[Web Novel 24] Tiga Hari Menuju Kota Terdekat
Keesokan hari.
[Selamat pagi.]
Saat kami hendak pergi meninggalkan
desa, Robin datang dan memulai percakapan denganku.
Sepertinya hari ini dia juga akan
berdiri menjaga pintu masuk desa lagi.
[Selamat pagi, apa anda akan menjaga
pintu masuk desa lagi hari ini?]
[Ya, paling tidak sampai orang-orang
yang pergi berburu kembali.]
Kalau dipikir-pikir, para pria yang
pergi berburu masih belum kembali, walaupun satu malam sudah berlalu.
Apa mungkin Robin tetap berjaga di
pintu masuk desa selama semalaman penuh?
Itu mengingatkanku dengan para penjaga
kota yang ada di game RPG.
Sebuah pekerjaan sederhana, dimana kau
hanya perlu berdiri disana, baik itu pagi, siang, atau malam.
Meski begitu, aku penasaran, apa hanya
dia satu-satunya orang yang bertugas untuk menjaga pintu masuk desa
sampai yang lainnya kembali?
Ah, Chief Rocks juga ada disini.
Karena desa ini tidak terlalu besar,
mungkin si Chief juga harus bekerja cukup keras.
[Apa kalian sudah mau pergi?]
[Ya, kami sudah menyelesaikan urusan
kami dalam percakapan kemarin malam.]
[Tapi, aku masih ingin mengobrol
denganmu tentang anakku...]
[Aku juga sangat ingin melakukan itu,
tapi kami tidak bisa tinggal berlama-lama disini.]
[Benarkah?]
Sayangnya, situasinya memang seperti
itu.
Padahal aku juga sangat ingin
mendengarkan cerita tentang masa kecil Roxy.
[Setelah saya kembali ke Asura, saya
akan mencoba untuk menghubungi anda lagi.]
[Aku serahkan itu kepadamu.]
Setelah menundukkan kepalaku, aku
menulis di memo yang ada di dalam hatiku, agar aku tidak lupa untuk
menghubungi Robin saat aku bertemu dengan Roxy nanti.
[Ah, benar juga, tolong tunggu aku
disini, sebentar saja.]
Sepertinya Robin baru saja mengingat
sesuatu, dan langsung masuk ke dalam desa.
Setelah dia memasuki suatu rumah
(kemungkinan besar rumahnya Roxy), beberapa menit kemudian, Robin
kembali sambil membawa seorang gadis yang sangat mirip dengan Roxy.
Kalau kau ingin memanggil seseorang,
bukannya kau bisa menggunakan telepati..... adalah yang aku pikirkan,
tapi sepertinya dia sedang membawa sebilah pedang.
Apa dia akan memberikan pedang itu
kepadaku ya?
[Ini adalah istriku.]
[Aku adalah Rokari.]
Sepertinya gadis ini adalah ibunya
Roxy.
[Nama saya Rudeus Greyrat. Anda
kelihatan lumayan muda.]
Kalau bukan karena kedua orang ini, aku
tidak akan pernah bisa meninggalkan rumahku.
Saat aku memikirkan itu, kepalaku
sepertinya secara naluri menunduk lebih rendah, sampai pada akhirnya
aku membungkuk di hadapan mereka.
[Itu tidak mungkin, aku masih muda?
Usiaku tahun ini sudah mencapai 102 tahun.]
[Itu.... itu masih lumayan muda.]
Sepertinya ras Migurd akan berhenti
mengalami pertumbuhan badan saat mereka mencapai usia 10 tahun, dan
dari sana, mereka baru mulai mengalami pertumbuhan badan lagi saat
mereka mencapai usia 150 tahun.
[Roxy-sensei sudah sangat banyak
membantu saya.]
[Sensei? Anak itu sampai bisa mengajari
orang lain, kira-kira apa yang membuatnya mau melakukan hal seperti
itu?]
[Roxy-sensei mengajari saya banyak hal
yang tidak saya ketahui.]
Aku tertawa sambil mengatakan itu, dan
Rokari dengan pipi memerah berkata “Ah, aku mengerti!”
Apa dia salah memahami kata-kataku ya?
[Tapi, beruntung kalian datang saat aku
masih bertugas sebagai penjaga desa.]
[Itu benar. Saya bersyukur kita bisa
bertemu. Roxy-sensei benar-benar merawatku dengan baik. Kalau begitu,
apa boleh kalau saya mulai memanggil anda ayah mertua?]
[Hawwa wa? Tolong hentikan itu.]
Dia menolakku dengan ekspresi serius.
Itu sedikit membuatku terkejut.
Tapi, wajah seriusnya mirip dengan
Roxy, dan itu lumayan membuatku merasa rindu dengan Roxy.
[Terlepas dari gurauanmu tadi, aku
mohon terimalah ini.]
Setelah mengucapkan itu, Robin
menyerahkan pedang yang ia bawa kepadaku.
[Sekalipun Ruijerd ikut pergi
bersamamu, kalau kamu tidak memiliki senjata, itu pasti akan
membuatmu merasa gelisah.]
[Sebenarnya saya tidak benar-benar
tidak memiliki senjata sih?]
Sambil mengucapkan itu, aku sudah
menerima dan mengeluarkan pedang tersebut dari sarungnya.
Sebuah pedang lebar dengan satu sisi
tajam.
Sisi kecilnya memiliki lebar sekitar 60
centimeter.
Pedangnya juga kelihatan sedikit
melengkung.
Golok? Bukan, itu lebih mirip seperti
pedang pendek.
Aku bisa melihat ada banyak goresan
yang menunjukkan bahwa pedang itu sudah digunakan selama
bertahun-tahun, tapi pedang itu sendiri sama sekali tidak mengalami
kerusakan.
Sepertinya pedang itu dirawat dengan
cukup baik, seluruh bagiannya tampak indah, namun aku merasa ada
sesuatu yang mirip seperti hawa membunuh yang merembes keluar dari
pedang itu.
Perdang tersebut secara menyeluruh
memiliki warna abu-abu gelap, tapi di saat pedang itu memantulkan
cahaya, cahaya yang dipantulkan sedikit memiliki warna hijau zamrud.
[Di masa lalu, aku menerima pedang ini
dari seorang pandai besi yang singgah di desa ini selama beberapa
waktu. Begitu kuatnya pedang ini, sampai-sampai pedang ini tidak
berkarat sedikitpun sekalipun aku telah menggunakannya selama
bertahun-tahun. Kalau kau mau, tolong gunakan ini.]
[Aku akan menerimanya dengan senang
hati.]
Tidak perlu menahan diriku disini.
Ini bukanlah situasi dimana aku bisa
menahan diