalamnya.
Pertama,
kamu harus memiliki kehidupan sosial. Kedua, karaktermu harus berasal
dari ras heteromorphic.
Karena
sifat yang dimiliki oleh guild tersebut, ada banyak kasus dimana
keluhan mengenai pekerjaan di kehidupan nyata menjadi topik
pembicaraan, dan hal itu mampu diterima oleh anggota guild. Bisa
dibilang, percakapan antara mereka berdua ini adalah pemandangan
sehari-hari di Ainz Ooal Gown.
Setelah
sejumlah waktu berlalu, kata-kata keluhan yang keluar dari mulut
Meromero berhenti terdengar.
"...Aku
minta maaf atas keluhanku yang tak ada habisnya. Aku tidak mendapat
banyak kesempatan untuk melampiaskan stress ku di dunia satunya."
Meromero
menggoyangkan apa yang tampak seperti kepalanya, seolah-olah dirinya
sedang membungkuk. Menanggapi hal ini, Momonga dengan cepat menjawab.
"Tidak
apa-apa, Meromero-sama. Aku yang telah memintamu untuk datang kemari,
sekalipun kamu tengah merasa lelah."
Dibandingkan
dengan sebelumnya, kini ada tawa kecil dan sedikit tanda-tanda
semangat yang terdengar dari ucapan Meromero.
"Terimakasih
banyak, Momonga-sama. Aku merasa bahagia bisa login kemari dan
bertemu denganmu."
"Aku
senang mendengarmu mengucapkan itu."
"...Tapi,
aku khawatir sudah waktunya bagiku untuk..."
Tentakel
Meromero bergerak di udara seperti sedang menyentuh sesuatu. Dia
sedang mengoperasikan konsolnya.
"Ah,
kamu benar. Ini sudah sangat larut."
"Aku
minta maaf, Momonga-sama."
Momonga
mendesah pelan untuk menyembunyikan emosi yang telah meningkat di
dalam hatinya.
"Aku
mengerti. Sungguh sangat disayangkan... Memang benar kata orang,
saat-saat yang menyenangkan berlalu dengan begitu cepat."
"Aku
benar-benar ingin menemanimu sampai akhir, tapi aku merasa sangat
lelah."
"Kamu
pasti kelelahan. Silahkan log out dan beristirahat lah yang nyaman."
"Aku
benar-benar minta maaf... Momon-, Guildmaster, apa yang akan kamu
lakukan?"
"Aku
berencana untuk tetap online sampai koneksiku terputus ketika layanan
game berakhir. Masih ada waktu... siapa tahu, mungkin akan ada
anggota guild lain yang muncul."
"Jadi
begitu... Terus terang, aku tidak mengira kalau ternyata tempat ini
masih ada."
Pada
saat semacam ini, Momonga benar-benar bersyukur bahwa Yggdrasil tidak
memiliki kemampuan untuk menunjukan ekspresi wajah. Karena jika
kemampuan seperti itu ada, orang yang melihat wajahnya, walaupun
hanya sekilas, pasti akan menyadari kemarahan yang tertanam di dalam
hatinya. Momonga menutup mulutnya untuk menahan emosinya yang
mendadak melonjak tinggi, karena emosi tersebut akan terungkap bila
ia bicara.
Dia
telah berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankan guild yang mereka
ciptakan bersama-sama, jadi wajar bagi dirinya untuk dilahap oleh
perasaan yang tak terlukiskan saat ia mendengar kata-kata seperti itu
diucapkan oleh salah satu dari rekan-rekannya. Namun, perasaan
tersebut dihilangkan oleh apa yang Meromero katakan selanjutnya.
"Sebagai
Guildmaster, kamu telah menjaga tempat ini agar kita bisa kembali
setiap saat. Terimakasih."
"...Kita
semua membangun tempat ini bersama-sama. Sudah menjadi tugas dari
guildmaster untuk menjaga dan mengawasinya, sehingga siapapun bisa
kembali kapan pun mereka mau!"
"Ini
semua berkat keberadaanmu, yang mampu membuat kita benar-benar
menikmati permainan ini ... Aku harap, pertemuan kita yang
selanjutnya akan terjadi di Yggdrasil II."
"Aku
belum pernah mendengar rumor tentang adanya sekuel... tapi aku sangat
berharap agar hal itu bisa terjadi."
"Mari
kita bertemu lagi bila momen tersebut tiba! Kalau begitu, aku
benar-benar merasa sangat mengantuk sekarang, jadi aku akan log
out... Aku merasa senang bisa bertemu denganmu sebelum ini semua
berakhir. Semoga permainanmu menyenangkan."
"..."
Untuk
beberapa saat, Momonga kehabisan kata-kata; namun, dia segera
mengucapkan kalimat terakhirnya.
"Aku
juga merasa senang berkat dirimu. Semoga permainanmu menyenangkan."
Emotikon
tersenyum muncul di atas kepala Meromero dengan berkilauan. Karena
tidak ada kemampuan untuk mengubah ekspresi wajah di Yggdrasil, para
pemain memanfaatkan emotikon untuk mengekspresikan emosi mereka.
Momonga mengoperasikan konsolnya dan memilih emotikon yang sama.
Lalu,
kata-kata terakhir Meromero terdengar.
"Mari
kita bertemu lagi di lain tempat."
—Orang
terakhir dari tiga anggota guild yang muncul hari ini, menghilang.
Menghapus
semua jejak pengunjung, kesunyian kembali menghantui aula guild.
Kesunyian yang tidak memiliki ingatan dan perasaan.
Melihat
kursi yang diduduki oleh Meromero beberapa detik yang lalu, Momonga
memuntahkan kata-kata yang hendak ia katakan di saat-saat terakhir.
"Walau
memang benar aku paham kalau kamu merasa lelah, karena hari ini
adalah hari terakhir dari permainan dan selagi kamu sudah berada
disini, memang tidak bisa apa kalau kamu tinggal sampai saat-saat
terakhir—?"
Tentu
saja, tidak ada balasan yang muncul. Meromero sudah logout ke
kehidupan nyata.
"Haah..."
Momonga
mendesah jauh di dalam lubuk hatinya.
Dia
tidak bisa memaksakan dirinya untuk mengatakan kalimat tersebut.
Fakta
bahwa Meromero seringkali merasa lelah tersebut bisa dengan jelas
dilihat dari suasana yang terpancar dari percakapan singkat mereka.
Tapi Meromero melihat email yang dia kirim dan muncul pada hari ini,
pada hari terakhir Yggdrasil. Hanya dengan fakta itu saja, Momonga
layak untuk bersyukur. Akan memalukan jadinya kalau dia mengkehendaki
hal yang lebih dari itu.
Momonga
menatap kursi yang baru saja diduduki oleh Meromero sampai beberapa
saat yang lalu, dan kemudian dia melihat ke sekelilingnya. Apa yang
dia lihat adalah 39 kursi yang pernah diduduki oleh rekan-rekannya
yang dulu. Setelah melihat area sekelilingnya dengan cepat, sekali
lagi kedua matanya kembali menatap ke kursi yang barusan ditinggalkan
oleh Meromero.
"Mari
kita bertemu lagi di lain tempat..."
Mari
kita bertemu lagi suatu saat nanti.
Sampai
jumpa.
Dia
telah mendengar ungkapan seperti itu dari waktu ke waktu. Tapi saat
dimana mereka menepati ucapan mereka itu nyaris tidak pernah terjadi.
Tidak
seorang pun kembali ke Yggdrasil.
"Sebenarnya
kapan dan dimana kita akan bertemu lagi..."
Kedua
pundak Momonga bergetar dengan hebat. Lalu perasaan sesungguhnya yang
telah ia simpan untuk waktu yang lama meledak.
"—
Jangan main-main denganku!"
Dengan
teriakan yang penuh dengan amarah, dia menggebrakkan kedua tangannya
pada meja. Menilai tindakan tersebut sebagai serangan, sistem
permainan menghitung berbagai variabel seperti damage tangan kosong
dari Momonga dan pertahanan yang dimiliki struktural meja, dan
menampilkan hasilnya di mana Momonga memberikan damage sebesar "0".
"Tempat
ini adalah Makam Besar Nazarick yang kita semua bangun bersama-sama!
Bagaimana bisa kalian semua dengan entengnya mengabaikan itu?!"
Apa
yang mengikuti kemarahan tersebut adalah kesedihan.
"...Tidak,
bukan itu. Mereka tidak mengabaikan Nazarick. Mereka hanya dihadapkan
dengan pilihan antara "realita" dan "fantasi".
Ah, itu tidak dapat dihindari, dan tidak ada pengkhianatan disini.
Mereka juga pasti merasa kesulitan saat menentukan pilihannya..."
Momonga
bergumam seakan berusaha meyakinkan dirinya dan berdiri dari tempat
duduknya. Dia berjalan menuju dinding yang diatasnya tergantung
sebuah tongkat.
Memiliki
motif lambang kedokteran milik seorang dewa dari Yunani, Hermes,
tongkat itu di lilit oleh ukiran berbentuk tujuh ular. Setiap mulut
ular menggigit sebuah batu permata dengan warna yang berbeda-beda.
Genggaman tongkat itu memiliki kualitas transparan seperti kristal,
dan memancarkan cahaya putih kebiruan.
Tongkat
yang memiliki kualitas tertinggi tersebut merupakan sebuah 'Guild
Weapon'
yang hanya bisa dimiliki sebanyak satu biji per guild, dan itu adalah
item yang bisa disebut sebagai simbol dari Ainz Ooal Gown.
Aslinya,
seorang guildmaster seharusnya membawa tongkat itu bersama mereka,
lalu mengapa tongkat itu malah digantung di atas dinding ruangan
sebagai hiasan?
Karena
tongkat itu adalah sebuah eksistensi yang melambangkan guild.
Kehancuran
sebuah Guild Weapon menandakan hancurnya sebuah guild. Itulah
sebabnya ada banyak kasus dimana Guild Weapon disimpan di tempat
paling aman, tanpa sempat menunjukkan kekuatan sebenarnya yang mereka
miliki. Bahkan guild terkemuka seperti Ainz Ooal Gown tidak termasuk
dalam pengecualian tersebut. Untuk itulah, tongkat itu tidak pernah
diserahkan kepada Momonga, walaupun tongkat itu memang dibuat khusus
untuk dirinya, dan berubah menjadi hiasan di dinding.
Momonga
mengulurkan tangannya untuk meraih tongkat itu, tapi dia menghentikan
gerakannya saat dia masih mencapai setengah jalan. Pada saat ini—
walaupun penutupan layanan Yggdrasil sudah sangat dekat, dia masih
merasa ragu untuk melakukan tindakan yang mampu memperburuk kenangan
indah yang ia ciptakan bersama rekan-rekannya.
Hari-hari
yang mereka habiskan bersama-sama untuk berulang kali melakukan
petualangan, agar mereka bisa membuat Guild Weapon.
Masa
lalu yang indah, dimana semua anggota guild dibagi menjadi beberapa
tim untuk mengumpulkan bahan-bahan Guild Weapon, layaknya
berkompetisi dengan satu sama lain, berdebat tentang penampilan
seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh Guild Weapon, dan sedikit
demi sedikit menggabungkan ide dan saran semua orang, dan pada
akhirnya mereka berhasil membuatnya.
Itu
adalah masa keemasan dari Ainz Ooal Gown — momen kejayaan mereka.
Ada
orang yang bersikeras untuk main walaupun tubuhnya benar-benar
kelelahan setelah bekerja non-stop. Bahkan ada orang yang main
setelah bertengkar hebat dengan istrinya karena dia mengabaikan waktu
bersama keluarganya. Ada juga orang yang sambil tertawa berkata kalau
dirinya mengambil cuti hanya untuk bermain.
Ada
saat di mana mereka menghabiskan sepanjang hari dengan mengobrol,
merasa senang mendengar percakapan-percakapan yang terjadi. Ada saat
di mana mereka merencanakan petualangan mereka dan menyapu
harta-harta yang tersembunyi di luar sana. Ada saat di mana mereka
meluncurkan serangan dan merebut kastil milik guild musuh. Ada saat
ketika mereka menghacurkan semua monster bos rahasia yang bisa mereka
temukan. Mereka menemukan sumber daya yang tak terhitung jumlahnya
yang belum pernah ditemukan oleh siapapun. Mereka telah menempatkan
berbagai monster di markas mereka dan membereskan para pemain yang
datang untuk menyerbu mereka.
Tapi
sekarang, tak ada satu orangpun.
37
dari 41 orang telah keluar dari guild, dan meskipun nama dari tiga
anggota lainnya masih tercatat dalam daftar anggota guild, Momonga
tidak bisa mengingat kapan terakhir kali mereka muncul, dengan
pengecualian hari ini.
Momonga
membuka konsol dan mengakses database, yang dia gunakan untuk melihat
peringkat guild. Pada suatu saat, mereka pernah berdiri di peringkat
9 dari total keseluruhan guild yang jumlahnya mencapai sedikit lebih
dari 800, tapi sekarang mereka telah turun ke peringkat 29. Namun,
itu tidak begitu buruk bila dibandingkan dengan saat mereka mencapai
titik terendah, yaitu peringkat 48.
Alasan
mengapa guild ini dapat mempertahankan peringkatnya bukanlah karena
eksploitasi Momonga, tapi berkat berbagai item yang ditinggalkan oleh
kawan lamanya —peninggalan masa lalu.
Walaupun
untuk sebagian besar, guild ini sudah hancur, ada saat di mana guild
ini bersinar dengan terang.
— Hasil
dari masa-masa tersebut.
Guild
Weapon mereka: Staff of Ainz Ooal Gown.
Momonga
tidak ingin menyeret senjata yang penuh dengan kenangan indah mereka
itu ke dalam era kehancuran yang kini tengah dialami oleh guild;
namun, ada perasaan yang bertentangan yang membara di dalam hatinya.
Selama
ini, Momonga telah menempatkan pentingnya suara mayoritas.
Walaupun
dia memiliki posisi guildmaster, yang sebenarnya dia lakukan adalah
beraneka macam pekerjaan seperti menghubungi orang-orang.
Itu
sebabnya, dengan tidak adanya seorang pun saat ini di sekitar
dirinya, sebuah pemikiran untuk menggunakan kekuasaannya sebagai
guildmaster, untuk pertama kalinya melintas di dalam pikirannya.
"Pakaian
ini tidak cukup keren."
Bergumam
sendiri, Momonga mulai mengoperasikan konsolnya untuk melengkapi
avatarnya dengan persenjataan yang cocok dengan posisinya sebagai
guildmaster yang terkemuka.
Equip
di Yggdrasil di kelompokan menurut ukuran data mereka. Semakin besar
datanya, semakin tinggi pula kelasnya. Dimulai dari urutan bawah,
adalah: Lesser, Minor, Medium, Major, Greater, Legacy, Relic, dan
Legendary. Namun saat ini, Momonga tengah mengenakan set equip
lengkap dengan kelas tertinggi — Divine.
Di
jari-jarinya yang tidak memiliki daging terpasang sembilan cincin,
yang masing-masingnya dipenuhi dengan kekuatan yang berbeda-beda.
Selain itu, kalung, sarung tangan, sepatu bot, jubah, dan ikat
kepalanya, semuanya memiliki kelas Divine. Masing-masing equip
tersebut memiliki harga yang luar biasa.
Jubah
indah tergantung dari pundaknya, dan aura bergelombang berwarna merah
gelap merayap naik dari bawah kakinya. Meskipun aura itu bergejolak
dan tampak menyeramkan, namun itu bukan berasal dari skill milik
Momonga. Dia hanya menanamkan efek 'chaotic aura' ke dalam jubah yang
ia kenakan, karena ada tempat tersisa dalam kapasitas data visualnya.
Aura tersebut sama sekali tidak berbahaya, sekalipun kamu
menyentuhnya..
Berbagai
ikon bermunculan di ujung pinggir penglihatan Momonga, yang
menandakan bahwa kemampuannya telah bertambah.
Setelah
mengganti equip dan mempersenjatai diri dari atas sampai ujung kaki,
Momonga mengangguk puas dengan equipnya yang cocok untuk digunakan
oleh seorang guildmaster. Lalu dia mengulurkan tangannya dan meraih
Staff of Ainz Ooal Gown.
Saat
dia memegang tongkat tersebut ditangannya, tongkat itu memuntahkan
pusaran aura berwarna merah gelap. Kadang-kadang aura tersebut
membentuk wajah manusia yang tampak kesakitan. Gambaran itu begitu
jelas, sampai-sampai rasanya kamu bisa mendengar jeritan kesakitan
mereka.
"...Detail
yang memuakan."
Tongkat
terkuat yang belum pernah ia pegang sekalipun semenjak tongkat
tersebut dibuat, akhirnya jatuh ke tangan pemilik aslinya, bersamaan
dengan segera berakhirnya layanan online Yggdrasil.
Saat
memeriksa ikon yang kembali menunjukkan peningkatan dramatis dalam
statusnya, dia juga sedikit merasa kesepian.
"Haruskah
kita segera pergi, wahai simbol dari guild kami? Tidak, bukan itu—
Mari kita pergi, wahai simbol guild kami."
***
Momonga
pergi meninggalkan ruangan bernama Meja Bundar.
Setiap
anggota guild yang mengenakan cincin guild akan secara otomatis masuk
ke dalam ruangan ini saat mereka login, kecuali bila mereka sedang
berada dalam kondisi tertentu. Jika ada anggota lain yang kembali,
mereka pasti akan muncul disini. Namun, Momonga sangat paham bahwa
anggota guild yang lain tidak akan lagi kembali kesini. Dalam
momen-momen akhir Makam Besar Nazarick, hanya Momonga yang tersisa.
Dengan
menekan perasaan yang bergejolak di dalam hatinya, Momonga berjalan
memasuki serambi yang luas. Tampak sebuah dunia yang megah dan
gemerlap, yang mengingatkan kita dengan kastil raksasa yang
terbungkus marmer.
Di
langit-langit yang tinggi, tampak lilin-lilin yang digantungkan
secara merata yang memancarkan cahaya yang lembut dan hangat. Lantai
mulus yang melapisi koridor memantulkan cahaya dari lilin-lilin di
atas, bersinar terang bak bintang-bintang di langit. Jika pintu yang
terpasang di sepanjang koridor dibuka, perabotan-perabotan mewah yang
terletak di dalam ruangan-ruangan itu pasti akan menarik banyak
perhatian.
Jika
pemain yang pernah mendengar nama Nazarick datang kemari, mereka
pasti akan merasa kagum saat mereka melihat pemandangan yang begitu
indah, berada ditempat yang terkenal akan keburukannya.
Bagaimanapun
juga, Makam Besar Nazarick pernah berhasil mengatasi aksi militer
terbesar dalam sejarah server Yggdrasil yang diorganisir oleh para
pemain. Aliansi yang terdiri dari 8 guild, afiliasinya, pemain
bayaran dan NPC bayaran, yang total jumlahnya mencapai 1500 orang,
hancur lebur saat mereka mencoba untuk menyerang tempat ini.
Peristiwa itu membuat Makam Besar Nazarick menjadi sebuah legenda.
Makam
Besar Nazarick dulunya hanya memiliki 6 lantai, namun kemudian
mengalami rekonstruksi besar-besaran setelah diduduki oleh Ainz Ooal
Gown. Kini Nazarick memiliki 10 lantai, masing-masing memiliki
karakteristik yang berbeda-beda.
Lantai
1 ~ 3 ─── Catacombs
Lantai
4 ─── Underground Lake
Lantai
5 ─── Glacier
Lantai
6 ─── Jungle
Lantai
7 ─── Underground Volcano
Lantai
8 ─── Wilderness
Lantai
9 ─── Royal Suite
Lantai
10 ─── Throne Room
Dua
lantai terakhir adalah markas dari Ainz Ooal Gown, salah satu dari 10
guild terbaik di Yggdrasil.
Langkah
kaki Momonga bergema di lorong Royal Suite, diikuti dengan ketukan
tongkat yang ia bawa. Setelah melewati beberapa belokan di sekitar
sudut-sudut lorong yang lebar, Momonga melihat ada seorang wanita
yang berjalan mendekatinya dari kejauhan.
Wanita
itu memiliki rambut pirang sepanjang bahu dengan fitur tubuh yang
menarik.
Wanita
itu mengenakan kostum pelayan wanita /maid, termasuk celemek besar
dan rok panjang. Dengan tinggi badan sekitar 170 cm, wanita itu
memiliki tubuh yang langsing dengan dada yang kelihatannya hendak
mencuat keluar dari pakaian yang ia kenakan. Secara menyeluruh,
wanita itu memberikan kesan elegan dan berbudi luhur.
Saat
mereka berdua mendekati satu sama lain, si pelayan wanita melangkah
kesamping dan membungkuk kepada Momonga. Sebagai tanggapan, Momonga
sedikit mengangkat tangannya.
Ekspresi
pelayan itu tidak berubah; tidak tampak senyuman pada wajahnya, sama
persis seperti sebelumnya. Ekspresi wajah di Yggdrasil tidak bisa
berubah. Namun, ada suatu perbedaan soal kekurangan ekspresi antara
para pemain dengan pelayan wanita ini. Pelayan wanita tersebut adalah
Non-Player Character (NPC). Dalam permainan, AI (Artificial
Intelligence) ini hanya bergerak menurut program mereka yang sudah
ditentukan. Dengan kata lain, mereka sama seperti boneka yang bisa
bergerak, dan bahkan pelayan wanita itu membungkuk kepada Momonga
karena memang dirinya sudah diberi program seperti itu.
Sapaan
yang diberikan Momonga sebelumnya bisa dibilang buang-buang waktu,
tapi Momonga punya alasan soal mengapa dia tidak memperlakukan mereka
dengan tidak sopan.
Keempat
puluh satu NPC pelayan yang bekerja di Makam Besar Nazarick
didasarkan dari berbagai ilustrasi yang berbeda-beda dari seorang
anggota guild, yang mencari nafkah dengan mengandalkan karya seni
buatannya, dan kini telah menjadi penulis manga yang diserialisasikan
dalam sebuah majalah manga bulanan.
Momonga
tidak hanya mengamati penampilan si pelayan, namun juga seragamnya
yang sangat terperinci. Terutama, sulaman indah yang ada di celemek
si pelayan mampu membuat orang yang melihatnya merasa kagum..
Karena
seragam itu di ilustrasikan oleh orang yang sesumbar bahwa "senjata
terbaik dari seorang maid adalah seragamnya", tingkat detail
pada kostum itu pun jauh melampaui normal. Momonga tidak bisa
menghindari perasaan rindu saat dia mengingat bagaimana anggota guild
yang bertanggungjawab atas penampilan visual si pelayan wanita ini
selalu meneriakkan mottonya.
"Ah...Benar
juga. Sejak dulu, dia selalu mengatakan hal-hal seperti "Seragam
maid FTW!!"... Omong-omong, tokoh wanita dari manga yang dia
gambar sekarang juga seorang pelayan. Apa kamu masih membuat
asistenmu menangis gara-gara perhatian berlebihanmu terhadap detail
pakaian, Whitebrim-san?"
Untuk
program yang mengatur perilaku mereka, program itu dibuat oleh
Meromero-san dan 5 programer lain. Dengan kata lain, pelayan ini
dibuat dari kerja keras dan usaha bersama dari semua anggota guild di
masa lalu, jadi mustahil bagi Momonga untuk mengabaikan si pelayan,
karena seperti Staff of Ainz Ooal Gown, pelayan itu juga termasuk
dalam kenangan indah yang ia miliki.
Saat
Momonga sedang memikirkan hal-hal tersebut, si pelayan itu
memiringkan kepalanya seolah-olah bertanya “ada masalah apa tuan?”.
Selama ada seseorang yang berada di dekat pelayan tersebut selama
beberapa saat, pelayan itu secara otomatis akan menerapkan tindakan
ini. Mengingat kembali kenangan-kenangan yang ada di dalam benaknya,
Momonga merasa kagum dengan kecermatan Meromero terhadap semua
detail. Seharusnya ada beberapa tindakan tersembunyi lainnya yang
juga diprogram olehnya. Meskipun sebenarnya Momonga ingin melihat
semua posturnya yang tersembunyi, namun sudah tidak ada banyak waktu
yang tersisa.
Tatapan
Momonga beralih ke arah jam hologram setengah bulat yang ditampilkan
pada lengan kirinya dan mengkonfirmasi waktu saat ini.
Memang,
tidak ada waktu untuk bermalas-malasan.
"Terima
kasih atas kerja kerasmu."
Momonga
mengatakan kalimat perpisahan itu dengan penuh sentimen dan berjalan
melewati pelayan itu. Tentu saja, lawan bicaranya tidak menanggapi.
Meskipun demikian, Momonga percaya bahwa salam perpisahan adalah hal
yang pantas untuk dilakukan, karena ini merupakan hari terakhir bagi
mereka.
Setelah
pergi meninggalkan si pelayan wanita, Momonga melanjutkan
perjalanannya.
Tak
lama kemudian, tangga raksasa dengan karpet merah yang mewah menutupi
bagian tengahnya muncul dihadapannya. Momonga perlahan menuruni anak
tangga dan mencapai lantai 10 ── lantai paling bawah dalam Makam
Besar Nazarick.
Tempat
yang ia datangi adalah sebuah lobi terbuka yang lebar dengan beberapa
pelayan yang menunggunya disana.
Pelayan
pertama yang menarik perhatiannya adalah kepala pelayan /butler tua
yang mengenakan seragam tradisional dengan elegan.
Seluruh
rambutnya berwarna putih, sama seperti jenggotnya yang rapi. Tapi
punggung pria tua itu tampak tegak seperti anak panah dan kuat
seperti pedang dari baja. Ada kerutan yang terlihat pada wajah
cekungnya, yang membuat penampilannya terlihat ramah, namun ia
memiliki tatapan setajam elang yang tengah mengejar mangsanya.
Menyusul
di belakang sang butler layaknya bayangan adalah enam pelayan wanita.
Namun, perlengkapan mereka tampak benar-benar berbeda dari apa yang
dikenakan oleh pelayan wanita yang sebelumnya ia temui di lorong.
Tangan
dan kaki mereka tertutup sarung tangan dan pelindung kaki yang
berhias emas, perak, dan logam hitam. Mengenakan armor dengan motif
seragam pelayan wanita, mereka mengenakan hiasan kepala berwarna
putih, dan bukan helm. Setiap pelayan memegang berbagai jenis senjata
yang berbeda, yang membuat mereka tampak seperti prajurit pelayan.
Gaya
rambut mereka juga sangat berbeda dari satu sama lain: sanggul,
kuncir, lurus, kepang, keriting, lilitan model Perancis, dll. Tapi
satu hal yang mereka semua miliki secara umum adalah wajah mereka
yang begitu cantik. Selain itu, para pelayan wanita ini dibagi
kedalam berbagai tipe seperti genit, sporty, tradisional dan berbagai
kepribadian yang lain.
Meskipun
mereka adalah NPC, dan desainer mereka telah membuat mereka semua
agar tampak menyenangkan dan unik, tujuan utama mereka adalah untuk
melawan penyusup.
Di
Yggdrasil, guild yang memiliki markas yang setara dengan kastil atau
lebih baik akan mendapatkan beberapa keuntungan spesial.
Salah
satu keuntungan tersebut adalah NPC yang bertugas untuk menjaga
markas.
Monster
undead yang tinggal di dalam Makam Besar Nazarick juga termasuk dalam
kategori ini. Mereka yang memiliki sebutan 'Spawn NPC' itu memiliki
batas maksimal level 30 dan akan muncul kembali secara otomatis tanpa
membutuhkan syarat tertentu dalam jangka waktu yang telah ditentukan,
namun karena penampilan dan pemrograman AI mereka tidak bisa dirubah,
mereka tidak mampu menimbulkan banyak ancaman terhadap pemain
penyusup lain.
Di
sisi lain, keuntungan spesial yang lain adalah wewenang untuk membuat
NPC orisinil. Ketika sebuah guild berhasil mengambil alih suatu
tempat dengan peringkat yang setara atau lebih tinggi dari sebuah
kastil, mereka bisa membuat NPC dengan level maksimal kolektif
sebanyak 700. Karena level tertinggi adalah 100, sebagai contohnya,
kamu bisa membuat maksimal 5 NPC dengan level 100 dan 4 NPC dengan
level 50.
Ketika
membuat NPC orisinil, selain pada penampilan dan AI mereka, pemain
bahkan juga bisa mengubah armor dan senjata mereka. Hal tersebut
mampu memberikan kesempatan bagi guild untuk membuat NPC yang jauh
lebih kuat dari NPC normal dan menugaskan mereka untuk menjaga
lokasi-lokasi yang dianggap penting.
Sebenarnya
tidak wajib untuk membuat NPC dengan tujuan untuk ditugaskan dalam
pertarungan. Guild lain yang menduduki sebuah kastil, Great Cat
Kingdom, merubah semua NPC mereka menjadi kucing atau makhluk seperti
kucing lainnya. Bisa dibilang, sebuah guild akan mendapatkan hak
ekslusif untuk membuat citra dan suasana kastil mereka seperti yang
mereka inginkan.
"Hmm."
Melihat
ke arah kepala pelayan dan para pelayan wanita yang membungkuk
dihapannya, Momonga menggerakan tangannya ke dagunya untuk sesaat.
Karena dia selalu menggunakan teleportasi untuk berpindah dari ruang
ke ruang, Momonga jadi jarang mengunjungi tempat ini, dan itulah yang
membuatnya menatap mereka dengan sedikit rasa nostalgia.
Tangan
Momonga mengoperasikan konsol, membuka halaman yang hanya bisa
diakses oleh anggota guild dan mengaktifkan salah satu opsi. Saat dia
melakukan itu, nama-nama pelayan muncul diatas kepalanya.
"Ah,
jadi itu namanya."
Momonga
telah melupakan nama itu. Dia menunjukkan senyuman pahit, namun juga
ditemani oleh perasaan nostalgia saat dia mengingat perselisihannya
dengan salah satu rekannya saat memutuskan nama NPC ini.
Sebastian,
sang kepala pelayan, juga bertugas sebagai pengurus rumah tangga.
Enam
pelayan wanita di samping Sebastian tergabung dalam unit khusus yang
ia pimpin secara langsung; unit combat maid bernama
'Pleiades'. Selain mereka, Sebastian juga memiliki beberapa pelayan
pria dan asisten kepala pelayan di bawah pengawasannya.
Teks
catatan memiliki setting yang lebih mendetail, tapi Momonga tidak
berminat untuk melihatnya lebih dekat. Hanya ada sedikit waktu yang
tersisa sebelum server ditutup, dan dia ingin mengunjungi tempat
lain.
Semua
NPC (termasuk para pelayan wanita) memiliki detail yang rumit, karena
ada banyak anggota guild yang menyukai settingan yang merinci. Berkat
ada banyaknya ilustrator, desainer grafik dan programer di Ainz Ooal
Gown, mereka mampu menerapkan semua gambaran yang menghantui
pemikiran mereka.
Awalnya,
Sebastian dan para pelayan wanita ini memiliki tugas sebagai garis
pertahanan terakhir untuk melawan para penyusup. Namun, karena tidak
mungkin mereka mampu melawan pemain musuh yang berhasil datang sampai
sejauh ini, maka satu-satunya tujuan asli yang mereka miliki hanyalah
untuk mengulur waktu. Tapi karena tidak ada seorangpun penyusup yang
berhasil mencapai titik ini, mereka tidak pernah menerima perintah
untuk bertarung, dan hanya terus menunggu ditempat ini.
Sambil
menggenggam tongkatnya, Momonga merasa kasihan terhadap para NPC ini,
walaupun sebenarna pemikiran semacam itu adalah hal yang bodoh. NPC
hanyalah data, dan satu-satunya alasan untuk percaya bahwa mereka
memiliki emosi adalah karena desain AI mereka yang sangat baik.
Akan
tetapi──
"Sebagai
guildmaster, sudah waktunya aku mulai memberi perintah kepada para
NPC."
Sambil
mencemooh dirinya sendiri karena telah mengeluarkan komentar yang
arogan, Momonga memberikan perintah:
"Ikuti
aku."
Sebastian
dan para pelayan wanita yang lain membungkuk dengan penuh hormat,
yang menunjukan bahwa mereka telah menerima perintah tersebut.
Tindakan
untuk memindahkan mereka dari tempat ini artinya mengesampingkan
pemikiran awal milik para anggota guild. Ainz Ooal Gown merupakan
guild yang menekankan pada suara mayoritas. Dilarang bagi seseorang
untuk mengacaukan apa yang diciptakan oleh semua orang secara
bersama-sama dengan sikap keras kepala yang mereka miliki.
Namun
hari ini adalah hari dimana semuanya akan berakhir. Momonga yakin
bahwa semua orang akan memaafkan dirinya pada hari seperti ini.
Merenungkan
hal-hal seperti ini, Momonga berjalan sambil diikuti beberapa suara
langkah kaki.
Akhirnya
mereka tiba pada aula berbentuk kubah besar. Sebuah kristal raksasa
yang memiliki empat warna tertanam di langit-langit dan memancarkan
cahaya berwarna putih. Ada 72 ruang kecil pada dinding, yang
sebagiannya terisi dengan patung.
Setiap
patung meniru penampilan dari iblis, dan ada 67 patung disana.
Ruangan
ini dinamakan 'Lesser Key of Solomon', yang juga dikenal sebagai
Lemegeton. Nama itu di ambil dari judul buku sihir yang terkenal.
Patung-patung
itu, meniru 72 iblis yang dipimpin Solomon, sebenarnya adalah golem
yang terbuat dari logam sihir yang langka. Alasan mengapa hanya ada
67 golem dan bukan 72 adalah karena penciptanya jatuh sakit dan
merasa bosan saat proyek tersebut baru selesai setengah jalan.
Sebenarnya,
kristal yang memiliki empat warna dan tertanam di langit-langit itu
adalah sebuah monster. Jika ada musuh yang menyerang tempat ini,
monster itu akan memanggil elemental tanah, air, api, dan angin
tingkat tinggi, dan meluncurkan rentetan sihir AoE dengan efek luas.
Bila
semuanya digabung, ruangan ini memiliki kekuatan untuk dengan mudah
menghabisi 2 party penuh, yang terdiri dari 12 orang pemain dengan
Lvl.100 dengan mudah.
Benar,
ruangan ini adalah garis pertahanan terakhir yang melindungi jantung
dari Nazarick.
Momonga
berjalan melintasi Lemegeton dengan para pelayannya dan tiba di depan
gerbang besar yang terletak di sisi lain.
Menjulang
ke atas setinggi 5 meter, pintu ganda megah ini memiliki ukiran
seorang dewi di sisi kiri dan seorang iblis di sisi kanannya.
Ukirannya tampak begitu nyata, sampai-sampai rasanya mereka akan
melompat keluar dari pintu dan mulai menyerang para musuh.
Walaupun
kelihatannya mereka bisa bergerak, Momonga tahu kalau mereka
sebenarnya tidak bisa melakukan itu.
──Jika
mereka berhasil sampai ke titik ini, mari kita beri para pahlawan
tersebut sambutan yang besar dan meriah. Ada banyak pemain bilang
kalau kita ini jahat atau apalah, jadi mengapa tidak menunggu mereka
dengan elegan di dalam ruangan seperti bos terakhir dalam sebuah
game?
Itu
karena usulan ini telah diterima dengan suara mayoritas. Dan
pengusulnya adalah...
"Urbet-san..."
Di
antara semua anggota guild, Urbet Alain Odle adalah orang yang paling
terpaku pada kata "jahat".
"Yah,
bagaimanapun juga, dia kan menderita Chuunibyou..."
Melihat
ke sekeliling aula, tampak cukup jelas bagi Momonga.
"...Patung-patung
ini tidak akan menyerangku, kan?"
Kata-katanya
penuh dengan kecemasan, dan wajar bagi dirinya untuk merasa seperti
itu.
Bahkan
Momonga sendiri tidak sepenuhnya paham dengan semua cara kerja yang
ada pada bagian dalam dari labirin ini. Tidak mengejutkan rasanya
bila ada beberapa anggota guild yang meninggalkan sesuatu yang aneh
sebagai kado pengunduran diri. Orang yang mendesain pintu ini
merupakan orang semacam itu.
Pernah
ada kasus di mana mereka mengaktifkan golem kuat yang di buat oleh
orang itu, dan ternyata pengaturan bertarung AI-nya rusak, yang
menyebabkan golem itu mendadak menyerang semua yang ada disekitarnya.
Namun, Momonga masih curiga dan yakin bahwa 'kesalahan' kesalahan
tersebut sebenarnya adalah sesuatu yang disengaja.
"Luci★Fer-san,
jika sesuatu seperti itu terjadi di hari seperti ini, aku benar-benar
akan marah..."
Momonga
dengan hati-hati menyentuh pintu─ tapi ternyata kekhawatirannya
sia-sia. Sesuai dengan kemegahannya, pintu itu perlahan terbuka,
layaknya pintu otomatis.
Suasana
yang ada di sekitar Momonga tiba-tiba berubah.
Suasana
sampai sekarang lebih mirip seperti ketenangan dan kekhidmatan yang
biasa terasa dalam sebuah kuil, tapi pemandangan yang tampak
dihadapannya ini benar-benar melampau itu. Dia merasa ditenggelamkan
oleh perubahan suasana itu.
Interiornya
sangat besar: tempat yang cukup luas untuk memuat ratusan orang dan
masih ada tempat lain yang bisa digunakan, dan langit-langit yang
sangat tinggi sehingga kamu harus mendongak ke atas untuk melihatnya.
Dindingnya berwarna putih, dihiasi dengan berbagai hiasan emas.
Bergantungan dari langit-langit, barisan lilin mewah yang terbuat
dari permata berwarna pelangi, memberikan kesan keindahan yang
fantastis. Dari langit-langit sampai ke lantai, ada total 41 spanduk
raksasa dengan pola berbeda yang menghiasi dinding.
Ada
tangga rendah yang kira-kira jaraknya sekitar 10 langkah yang
terletak di bagian terdalam ruangan, dilapisi dengan emas dan perak,
dan di bagian atas berdiri tahta mewah yang tampak seolah-olah tahta
itu terbuat dari potongan kristal raksasa. Di dinding yang terletak
di belakangnya adalah spanduk berwarna merah gelap berukuran besar
dan memiliki lambang guild yang disulam di sana.
Ini
adalah bagian terdalam dan terpenting dari Makam Besar
Nazarick──Throne Room.
"Ooh..."
Bahkan
Momonga merasa takjub dengan kebesaran yang dimiliki ruangan ini. Dia
yakin bahwa ukuran ruangan ini mungkin memiliki peringkat nomor satu
atau dua di seluruh Yggdrasil.
Ruangan
ini merupakan tempat yang cocok untuk menghadapi saat-saat terakhir.
Momonga
melangkah masuk kedalam aula; aula itu begitu luas, sampai-sampai
rasanya setiap suara langkah kakinya akan ditelan oleh aula tersebut,
dan kemudian dia mengalihkan pandangannya kepada NPC perempuan yang
berdiri dekat tahta.
Mengenakan
gaun putih bersih, ia adalah wanita cantik dengan wajah seorang dewi.
Berbalik dengan gaunnya, ia memiliki rambut hitam legam berkilauan
yang memanjang sampai ke pinggangnya.
Meskipun
iris matanya berwarna emas dan pupil matanya terbelah secara vertikal
tampak aneh, ia memiliki keindahan yang tiada tara. Namun, pada
pelipis kiri dan kanannya ada dua tanduk tebal menonjol miring, dan
pada pinggangnya ada sayap malaikat berwarna hitam. Mungkin karena
bayangan yang di keluarkan dari tanduk itu, senyumannya yang mirip
seperti dewi itu tampak seperti topeng yang menyembunyikan dirinya
yang sebenarnya.
Ia
mengenakan kalung bermotif jaring laba-laba berwarna emas yang
menutupi bahu dan dadanya. Mengenakan sarung tangan yang terbuat dari
sutra, tangan langsingnya memegang benda aneh yang tampak seperti
tongkat sihir. Panjangnya kira-kira 45 cm, dan ada bola hitam yang
mengapung di udara yang tampak di ujung tongkat.
Namanya,
Momonga tidak lupa.
Namanya
adalah Albedo, Pengawas dari Pengawas Lantai /Floor Guardian di Makam
Besar Nazarick. Ia merupakan NPC yang bertugas untuk mengawasi
ketujuh Floor Guardian, dan itu artinya ia memiliki peringkat
tertinggi dari semua NPC lain yang ada di Makam Besar Nazarick.
Karena alasan itulah, ia di ijinkan untuk berjaga di Ruang Tahta.
Momonga
menatap Albedo dengan tajam dan bertanya-tanya:
"Aku
tahu kalau sebelumnya dia sudah memiliki sebuah item kelas dunia,
tapi bagaimana bisa sekarang dia memiliki 2?"
Di
seluruh Yggdrasil, hanya ada 200 item kelas dunia.
Masing-masing
dari mereka memiliki kemampuan unik tersendiri, dan beberapa
diantaranya cukup kuat untuk menghancurkan keseimbangan permainan.
Tentu saja, tidak semua item kelas dunia memiliki kemampuan
penghancur permainan seperti itu.
Meskipun
begitu, jika seorang pemain berhasil memperoleh item kelas dunia,
reputasi pemain itu di Yggdrasil akan melambung ke tingkat tertinggi.
Ainz
Ooal Gown sudah memiliki 11 item dengan kelas seperti itu, dan mereka
juga merupakan guild dengan kepemilikan item legendaris terbanyak di
Yggdrasil. Dibandingkan dengan guild lain, ada cukup jarak yang harus
ditempuh, karena guild dengan peringkat dibawah mereka hanya memiliki
tiga item legendaris.
Dengan
persetujuan dari seluruh anggota guildnya, Momonga memiliki salah
satu item terkuat itu. Sisanya tersebar di dalam Nazarick, dan
kebanyakandiantaranya tersimpan di gudang di bawah perlindungan
avatar.
Hanya
ada satu penjelasan soal bagaimana Albedo mampu memegang harta
rahasia tersebut tanpa sepengetahuan Momonga. Item tersebut di
berikan kepadanya oleh anggota guild yang menciptakan Albedo sendiri.
Ainz
Ooal Gown adalah guild yang menekankan suara mayoritas. Hal tersebut
melarang setiap anggotanya untuk memindahkan harta karun yang
dikumpulkan bersama oleh semuanya dengan seenaknya sendiri.
Dengan
sedikit merasa jengkel, Momonga berpikir untuk mengambilnya kembali.
Tapi
hari ini adalah hari terakhir, dan setelah mempertimbangkan seberapa
besar kasih sayang rekan-rekannya terhadap Albedo, dia memutuskan
untuk mengesampingkan masalah tersebut.
"Berhenti
di sana."
Setelah
tiba pada tangga yang menuju ke tahta, Momonga memerintahkan
Sebastian dan Pleiades untuk berhenti mengikutinya.
Segera
setelah ia mulai menaiki beberapa anak tangga, dia menyadari ada
beberapa langkah kaki yang masih mengikuti di belangkangnya. Momonga
hanya bisa tersenyum pahit─ tentu saja, ekpresi pada tengkoraknya
tidak berubah sama sekali.
NPC
tidak mengerti perintah lain di luar dari program asli mereka. Kamu
harus menggunakan kata khusus agar mereka bisa menerima perintah.
Telah melupakan fakta tersebut, Momonga menyadari bahwa dia belum
pernah memberi perintah kepada NPC untuk waktu yang lama.
Setelah
anggota guildnya pergi, Momonga farming sendirian dan mengumpulkan
dana untuk mempertahankan Nazarick. Dia tidak membangun pertemanan
dengan pemain lain, bahkan dia lebih memilih untuk menghindari
mereka. Dia juga menghindari wilayah-wilayah berbahaya yang dulu
sering dikunjungi oleh anggota guildnya.
Hari
demi hari, dia terus menerus mengumpulkan uang dan menaruhnya ke
dalam gudang sampai dia log out. Hampir tidak ada kontak dengan NPC.
"──
Standby."
Bunyi
langkah kaki berhenti.
Setelah
Momonga memberi perintah dengan benar, dia menaiki langkah terakhir
yang ada dihadapannya dan menghampiri tahta.
Momonga
dengan terang-terangan menatap Albedo yang berdiri disampingnya. Di
masa lalu, dia jarang mengunjungi ruangan ini, jadi dia tidak pernah
memperhatikan Albedo secara khusus sebelumnya.
"Aku
ingin tahu settingan seperti apa yang dia miliki."
Satu
hal yang hanya diingat oleh Momonga tentang Albedo adalah perannya
sebagai Pengawas dari Floor Guardian dan bahwa ia merupakan NPC
dengan peringkat tertinggi di Makam Besar Nazarick.
Diserang
oleh rasa keingintahuan, Momonga mengoperasikan konsolnya dan
meneliti rincian pengaturan Albedo.
Susunan
tulisan yang padat membanjiri pandangannya. Panjangnya setara dengan
syair kepahlawanan. Tampaknya, membaca itu semua dengan pelan akan
membuatnya melewati waktu penutupan server.
Dengan
perasaan seperti telah menginjak ranjau, wajah tanpa ekspresi Momonga
mulai gemetar. Jauh di dalam hatinya dia ingin memarahi dirinya
sendiri karena telah melupakan bahwa anggota guild yang mendesain
Albedo adalah orang yang sangat teliti.
Tapi
karena dia sudah mulai membacanya, dia memutuskan untuk meneruskannya
sampai akhir. Tanpa memperhatikan konten settingan yang sebenarnya,
dia hanya meraba semua tulisan itu dengan tatapannya dalam sekejap.
Setelah
melewati semua tulisan yang panjang, Momonga akhirnya tiba di bagian
terakhir settingannya. Tapi setelah membaca apa yang tertulis disana,
rentetan pikirannya tiba-tiba berhenti.
[Dia
juga seorang nympho.]
Momonga
kehabisan kata-kata.
"...Huh?
Apa-apaan ini?!"
Momonga
tak bisa menahan teriakannya. Berpegang pada keraguannya, dia
berulang kali membaca kalimat tersebut, tapi kalimat itu tetap sama.
Bahkan setelah ia berpikir selama beberapa saat, dia masih tidak bisa
memikirkan arti lain dari kalimat tersebut.
"Nympho...
Artinya dia memiliki nafsu seksual yang berlebihan?"
Masing-masing
dari 41 anggota guild bertanggung jawab atas pengaturan setidaknya
satu NPC. Apa mungkin salah satu dari mereka memutuskan untuk
meletakkan settingan seperti itu pada karakter yang mereka buat
sendiri? Momonga merasa bingung. Mungkin dia akan dapat menemukan
makna lain yang tersembunyi setelah ia membaca seluruh settingannya
dengan cermat.
Tapi
di antara anggota guildnya, memang ada beberapa orang yang mampu
memikirkan settingan yang berbeda dan aneh seperti itu. Salah satu
dari mereka adalah 'Tabula Smaragdina', pencipta Albedo.
"Ah,
dia itu tergila-gila dengan disonansi karakter, kan? Tapi meskipun
begitu..."
─ Tapi
meskipun begitu, bukankah ini berlebihan?
Setiap
NPC yang di buat oleh masing-masing anggota merupakan bagian dari
peninggalan guild. Momonga merasa kecewa tentang Albedo, yang
memiliki peringkat tertinggi di antara NPC, ternyata memiliki
settingan seperti itu.
"Hmm..."
Apa
tidak apa-apa bagi dirinya untuk memodifikasi NPC yang telah dibuat
oleh anggota guildnya dengan pengorbanan besar? Setelah melalui
berbagai pertimbangan, Momonga mengambil kesimpulan.
"Ayo
ganti itu."
Kini
setelah Guild Weapon berada dalam posesinya, dia telah menjadi
seorang guildmaster yang sesungguhnya. Harusnya tidak apa-apa bagi
dirinya untuk menggunakan hak khusus yang dia miliki. Keraguan
Momonga menghilang dan diganti oleh pemikiran logikanya yang tak
beralasan, bahwa seharusnya dia memperbaiki kesalahan yang dibuat
oleh anggota guildnya.
Momonga
mengulurkan tangannya yang sedang menggenggam tongkat. Biasanya, dia
harus menggunakan alat pengedit untuk mengubah sebuah settingan, tapi
karena sekarang dia sedang menggunakan haknya sebagai guildmaster,
dia dapat mengaksesnya secara langsung. Mengoperasikan konsolnya, dia
segera menghapus kalimat tersebut.
"Untuk
sementara, itu bagus."
Sambil
menatap pada tempat kosong dalam settingan Albedo, Momonga berpikir
selama beberapa saat.
─ Mungkin
aku harus menambahkan sesuatu...
"Tidak,
itu konyol."
Menertawakan
ide yang muncul di pikirannya, dia menekan tombol pada konsolnya.
Yang ia tulis adalah sebuah kalimat:
[Dia
juga jatuh cinta dengan Momonga.]
"Wow,
itu malah membuatku merasa malu."
Menyembunyikan
wajahnya di balik kedua tangannya, Momonga merasa sangat malu atas
tindakannya. Rasanya seperti dia telah memprogram pacar idamannya
lengkap dengan alur cintanya. Walaupun pada mulanya dia ingin
menggantinya lagi, dia memutuskan untuk membiarkannya saja. Hari ini
permainan akan berakhir, dan rasa malu yang ia rasakan akan segera
menghilang. Pada akhirnya, bagian yang dia hapus dia tambahkan dengan
kalimat yang kira-kira sama panjangnya. Jika ada sedikit bagian
kosong tersisa, Momonga akan merasa buruk tentang hal itu.
Duduk
di kursi tahta, sambil merasa malu dan agak puas, Momonga melihat ke
sekeliling ruangan dan menyadari bahwa Sebastian dan Pleiades masih
tetap berdiri dan tidak bergerak. Walaupun mereka tengah berada di
tempat yang sama, Momonga masih agak merasa kesepian.
─ Kalau
tidak salah ada perintah seperti ini.
Momonga
mengingat perintah yang tidak pernah dia gunakan di masa lalu. Dia
menjulurkan tangannya dan perlahan menggerakannya kebawah.
"Berlutut."
Albedo,
Sebastian dan Pleiades berlutut secara serentak.
Semuanya
sudah siap.
Momonga
mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam hologram.
23:55:48
Tepat
pada waktunya untuk saat-saat terakhir.
Mungkin
GM sudah mulai menyampaikan pengumuman dan menembakan kembang api di
luar sana. Namun, duduk di dalam sini sambil mengenang masa lalu, dan
benar-benar terisolasi dari dunia luar, Momong tidak mungkin bisa
mengetahui itu.
Momonga
menyandarkan punggungnya pada tahta dan perlahan mendongak ke atas
dan menghadap langit-langit.
Mengingat
bagaimana markas legendaris ini yang telah menghancurkan pasukan
ekspedisi besar di masa lalu, Momoga berpikir bahwa mungkin akan ada
beberapa pemain yang mencoba untuk menyerang Nazarick pada hari
terakhir.
Dia
menunggu. Untuk menerima tantangan terakhir sebagai guildmaster.
Walaupun
dia telah mengirim email pada sahabat-sahabat lamanya, hampir tidak
ada satupun dari mereka yang datang.
Dia
menunggu. Untuk menyambut sahabatnya terakhir kali sebagai
guildmaster.
Sekarang
kita adalah peninggalan masa lalu...
Momonga
berpikir didalam hatinya.
Guild
ini sekarang memang berupa cangkang kosong, namun dahulu guild ini
juga pernah memiliki masa-masa jayanya untuk waktu yang lama.
Matanya
menatap pada berbagai spanduk besar yang tergantung dari
langit-langit. Jumlah totalnya adalah 41. Satu spanduk untuk setiap
anggota guild, masing-masing dengan desain yang berbeda-beda. Momonga
mengangkat jarinya yang tak memiliki daging dan menunjuk pada salah
satu spanduk.
"Aku."
Lalu
dia memindahkan arah jarinya menuju spanduk yang ada di sebelahnya.
Spanduk itu dimiliki oleh salah satu anggota Ainz Ooal Gown─ bukan,
tapi salah satu dari pemain terkuat di Yggdrasil. Pendiri guild dan
orang yang pernah mempertemukan bersama "First Nine". (9
anggota pertama)
"Touch
Me."
Berikutnya,
ia menunjuk spanduk milik orang yang bekerja sebagai profesor
universitas di dunia nyata, yang juga anggota tertua di Ainz Ooal
Gown.
"Shi-juuten
Suzaku."
Jarinya
bergerak semakin cepat, menunjuk spanduk yang dimiliki oleh salah
satu dari 3 anggota perempuan Ainz Ooal Gown.
"Azuki
Mochi."
Momonga
dengan lancar mengucapkan nama-nama pemilik spanduk.
"Meromero,
Perorontino, Simmering Teapot, Tabula Smaragdina, Takemikazuchi,
Variable Talisman, Genjiro──"
Mengingat
nama-nama dari 40 sahabatnya bukanlah hal yang sulit bagi Momonga.
Nama-nama
dari temannya masih tercetak dengan jelas di dalam hatinya.
Momonga
menyandarkan punggungnya yang lelah di kursi tahta.
"Benar,
itu sangat menyenangkan..."
Selain
biaya bulanan, Momonga menghabiskan hampir sepertiga gaji bulanannya
untuk pembelian tunai. Itu bukan karena pemasukannya sangat tinggi,
namun hanya karena dia tidak memiliki hobi lainnya, jadi dia
menghabiskan sebagian besar uangnya di Yggdrasil.
Permainan
ini memiliki sistem di mana pemain bisa membayar biaya untuk
berpartisipasi dalam sebuah undian untuk memenangkan item langka, dan
Momonga telah menghabiskan sebagian besar uangnya pada undian
tersebut. Setelah mengeluarkan uang yang jumlahnya tidak sedikit, dia
berhasil memperoleh banyak item langka yang berbeda. Tapi setelah
mendengar bahwa salah satu anggota guildnya berhasil memenangkan
undian hanya dengan menggunakan uang makan siangnya, Momonga
benar-benar merasa iri.
Karena
setiap anggota dari Ainz Ooal Gown merupakan anggota dari masyarakat
sosial dan memiliki pekerjaan masing-masing, semua orang pernah
menghabiskan uang untuk melakukan pembelian tunai, namun Momonga
berada dalam kelas yang berbeda.
Separah
itulah kecanduannya. Melakukan petualangan memang merupakan hal yang
menarik, tapi berkeliaran dengan bebas bersama rekan-rekannya adalah
hal yang paling menyenangkan dari itu semua.
Bagi
Momonga yang tidak punya teman maupun keluarga yang tersisa di dunia
nyata, kenangannya waktu dia menghabiskan bersama temannya di Ainz
Ooal Gown adalah satu-satunya hal yang dia miliki.
Hari
ini, guild itu akan menghilang.
Dengan
hati yang penuh dengan kecemasan dan penyesalan, dia mengepalkan
tangannya yang sedang menggenggam tongkat. Momonga hanyalah orang
biasa, dia tidak mempunyai kekuatan finansial atau koneksi yang bisa
merubah kenyataan ini. Dia hanya bisa menunggu saat waktu bagi semua
pemain yang ada di server ini habis.
Jam
hologram menunjukan angka 23:57. Server akan berakhir pada pukul
0:00.
Waktu
hampir habis. Dunia virtual ini akan berakhir dan aku akan kembali ke
kehidupanku sehari-hari.
Ini
wajar. Orang tidak bisa tinggal di dalam dunia virtual, jadi cepat
atau lambat semua orang akan pergi meninggalkannya.
Besok
aku harus bangun jam 4 pagi. Aku perlu tidur segera setelah server
ditutup, sehingga itu tidak akan mempengaruhi pekerjaanku besok.
23:59:35,
36,
37...
Momonga
perlahan menghitung jalannya waktu.
23:59:48,
49,
50...
Momonga
menutup matanya.
23:59:58,
59─
Dengan
menghitung detik-detik yang tersisa, dia menunggu akhir dari dunia
fantasi ini─
Dan
akhirnya dipaksa log out─
0:00:00...
1,
2,
3...
"...Huh?"
Momonga
membuka matanya.
Dia
tidak kembali ke kamarnya yang biasa. Dia masih duduk di Throne Room
dalam Yggdrasil.
"Apa
yang terjadi?"
Waktunya
benar. Saat ini seharusnya dia sudah di log out secara paksa karena
server telah ditutup.
0:00:38
Ini
sudah melewati waktu pengumuman dan kecuali ada kesalahan pada
sistem, tidak mungkin bagi sistem untuk mendapatkan masalah seperti
ini.
Momonga
melihat sekelilingnya dengan bingung, sambil mencari penjelasan.
"Apa
mereka menunda penutupannya? Atau apakah mereka memutuskan menunda
akhir dari permainan ini karena mereka tidak bisa mematikan
servernya?"
Berbagai
penjelasan muncul di dalam pikirannya, tapi tak ada satupun
diantaranya yang terlihat sebagai jawaban yang benar. Penjelasan yang
paling bisa diterima adalah penundaan penutupan server karena
kesalahan di dalam sistem.
Jika
itu terjadi, seharusnya sekarang GM akan membuat pernyataan. Momonga
buru-buru mencoba untuk mencari berita apapun soal penutupan server
pada kolom chatting─ tapi mendadak ia menghentikan itu.
Tak
ada tampilan kontrol.
"Apa
yang...?"
Walaupun
Momonga merasa cemas dan bingung, dia juga sedikit terkejut oleh
ketenangannya sendiri. Dia mencoba semua fungsi yang bisa digunakan
di dalam permainan: Akses Sistem Paksa, Chat, Memanggil GM, Log Out
dan sebagainya──
Tidak
ada yang berfungsi, rasanya seperti dia benar-benar dihapus dari
sistem.
"...Apa-apaan
yang sedang terjadi disini?!"
Teriakan
marahnya bergema di Throne Room yang kemudian memudar.
Terjadinya
hal seperti itu pada hari terakhir, ketika seharusnya semuanya telah
berakhir... Apakah sebenarnya developer permainan ini menipu semua
orang?
Suara
Momonga terdengar seperti berapi-api, dan dia merasa frustasi karena
tidak bisa mendapatkan akhir yang gemilang. Wajarnya, seharusnya
tidak ada balasan yang muncul dari teriakan amarahnya.
Namun...
"Apa
semuanya baik-baik saja, Momonga-sama?"
Itu
pertama kalinya Momonga mendengar suara perempuan yang terdengar
manis ini.
Walaupun
terkejut, Momonga mulai mencari sumber dari suara itu. Ketika dia
menemukan siapa yang mengucapkan pertanyaan tersebut, dia kehabisan
kata-kata.
Balasan
itu berasal dari seorang NPC─ Itu adalah Albedo.
***
Terletak
di perbatasan antara Kekaisaran Baharuth dan Kerajaan Re-Estize, di
bagian selatan dari pegunungan Azellerisia, merupakan hutan luas yang
dinamakan 'Hutan
Besar Tove'.
Di pinggiran hutan ini, berdiri sebuah desa bernama Carne.
Desa
itu memiliki jumlah penduduk sekitar 120 orang, yang di bagi ke dalam
25 keluarga. Untuk ukuran desa yang terletak di daerah perbatasan
dari Kerajaan Re-Estize, jumlah itu bukanlah hal yang tidak biasa.
Mata
pencaharian utama para penduduk berasal dari hutan dan hasil panen
mereka, karena hampir tak ada pengunjung kecuali beberapa dokter yang
sedang mencari tanaman obat dan penagih pajak yang datang sekali
dalam setahun. Carne adalah desa yang membeku dalam waktu.
Para
penduduk langsung berjibaku dengan kesibukan sesaat setelah mereka
bangun di pagi hari. Tinggal di desa yang tidak memiliki lampu sihir,
'Cahaya
Abadi',
mereka bekerja mulai dari terbit sampai tenggelamnya matahari,
seperti itulah kehidupan mereka.
Tugas
pertama yang harus diselesaikan oelh Enri Emmott setiap harinya
adalah pergi ke sumur terdekat dan menimba air. Menimba air merupakan
tugas bagi anak perempuan, dan setelah tampungan air yang ada di
dalam rumahnya penuh, tugas pertamanya pada hari itu akan selesai.
Setelah itu, ibunya akan menyiapkan makan pagi, dan keluarganya yang
terdiri dari rempat orang akan menikmati makan pagi bersama-sama.
Makan
pagi terdiri dari jelai gandum rebus atau bubur gandum, dan juga
sedikit tumis sayuran. Terkadang mereka juga akan memakan
buah-buahan. Setelah bersantap bersama orang tuanya, adik
perempuannya yang berusia 10 tahun akan pergi ke hutan untuk
mengumpulkan kayu bakar kering, atau membantu di ladang. Di tengah
desa─ setelah lonceng berbunyi menandakan siang hari, semua orang
akan beristirahat di dekat alun-alun untuk makan siang bersama.
Makan
siang terdiri dari roti hitam yang sudah berusia beberapa hari,
ditemani dengan sedikit sup daging cacah. Setelah itu mereka akan
lanjut bekerja di ladang, dan setelah matahari terbenam, semua orang
akan pulang ke rumah masing-masing untuk makan malam.
Seperti
makan siang, makan malam juga terdiri dari roti hitam, bersama dengan
sup kacang. Jika para pemburu berhasil menangkap beberapa hewan, maka
menu makan malam akan ditambahkan dengan beberapa daging. Setelah
makan malam, semua orang akan menggunakan cahaya dari dapur dan
mengobrol dengan riang, sambil menjahit pakaian yang robek.
Mereka
akan tidur sekitar jam 8 malam.
Enri
Emmott lahir 16 tahun yang lalu, dan sampai hari ini ia sama sekali
belum pernah meninggalkan desa. Ia bertanya-tanya, akankah
hari-harinya selalu tetap sama?
Seperti
hari-hari biasanya, Enri bangun dari tempat tidurnya dan pergi ke
sumur untuk menimba air. Biasanya dia membutuhkan sekitar 3
pulang-pergi dari rumah ke sumur untuk memenuhi penampung air besar.
"Yosh"
Enri
melipat lengan bajunya dan menunjukkan kulit putihnya yang menarik
mata yang jarang terkena sinar matahari. Bekerja di ladang telah
membuat tangannya langsing, namun berotot.
Walaupun
kendi berisi air yang ia bawa terasa lumayan berat, Enri mampu dengan
mudah mengangkatnya.
Jika
kendi tersebut diisi sampai penuh, maka perjalanan yang harus ia
tempuh akan menjadi lebih sedikit, dan itu artinya tugasnya jadi
lebih cepat selesai kan?
Tapi
kendi itu tidak boleh menjadi terlalu berat bagi dirinya untuk
diangkat. Sambil memikirkan itu, Enri mulai berjalan pulang ke
rumahnya. Di perjalanan pulang, ia mendengar suara dan setelah
berbalik ke arah datangnya suara itu, benaknya menjadi tegang dan
dipenuhi oleh rasa takut.
Suara
yang ia dengar adalah suara pintu yang didobrak. Diikuti oleh─
"Jeritan──?"
Suara
itu terdengar seperti jeritan burung yang lehernya tercekik, tapi
sudah jelas bukan burung yang mengeluarkan jeritan itu. Enri mau tak
mau merasa merinding. Ia tidak ingin mempercayainya. Itu pasti
hanyalah imajinasinya, itu jelas-jelas bukan teriakan manusia. Banyak
pikiran ngeri yang melintasi pikirannya.
Ia
harus buru-buru, karena jeritan itu tampaknya datang dari arah rumah
keluarganya.
Ia
membuang kendi air yang ia bawa, karena mustahil bagi dirinya untuk
berlari sambil membawa benda yang berat tersebut.
Walau
ia hampir tersandung karena menginjak pakaiannya, ia dengan cepat
mengembalikan keseimbangan tubuhnya.
Suara
itu datang lagi.
Jantung
Enri berdebar-debar.
Tidak
salah lagi, itu pasti adalah jeritan manusia.
Ia
terus berlari, berlari dan berlari.
Tak
pernah sekalipun dalam hidupnya ia pernah berlari secepat itu, ia
berlari sampai ia tersandung oleh kakinya sendiri...
Suara
dari kuda, jeritan dan teriakan orang-orang.
Semuanya
menjadi semakin jelas.
Di
hadapan kedua mata Enri, dari kejauhan, ia bisa melihat orang-orang
asing berbaju zirah lengkap mengarahkan pedang mereka kepada para
penduduk.
Di
atas tanah, ada seorang penduduk desa yang mengalami luka fatal
akibat tusukan.
"Pak
Morjina..."
Dalam
desa kecil tersebut, tidak ada orang yang diperlakukan seperti orang
asing, semua orang adalah bagian dari satu keluarga. Jadi Enri
mengenali penduduk desa yang terbunuh di hadapannya.
Walau
terkadang pria ini kerap berisik, dia merupakan orang baik dan tidak
pantas untuk mati seperti ini. Sempat berpikir untuk menghentikan
langkahnya─ Enri menggigit bibirnya dan terus melaju.
Jarak
untuk mengangkut air yang aslinya tidak begitu jauh sekarang terasa
seperti tak ada akhirnya. Angin membawa suara-suara jeritan dan caci
maki ke dalam telinganya. Akhirnya, rumahnya terlihat.
"Ayah!
Ibu! Nimu!"
Sambil
berteriak memanggil keluarganya, Enri membuka pintu dan melihat
keluarganya yang tidak bergerak dengan wajah yang penuh dengan rasa
takut. Namun, setelah Enri masuk melalui pintu, ekspresi mereka
tampak menjadi agak tenang, menunjukan kelegaan mereka.
"Enri!
kamu baik-baik saja!"
Ayahnya,
dengan kedua tangannya yang berotot karena bekerja di ladang,
mendekap Enri.
"Ahh,
Enri..."
Ibunya
memberikan pelukan hangat.
"Bagus,
Enri juga telah kembali, sekarang ayo kita cepat-cepat melarikan
diri!"
Sekarang,
keadaan yang dialami keluarga Emmott saat ini benar-benar gawat.
Mereka khawatir saat Enri belum kembali pulang, yang membuat mereka
kehilangan kesempatan untuk melarikan diri. Mereka kini sedang
berhadapan dengan bahaya yang mengancam.
Tapi
ketakutan mereka terlalu cepat berubah menjadi kenyataan pahit.
Di
saat mereka hendak pergi melarikan diri─ tampak bayangan seseorang
memasuki pintu. Berdiri di bawah sinar matahari adalah orang yang
mengenakan baju zirah lengkap dengan membawa lambang Kekaisaran
Baharuth. Di tangannya, dia menggenggam sebuah sarung pedang.
Kekaisaran
Bahamuth terus menerus berperang dengan tetangganya, Kerajaan
Re-Estize. Tapi penyerbuan hanya akan terjadi di dekat Kota Benteng
Re-Lantier, dan mereka tidak pernah mencapai desa ini sebelumnya.
Kehidupan
tenang di desa Carne mendadak berhenti.
Dari
celah yang ada di helm, terasa seperti ada dua mata yang sedang
menatap dingin keluarga Enri. Enri merasa ketakutan saat ia melihat
ke dalam matanya.
Ksatria
itu menggengam pedangnya, bunyi deritan bisa di dengar dari cara dia
menggengam pedangnya.
Saat
dia hendak memasuki rumah──
"Huargh!"
"Ergh!"
─ Ayah
Enri menerjang ke arah ksatria itu, kemudian mendorong tubuhnya
hingga mereka berdua keluar dari pintu.
"Lari!"
"Kamu!"
Ada
darah yang mengucur di wajah ayahnya, dari luka yang disebabkan oleh
benturannya dengan sang ksatria.
Ayahnya
dan ksatria itu, keduanya bertarung melawan satu sama lain di atas
tanah. Ksatria itu menekan ayahnya ke bawah dengan menggunakan
pedang, dan di saat yang sama, ayahnya berusaha menghentikan pedang
ksatria itu.
Melihat
ayahnya berdarah, pikiran Enri menjadi kosong; ia tidak tahu, apakah
dia harus membantu ayahnya atau cepat-cepat melarikan diri:
"Enri!
Nimu!"
Teriakan
ibunya membuatnya sadar kembali, Enri melihat ibunya menggelengkan
kepalanya dengan ekspresi menderita.
Enri
meraih tangan adiknya dan mulai lari. Walau dilanda dengan perasaan
bersalah dan keraguan, ia memutuskan untuk lari ke dalam hutan dengan
cepat.
Suara-suara
kuda, jeritan, benturan logam dan bau sesuatu yang terbakar.
Dari
setiap sudut desa, situasi ini merasuk ke dalam telinga, mata dan
hidung Enri. Sebenarnya, darimana mereka berasal? Enri berusaha untuk
mencari tahu sambil berlari. Berlari hingga tubuhnya sudah tidak bisa
melakukan itu lagi, atau bersembunyi di sudut-sudut rumah. Rasa takut
terus mengancam untuk mengambil alih tubuhnya, dan detak jantungnya
yang begitu cepat tidak hanya disebabkan karena ia tengah lari. Walau
begitu, sentuhan tangan kecil yang sedang menggengam tangannya
memberinya motivasi untuk terus berlari.
──Nyawa
adik perempuannya.
Ibunya,
yang tengah berlari di depan mereka, tiba-tiba berhenti di dekat
persimpangan dan berbalik. Ia berlari kembali, dan memberi isyarat
kepada Enri untuk berlari ke arah lain. Sambil memikirkan mengapa
ibunya memilih untuk melakukan hal seperti itu, Enri cepat-cepat
mengatupkan bibirnya dan menahan air mata yang akan menetes dari
kedua matanya. Ia meraih tangan adiknya dan lari, tidak ingin tinggal
di tempat itu lebih lama dari yang diperlukan. Takut dengan apa yang
mungkin akan ia lihat dalam pemandangan itu.
***
"Momonga-sama,
apakah ada masalah?"
Albedo
mengulang pertanyaannya. Momonga tidak bisa menjawab pertanyaan
tersebut. Karena ada begitu banyaknya hal-hal yang tidak bisa ia
pahami sekaligus, pikirannya menjadi kosong.
"Aku
minta maaf."
Momonga
hanya bisa berdiri dan menatap Albedo dengan bloon.
"Apakah
ada sesuatu yang salah?"
Wajah
cantik Albedo mengamati Momonga dengan perlahan. Aroma wangi memasuki
hidung Momonga. Wewangian itu membawa pikiran Momonga kembali ke
jalur yang benar, dan perlahan-lahan dia mulai kembali ke kenyataan.
"Bukan...itu...
tidak, tidak ada masalah."
Momonga
bukan termasuk tipe orang yang akan menggunakan bahasa formal ketika
sedang berbicara dengan boneka. Tapi... Setelah mendengar pertanyaan
Albedo, dia tidak sengaja menjawab dengan menggunakan bahasa formal.
Karena dari sikap dan cara bicara yang ditunjukkan oleh Albedo, tidak
mungkin bagi Momonga untuk menghiraukan tindakannya yang benar-benar
mirip seperti manusia.
Walau
Momonga mampu dengan jelas melihat seberapa anehnya perilaku yang
ditunjukkan Albedo, dia masih belum bisa memahami dengan apa yang
sebenarnya tengah terjadi. Dalam situasi seperti ini, satu-satunya
hal yang bisa dia lakukan hanyalah mencoba untuk menekan rasa takut
dan terkejut yang melanda dirinya, namun karena Momonga hanyalah
orang biasa, dia tidak berhasil melakukan itu.
Di
saat Momonga ingin mulai menjerit dalam kepanikan, sebuah ingatan
dari seorang anggota guildnya muncul di dalam pikirannya.
──Kekacauan
adalah sumber kegagalan bagi sebuah negeri, kamu harus selalu menjaga
pikiran sehat dan cara berpikir logika. Tetap tenang, rencanakan
kedepan, dan jangan buang-buang waktumu untuk memikirkan hal-hal yang
sepele, Momonga-san.
Memikirkan
itu, Momonga menjadi tenang.
Kepada
Zhuge Liang-nya Ainz Ooal Gown - Moe Dress Girl, Momonga
mengungkapkan rasa terima kasihnya.
"...Apakah
ada sesuatu yang terjadi kepada anda?"
Albedo
dengan wajah cantiknya kembali bertanya saat ia berdiri di dekat
Momonga, yang membuat Momonga hampir merasakan aroma wangi yang ia
pancarkan. Walaupun pada akhirnya dia berhasil menenangkan diri, dia
hampir kehilangan ketenangan itu lagi dalam sekejap.
"...Fungsi
untuk memanggil GM tampaknya gagal."
Dihadapkan
dengan Albedo yang tampak imut, Momonga mau tak mau menanggapi NPC
tersebut.
Tidak
pernah sekalipun dalam seumur hidupnya, Momonga pernah memiliki
pengalaman semacam ini dengan seseorang dari lawan jenisnya, terutama
tidak dengan suasana semacam ini. Meskipun dia tahu bahwa Albedo
hanyalah seorang NPC, melihat ekspresi dan sikapnya yang mirip
seperti manusia, mau tak mau Momonga merasa jantungnya berdebar.
Tapi
detak jantungnya yang terus meningkat ia tekan agar ia bisa kembali
tenang. Meski Momonga terganggu oleh debaran jantungnya yang mendadak
meningkat, dia mengingat kata-kata bijak yang disampaikan oleh salah
satu anggota guildnya.
Tapi
apa benar begitu?
Momonga
menggelengkan kepalanya, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan
masalah tersebut.
"...Mohon
maafkan saya karena tidak bisa menjawab pertanyaan Momonga-sama
tentang GM. Maafkan saya karena telah gagal dalam memenuhi harapan
anda, bila ada situasi di mana saya dapat menebus kesalahan saya,
dengan senang hati saya akan memenuhinya. Mohon beri saya perintah
anda yang selanjutnya."
...Kedua
orang ini tengah berbicara dengan satu sama lain, tak ada kesalahan
tentang itu.
Menyadari
itu, Momonga sangat terkejut sampai-sampai dia lupa untuk bicara.
Tidak
mungkin. Ini jelas-jelas mustahil.
NPC
ini bisa bicara. Bukan, seorang NPC bisa bicara dengan menggunakan
sistem self
automated speech,
karena ada banyak teriakan dan sorak-sorai yang bisa di download oleh
para pemain. Namun, untuk benar-benar berkomunikasi dengan seorang
NPC merupakan sesuatu yang tidak memungkinkan. Bahkan barusan,
Sebastian hanya bisa memahami perintah sederhana.
Lalu,
hal seperti apa yang mampu menyebabkan itu terjadi? Apakah hanya
Albedo yang mengalami perubahan?
Dengan
gerakan tangannya, Momonga memberi Albedo perintah untuk duduk, yang
mana Albedo turuti dengan wajah yang penuh dengan penyesalan. Momonga
kemudian mengalihkan pandangannya ke arah kepala pelayan dan 6
pelayan wanitanya.
"Sebastian!
Pleiades!"
"Ya!"
Menjawab dengan serempak, mereka semua mengangkat kepala mereka.
"Majulah
ke hadapan kursi tahta."
"Baik,
Tuanku."
Lagi,
dengan serempak, mereka berdiri dan berjalan menuju
tahta. Sekali lagi mereka berlutut di sana.
Pada
saat itu, dua hal menjadi jelas.
Pertama,
sekalipun tanpa mengatakan perintah khusus, NPC dapat memahami
perintah sederhana.
Kedua,
tidak hanya Albedo seorang yang bisa bicara.
Setidaknya,
semua NPC di Throne Room menjadi aneh.
Saat
Momonga memikirkan itu, dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa
ada sesuatu yang aneh mengenai Albedo, yang masih berdiri disamping
dirinya. Ingin mengklarifikasi ini, Momonga menatap Albedo dengan
tatapan tajam.
"─Apakah
ada sesuatu yang telah terjadi? Apakah aku telah melakukan suatu
kesalahan...?"
"...!"
Setelah
pada akhirnya menyadari apa yang salah, dia tidak bisa mengeluarkan
suara dan hanya bisa terkesiap kaget.
Perasaan
yang aneh muncul dari perubahan ekspresi. Mulutnya bergerak, dan
bahkan bisa mengeluarkan suara──
"...
Mungkin...kah!"
Momonga
buru-buru menaruh tangannya pada mulutnya dan mencoba untuk
mengeluarkan suara.
──Mulutnya
bergerak.
Sudah
jadi akal sehat bagi semua orang, bahwa di dalam DMMORPG,
menggerakkan mulut dan berbicara pada saat yang sama itu adalah
sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.
Penampilan
dari ekspresi wajah pada dasarnya tidak bisa dirubah, dan jika ini
benar, maka seharusnya masih tidak ada ekspresi wajah pada desain
ini.
Dan
juga, wajah Momonga hanyalah sebuah tengkorak, yang tidak memiliki
lidah ataupun tenggorokan. Melihat ke bawah pada tangannya, yang dia
lihat hanyalah kerangka tangan yang sama sekali tidak memiliki kulit.
Dia bahkan tidak memiliki organ dalam atau paru-paru, jadi bagaimana
mungkin dia bisa berbicara?
"Tidak
mungkin...."
Momonga
tiba-tiba merasa bahwa seluruh akumulasi akal sehat yang ia miliki
mengalami disintegrasi, dan pada saat yang sama dia merasa gelisah.
Sambil menekan keinginannya untuk berteriak, hatinya tiba-tiba
kembali menjadi tenang. Momonga dengan keras menghantam salah satu
sandaran tangan kursi tahta, tapi tepat seperti apa yang ia duga,
tidak ada indikasi kerusakan yang terlihat.
"...Apa
yang harus aku lakukan... Apakah ada ide yang bagus...?"
Dengan
tanpa adanya sedikitpun pemahaman tentang situasi yang ia alami saat
ini, Momonga juga mulai merasa marah, karena tidak ada seorang pun
yang ada di sekitarnya yang mampu memberikan bantuan kepada dirinya.
Maka
hal yang paling penting untuk dilakukan sekarang adalah─ mencari
petunjuk.
"─Sebastian."
Mengangkat
kepalanya, Sebastian menunjukkan ekspresi tulus, dan terasa seperti
orang sungguhan.
Seharusnya
tidak ada masalah dengan memberinya perintah kan? Meskipun aku tidak
tahu dengan apa yang akan terjadi nantinya, apakah semua NPC di
Nazarick ini setia padaku? Mereka jelas-jelas bukan lagi NPC yang
kami buat bersama-sama.
Merasa
gelisah dengan banyaknya pertanyaan yang berenang di dalam
pikirannya, Momonga menekan emosi itu. Dalam hal ini, kandidat yang
paling cocok untuk mencari petunjuk adalah Sebastian. Meskipun ada
Albedo di sampingnya, Momonga membuat keputusan dan memilih
Sebastian.
Sambil
berpikir seperti bos dengan jabatan tinggi yang memberi perintah
kepada pegawainya, Momonga memperlihatkan sikap atasan dan memberi
perintah:
"Tinggalkan
Nazarick dan selidiki wilayah yang ada di sekitarnya. Jika ada
makhluk yang cerdas atau bersahabat, undang mereka kemari. Bila
terjadi negosiasi, pastikan lawan bicaramu merasa senang. Radius
penyelidikan adalah satu kilometer dan coba hindari pertarungan."
"Baik,
Momonga-sama. Saya akan menjalankan perintah anda."
Di
Yggdrasil, NPC yang di buat untuk melindungi suatu tempat tertentu,
tidak mungkin bisa meninggalkan area tersebut. Namun, aturan itu
sekarang sudah tidak berlaku.
Tidak,
masalah tersebut baru bisa di tentukan setelah Sebastian mampu
benar-benar meninggalkan Makam Besar Nazarick.
"...Bawa
anggota Pleiades bersamamu. Jika ada keadaan di mana kamu harus
mundur, bawa kembali informasi yang telah kamu kumpulkan ke sini."
Dengan
begitu, langkah pertama telah diambil.
Momonga
melepaskan genggamannya pada Staff of Ainz Ooal Gown.
Tongkat
itu tidak terjatuh ke tanah, tapi mulai melayang, seolah-olah ada
seseorang yang memeganginya di udara. Walau itu benar-benar
bertentangan dengan hukum fisika, namun itu adalah hal yang biasanya
terjadi di dalam permainan. Situasi di mana item melayang di udara
ketika di lepaskan bukanlah hal yang jarang terjadi di Yggdrasil.
Beberapa
roh muncul dari dalam tongkat itu dan menunjukan ekspresi menderita,
dan kemudian melilit tangan Momonga, yang mana hal tersebut tidak
dipedulikan olehnya. Kejadian semacam itu bukanlah sesuatu yang
sangat jarang terjadi... namun, efek seperti ini tidak terlalu
mengejutkan baginya, jadi Momonga memutar-mutar jarinya dan
menghilangkan roh tersebut.
Momonga
melipat tangannya dan mulai merenung.
Langkah
selanjutnya adalah──
"...menghubungi
perusahaan game."
Mempertimbangkan
situasi aneh yang tengah dialami Momonga, orang yang paling
mengetahui mengenai hal tersebut seharusnya adalah perusahaan game
yang menjalankan Yggdrasil itu sendiri.
Yang
menjadi masalah adalah cara untuk menghubungi mereka. Biasanya orang
akan menggunakan fungsi [Shout] atau [Call GM] untuk melakukan kontak
langsung, namun tampaknya metode itu tidak bisa digunakan untuk saat
ini...
"Message?"
Itu
adalah sihir perpesanan dalam permainan.
Normalnya,
sihir itu hanya bisa digunakan dalam tempat atau keadaan tertentu.
Biasanya
kamu hanya bisa menggunakan ini dalam suatu tempat atau keadaan
tertentu, tapi sekarang sihir itu bisa dimanfaatkan dengan baik.
Sementara sihir ini bisa di gunakan untuk berkomunikasi dengan pemain
lain, namun masih belum diketahui apakah sihir tersebut bisa
digunakan untuk memanggil seorang GM.
Dan
di situasi yang aneh seperti ini, tidak ada jaminan bahwa sihir itu
masih berfungsi.
"...Tapi..."
Itu
masih layak untuk diselidiki.
Momonga
adalah penyihir tulen. Kalau dia tidak bisa menggunakan sihir,
jangankan bertarung, bahkan mobilitas dan kemampuannya untuk
mengumpulkan informasinya pun akan berkurang secara signifikan. Dalam
situasi seperti ini, di mana semua hal masih tidak diketahui, sangat
penting bagi dirinya untuk memastikan apakah sihir masih bisa
digunakan. Dan itu harus diketahui secepatnya.
Jadi
apakah ada tempat dimana dia bisa menggunakan sihir─ Momonga
melihat ke sekeliling Throne Room dan menggelengkan kepalanya.
Walau
ini merupakan keadaan darurat, dia tidak ingin menjadikan Throne Room
sebagai subyek percobaan sihirnya. Sambil memikirkan tentang tempat
yang cocok, sebuah tempat tertentu melintas ke dalam pikirannya.
Di
samping kemampuannya sendiri, ada hal-hal lain yang ingin dia
pastikan.
Dan
itu adalah kekuasaannya. Dia perlu mengetahui apakah kekuasaannya
sebagai pemimpin dari Ainz Ooal Gown masih ada.
Meskipun
NPC dihadapannya terlihat setia, ada banyak NPC di Makam Besar
Nazarick yang sama kuatnya dengan Momonga. Dia perlu memastikan
apakah mereka semua masih setia kepada dirinya.
Namun──
Momonga
menatap para pelayan wanita dan Sebastian yang tengah berlutut, lalu
menatap pada Albedo yang ada di sampingnya.
Albedo
menunjukkan senyuman kecil di wajahnya. Yang bisa digambarkan sebagai
sesuatu yang sangat indah, namun itu juga tampak seperti senyum
gelisah yang terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu, yang
memberikan Momonga firasat buruk.
Apakah
kesetiaan para NPC masih tetap sama? Jika ini adalah kenyataan,
setelah bertemu dengan atasan yang tidak kompeten, seorang pegawai
akan kehilangan kepercayaan kepada atasannya, jadi reaksi para NPC
ini seharusnya juga sama, kan? Atau mereka tidak akan pernah
mengkhianati seseorang selama mereka diprogram untuk setia?
Jika
kesetiaan mereka bisa digoyahkan, lalu apa yang bisa dilakukan untuk
menjaganya? Memberi mereka penghargaan? Ada banyak benda berharga di
gudang guild. Meskipun menggunakan harta-harta tersebut akan membuat
rekan-rekan lamanya sedih, karena ini merupakan keadaan darurat yang
menyangkut nasib dari Ainz Ooal Gown, mereka akan mengerti. Hanya
saja dia tidak yakin, seberapa banyak insentif yang harus dia
berikan.
Selain
itu, haruskah orang yang memiliki posisi yang lebih tinggi dianggap
sebagai superior? Tapi untuk saat ini, kekuatan seperti apa yang
dianggap superior, ini masih belum jelas baginya. Rasanya seperti
jika dia terus berjalan menuruni labirin ini, dia akan perlahan-lahan
memahami situasinya.
Atau
"─Kekuatan?"
Momonga
membuka tangan kirinya, dan Staff of Ainz Ooal Gown otomatis terbang
menuju telapak tangannya.
"Kekuatan
untuk berdiri di atas semuanya?"
7
permata yang tertanam di dalam tongkat bersinar dengan terang,
seolah-olah meminta tuannya untuk menggunakan kekuatan besar yang ia
miliki.
"...Lupakan
saja lah, mari pikirkan ini untuk lain kali."
Momonga
melepaskan tongkatnya, dan tongkat itu terjatuh ke lantai seolah-olah
sedang meluapkan amarahnya.
Kesimpulannya,
selama kamu bertindak seperti seorang pemimpin, kemungkinannya kecil
bahwa akan ada orang lain yang memusuhimu. Terlepas dari apakah itu
manusia atau hewan, selama kamu tidak menunjukan sedikit pun
kelemahan, musuh tidak akan menunjukan taringnya dan menyerangmu.
Dengan
sikap sok penting, Momonga berteriak dengan lantang:
"Pleiades,
dengarkan. Selain dari mereka yang mengikuti Sebastian, kalian akan
pergi ke lantai 9 dan melindunginya dari serangan apapun yang datang
dari lantai 8."
"Baik,
Momonga-sama"
Para
pelayan wanita di samping Sebastian menjawab dengan penuh hormat,
yang menunjukan pemahaman mereka terhadap perintah yang ia berikan.
"Laksanakan
segera"
"Dimengerti,
Tuanku!"
Setelah
memberikan jawaban, Sebastian dan para pelayan wanita membungkuk
kepada Momonga, kemudian berdiri pada saat yang sama, lalu beranjak
pergi.
Sekali
lagi, pintu besar Throne Room ditutup.
Sebastian
dan para pelayan wanita menghilang di sisi lain pintu.
Fakta
bahwa mereka tidak menolak perintah itu merupakan pertanda yang baik.
Momonga
merasa seolah-olah ada beban besar telah menghilang dari pundaknya,
dan ia menatap pada satu orang yang tertinggal bersamanya. Orang itu
adalah Albedo, yang menunjukkan senyuman kepadanya sambil bertanya:
"Apa yang anda ingin saya lakukan selanjutnya, Momonga-sama?"
"Ah,
ehmm... Aku mengerti." Momonga bangkit dari kursi tahtanya, dan
sambil memegang tongkatnya dengan satu tangan berkata:
"Dekati
aku."
"Sesuai
keinginan anda, tuanku."
Menjawab
dengan senyuman, Albedo melangkah maju. Walau Momonga masih
mewaspadai tongkat sihir dengan bola hitam mengambang yang dipegang
Albedo, dia sejenak lupa bahwa tongkat itu masih ada di sana. Sebelum
dia menyadari hal tersebut, Albedo sudah cukup dekat dengannya hingga
dia bisa memeluk dirinya.
Betapa
wangi aromanya─Apa sih yang aku pikirkan?!
Pikiran
itu langsung di tepis saat Momonga memikirkan itu, lagi pula ini
bukan waktunya berfantasi.
Momonga
menjulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Albedo.
"..."
"Ah?"
Ekspresi
Albedo tampak meringis kesakitan. Momonga merasa terkejut dan
cepat-cepat menarik kembali tangannya.
Apa
yang terjadi? Apa mungkin aku membuatnya merasa tidak nyaman?
Berbagai
kenangan yang tidak mengenakkan melintas di dalam pikirannya─
seoalah-olah langit telah runtuh dan jatuh ke bumi─ tapi Momonga
dengan cepat menemukan jawabannya.
"...Ah──"
Salah
satu persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi Undead Overlord adalah
Skeleton Mage, yang memiliki kemampuan untuk memberi kerusakan atau
memberi efek negatif saat pemainnya menyentuh orang lain. Apakah itu
yang menyebabkan reaksi Albedo?
Sekalipun
memang benar begitu, masih ada beberapa keraguan.
Di
Yggdrasil, semua monster dan NPC yang muncul di Makam Besar Nazarick
terdaftar dalam nama guild Ainz Ooal Gown. Selama mereka berasal dari
guild yang sama, meskipun mereka menyerang satu sama lain, seharusnya
tidak akan ada apapun yang terjadi.
Apakah
itu berarti Albedo sudah tidak lagi termasuk dalam guild? Atau apakah
sekarang menyerang sesama anggota guild sudah diperbolehkan?
─ Kemungkinan
yang terakhir sangat tinggi.
Menyadari
hal tersebut, Momonga meminta maaf kepada Albedo:
"Aku
minta maaf. Aku lupa untuk menghilangkan efek negatif dari skill
ini."
"Anda
tidak perlu memikirkan saya, Momonga-sama. Tingkat luka seperti ini
sama sekali tidak menyakitkan. Dan juga, bila itu Momonga-sama, tidak
peduli rasa sakit seperti apa...Ahn~!"
"Oh...
ehh... Begitukah... Tidak, aku tetap merasa sangat menyesal."
Momonga
tidak mengerti seperti apa reaksi yang harus ia tunjukkan setelah ia
melihat Albedo dengan malu-malu menutupi wajahnya dengan tangannya
setelah mengeluarkan suara unyu, dan mulai tergagap.
Jadi
itu memang benar-benar karena efek negatif saat mereka bersentuhan.
Momonga
dengan cepat memalingkan wajahnya, dan mencoba untuk menemukan cara
untuk menghentikan efek skill tersebut─ dan tiba-tiba dia mampu
memahami metodenya.
Bagi
Momonga, menggunakan skill milik Undead Overlord terasa sangat
natural dan sama mudahnya dengan bernapas.
Dihadapkan
dengan keadaan yang aneh tersebut, Momonga tidak bisa menahan
tawanya. Setelah begitu banyaknya situasi aneh yang terjadi
kepadabya, menjadi salah tingkah hanya karena sesuatu seperti itu
adalah hal yang bodoh. Kebiasaan seperti itu bisa jadi sangat
mengerikan.
"Aku
akan menyentuhmu."
"Ah."
Setelah
mematikan skill, dia mengulurkan tangan untuk menyentuh tangan
Albedo. Meskipun berbagai pikiran melayang di dalam pikirannya, ─
Ah betapa tipisnya ─ Ah betapa putihnya─ dan beberapa pikiran
lain muncul dikepalanya, semua hasrat laki-laki yang muncul
benar-benar ia hiraukan, karena dia hanya ingin merasakan detak
jantung Albedo.
─ Itu
berdetak.
Jantungnya
berdetak. Bagi makhluk hidup, itu adalah hal yang wajar.
Tentu
saja, itu kalau Albedo adalah makhluk hidup.
Setelah
melepaskan tangannya, Momonga menatap pada pergelangan tangannya
sendiri dan melihat hanya ada tulang putih yang tidak memiliki kulit.
Karena tidak ada pembuluh darah di sana, tentu saja tidak ada detak
jantung. Tentu saja, menjadi Undead Overlord artinya dia bisa hidup
abadi, di luar jangkauan kematian, dan tentu tidak akan memiliki
detak jantung.
Bergerak
menjauh, Momonga menatap Albedo.
Momonga
melihat Albedo dengan mata basah yang muncul dari bayangannya. Dengan
wajah memerah, mungkin karena peningkatan suhu tubuh secara
tiba-tiba. Melihat penampilan Albedo, Momonga menjadi terpana.
"...
Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"
Bukankah
Albedo seorang NPC? Hanya sejenis data elektromagnetik? Bagaimana
bisa dia bisa menjadi seperti orang hidup, AI seperti apa yang mampu
melakukan itu? Yang lebih penting lagi, dunia Yggdrasil tampaknya
telah menjadi dunia nyata...
Mustahil.
Momonga
menggelengkan kepalanya untuk menyangkal pemikiran tersebut. Situasi
fantastis seperti ini tidak mungkin bisa terjadi. Tapi setelah ide
itu tertanam dalam pikirannya, itu tidak bisa dibuang dengan mudah.
Merasa sedikit tidak nyaman terhadap perubahan Albedo, Momonga merasa
bingung tentang apa yang selanjutnya harus dia lakukan.
Selanjutnya...
Akan jadi langkah terakhir. Selama dia dapat memastikan ini, semua
firasatnya akan menjadi nyata. Untuk memastikan kecurigaannya
sendiri, apakah situasi ini nyata atau tidak?
Oleh
karena itu, ini merupakan tindakan yang sangat dibutuhkan. Meskipun
nantinya Albedo memutuskan untuk menggunakan senjata yang ia genggam
di tangannya...
"Albedo...
Boleh, bolehkah aku menyentuh dadamu?"
"Huh?"
Suasananya
langsung membeku.
Kedua
mata Albedo terbuka lebar karena terkejut.
Bahkan
Momonga pun juga merasa malu. Walau tidak ada cara lain untuk
menghindari ini, dia sendiri juga tidak mengerti, mengapa dia sampai
mengatakan itu. Benar-benar, meminta hal seperti itu dengan suara
lantang itu terlalu vulgar. Bukan, menggunakan kekuasaan yang ia
miliki sebagai atasan untuk melakukan pelecehan seksual terhadap
pegawainya, itu merupakan yang tindakan terendah dari yang paling
rendah.
Tapi
karena dia sudah mencapai batas dari pemikirannya, dia harus
melakukan ini.
Momonga
meyakinkan dirinya dengan paksa, dia memantapkan mentalnya, dan
dengan sikap berwibawa yang dimiliki oleh seorang penguasa, dia
berkata:
"Itu
tidak masalah kan?"
Sama
sekali tidak terasa berwibawa.
Mendengar
permintaan Momonga yang terdengar gemetaran, Albedo terlihat seperti
ia akan meledak karena terlalu merasa gembira.
"Tentu
saja, Momonga-sama. Silahkan belai dada saya semau anda."
Albedo
menonjolkan dadanya, bukit kembarnya yang tumbuh dengan mantap, di
hadapan Momonga. Jika Momonga bisa menelan air liurnya, dia pasti
sudah melakukannya berkali-kali.
Mengulurkan
tangannya, Momonga menyentuh buah dada Albedo yang ditutupi oleh
jubah seremonial.
Ada
ketegangan dan kegembiraan dengan jumlah abnormal yang ia rasakan,
dan disudut pikirannya, dengan tenang Momonga mengamati dirinya
sendiri. Berpikir bahwa dia sangat bodoh, mengapa dia memikirkan
metode seperti itu, dan bahkan menerapkannya kepada tindakannya.
Dia
diam-diam melirik ke arah Albedo, dan menyadari matanya yang tampak
berbintang-bintang, dadanya juga tampak seperti mengucapkan "Ayo,
silahkan!"
Tidak
yakin apakah itu karena kegembiraannya atau rasa malunya, tangan
Momonga gemetaran di bawah tekanan, tapi dia mengukuhkan tekadnya dan
terus menjulurkan tangannya.
Pertama-tama,
Momonga merasakan permukaan pakaian yang sedikit kaku, kemudian ia
merasa ada sensasi yang sangat lembut di bawahnya.
"Unn...
Anh..."
Di
saat Albedo mengeluarkan erangan manis, Momonga menghentikan
eksperimennya.
Setelah
mempertimbangkan semua hal yang dia tahu, Momonga mengambil
kesimpulan bahwa ada 2 penjelasan yang paling memungkinkan untuk
situasi ini.
Pertama,
bisa jadi ini adalah DMMORPG baru. Artinya bahwa, dengan berakhirnya
Yggdrasil, Yggdrasil II yang baru telah diluncurkan.
Tapi
setelah melakukan eksperimen ini, kemungkinan bahwa ini adalah
permainan yang baru dirilis menjadi tidak ada...
Karena
sebuah permainan akan melarang tindakan dengan rating 18 tahun ke
atas, atau bahkan tindakan dengan rating 15 tahun ke atas. Bila ada
pelanggaran yang dilakukan, hukuman parah akan segera dikeluarkan:
nama-nama para pelanggar akan diumumkan pada website resmi dan akun
yang bersangkutan juga akan dihapus.
Alasan
dibelakang tindakan ini adalah, bila catatan tentang tindakan dengan
rating 18 tahun ke atas tersebut dipublikasikan, itu bisa melanggar
Hukum Tata Tertib Masyarakat. Secara umum, fakta bahwa kebiasaan
semacam ini dianggap ilegal adalah hal yang sangat tidak mengejutkan.
Kalau
ini adalah sebuah dunia di dalam game, perusahaannya akan menerapkan
suatu metode untuk mencegah pemain melakukan tindakan seperti itu.
Jika GM atau perusahaan game mengawasi permainan, mereka akan
langsung mencegah perilaku cabul Momonga. Tapi disini tidak terlihat
ada tanda-tanda pencegahan seperti itu.
Dan
menurut dasar Hukum Komputer dan DMMORPG, tanpa memperoleh ijin dari
pihak berwenang, dan memaksa pemainnya untuk tinggal di dalam dunia
game bisa dikategorikan sebagai penculikan di bawah Hukum Penculikan.
Jika pemain dipaksa untuk bergabung ke dalam demo permainan, tindakan
semacam ini akan langsung diketahui oleh jaksa, terutama jika itu
tidak memungkinkan untuk meninggalkan permainan. Tidak akan
mengejutkan jika pengelola game tersebut akan dipenjarakan karenanya.
Jika situasi tersebut terjadi dan sistem log out paksa gagal
berfungsi, pemain dapat menyimpan rekaman permainan selama seminggu
penuh dengan built-in program, yang wajib dipasang sesuai dengan
hukum yang berlaku. Dengan itu, kamu bisa dengan mudah melaporkan
pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan game. Jika Momonga
menghilang selama seminggu, seseorang dalam perusahaannya akan
menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dan mengirim seseorang
ke rumahnya untuk mencari dirinya. Selama polisi melakukan
investigasi dengan benar, mereka seharusnya dapat menyelesaikan
masalah ini.
Perusahaan
macam mana yang mau mengambil resiko untuk dipenjara dengan cara
melakukan tindakan kriminal seperti itu? Tentu saja, mereka bisa
mengatakan bahwa itu adalah sesuatu yang baru pertama kali terjadi di
dalam game, atau mengatakan bahwa mereka tengah memperbarui
permainan mereka. Tapi bagi sebuah perusahaan game, mengambil resiko
semacam ini tidak akan menguntungkan mereka sama sekali.
Bila
dipikir seperti itu, maka satu-satunya kemungkinan untuk situasi
seperti ini adalah bahwa ini merupakan tindakan kejahatan, yang tidak
ada hubungannya dengan perusahaan game. Kalau begitu, alur pemikiran
ini harus dirubah, jika tidak maka akan mustahil untuk menemukan
jawaban.
Masalahnya
adalah kebingungannya tentang cara untuk mendekati masalah ini. Ada
juga kemungkinan lain...
...bahwa
dunia virtual menjadi nyata.
Tidak
mungkin.
Momonga
segera menolak pikiran tersebut. Bagaimana bisa hal yang konyol
seperti itu terjadi... tapi di sisi lain, semakin lama waktu berlalu,
hal tersebut semakin terlihat menjadi satu-satunya penjelasan yang
memungkinkan.
Dan
juga─Momonga berpikir tentang aroma manis yang datang dari Albedo.
Menurut
Hukum Digital, 2 dari lima indera, yaitu perasa dan sentuhan, harus
benar-benar disingkirkan. Walau ada sistem makanan dan minuman di
dalam permainan, itu secara umum hanya hadir sebagai sistem konsumsi.
Pembatasan pada indera sentuhan dimaksudkan untuk mencegah pemain
untuk percaya bahwa ini semua adalah sesuatu yang nyata. Karena
batasan tersebut, penggunaan dunia virtual dalam industri seks sangat
tidak populer.
Tapi
kini, semua batasan tersebut hilang.
Ini
mempunyai dampak yang besar bagi Momonga, yang memunculkan pertanyaan
seperti "Bagaimana dengan pekerjaanku besok?" atau "Apa
yang akan terjadi mulai dari sekarang?".
Saat
ini, itu semua adalah masalah kecil, yang ia buang jauh-jauh ke pojok
pikirannya.
"...
Jika dunia virtual menjadi dunia nyata... Mengingat jumlah data yang
ada, ini benar-benar tidak memungkinkan..."
Momonga
menjernihkan tenggorokannya yang seharusnya tidak dapat mengeluarkan
suara. Walau pikirannya tidak bisa menerima keadaan ini, namun di
dalam hatinya, dia sudah mengerti. Dan pada akhirnya ia menjauhkan
tangannya dari dada Albedo.
(Catatan
Penulis: Saat karakter utama kita memikirkan tentang situasi yang dia
alami, dia masih tetap meraba-raba dada orang lain.)
Setelah
menggerayanginya untuk waktu yang lama, Momonga akhirnya bisa
memahami situasinya. Alasan mengapa dia menyentuh buah dada Albedo
dalam waktu yang begitu lama, bukan karena dia berpikir bahwa mereka
sangat lembut dan tidak ingin melepaskannya... Sudah pasti bukan
karena itu.
"Aku
minta maaf, Albedo."
"Woo
ah..."
Albedo
yang sedang terengah-engah dengan wajah merah merona, dengan
intensitas seperti tubuhnya mengeluarkan uap. Dengan malu-malu ia
bertanya kepada Momonga: "Akankah saya merasakan pengalaman
pertama saya di tempat ini?"
Setelah
Albedo terbawa oleh suasana dan menanyakan itu, Momonga yang tidak
dapat menahan keterkejutannya berteriak:
"...Apa-?"
Pikiran
Momonga tiba-tiba menjadi kosong, membuat dia tidak bisa menguraikan
arti perkataan yang dilontarkan Albedo.
Pengalaman
pertama? Apa? Tentang apa ini? Dan kenapa dia terlihat sangat malu?
"Boleh
saya bertanya, apa yang harus saya lakukan dengan baju saya?"
"...
Ha?"
"Apakah
saya harus membukanya sendiri? Ataukah saya akan merepotkan
Momonga-sama? Dengan memakai pakaian, nantinya... mereka bisa
kotor... Tidak, jika Momonga-sama memang ingin saya mengenakan
pakaian ini, maka saya tidak keberatan."
Otak
Momonga akhirnya bisa memahami perkataan Albedo. Tidak, sekarang ini
masih belum jelas, apakah Momonga masih punya otak di dalam
tengkoraknya atau tidak.
Setelah
menyadaro keinginan Albedo, hatinya menjadi bimbang:
"Sudah
cukup, Albedo."
"Huh?
Baik, tuanku."
"Sekarang
jangan... sekarang bukan waktunya untuk melakukan hal-hal seperti
itu."
"Saya
sungguh meminta maaf! Sudah jelas saat ini kita sedang menghadapi
keadaan darurat, dan yang bisa saya pikirkan hanyalah nafsu saya
sendiri."
Albedo
mulai berlutut dan memohon maaf, tapi Momonga mengulurkan tangannya
untuk menghentikannya.
"Bukan,
semua ini adalah salahku, aku akan memaafkanmu, Albedo. Selain itu...
Aku punya permintaan lain untukmu."
"Apapun
yang terjadi, saya akan menaatinya."
"Sampaikan
kepada para Floor Guardian, aku ingin mereka menemuiku di Arena di
lantai 6. Waktunya sekitar satu jam dari sekarang. Aku akan
memberitahu Aura dan Mare sendiri, jadi kamu tidak perlu menghubungi
mereka berdua."
"Baik
tuanku. Saya ulangi, selain dua Guardian di lantai enam, saya harus
menyampaikan informasi kepada Guardian yang lain bahwa mereka harus
berkumpul di arena dalam waktu satu jam."
"Benar,
sekarang laksanakan."
"Baik."
Albedo
dengan cepat meninggalkan Throne Room.
Melihat
punggung Albedo yang semakin menjauh, Momonga menghela napas setelah
Albedo meninggalkan Throne Room:
"...
Apa yang telah aku lakukan... Walaupun maksudku itu hanyalah sebuah
lelucon... Jika sebelumnya aku tahu bahwa hal seperti ini akan
terjadi, aku tidak akan pernah melakukan hal tersebut, aku... telah
menodai NPC ciptaan Tabula Smaragdina."
Hanya
ada satu penjelasan tentang reaksi Albedo.
Kembali
saat dia menulis ulang settingan Albedo, dia merubahnya menjadi
[Jatuh cinta dengan Momonga]
Itulah
alasan mengapa Albedo mempunyai reaksi seperti itu.
"...
Ah... Sialan...!"
Momonga
bergumam pada diri sendiri. Albedo, yang merupakan peninggalan dari
Tabula Smaragdina, yang telah susah payah ia buat dari nol, telah ia
modifikasi tanpa ijin dari pemiliknya, dan akhirnya berubah menjadi
karakter seperti itu.
Momonga
merasa bahwa dia telah merusak karya orang lain dan merasa depresi.
Tapi
wajah Momonga hanyalah tengkorak, jadi tidak mungkin orang lain bisa
melihat wajahnya yang tampak terganggu saat dia pergimeninggalkan
tahta. Dia menasehati dirinya sendiri untuk mengesampingkan masalah
ini untuk sementara waktu. Dia punya masalah lain yang lebih penting
dan harus ia urus saat ini juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar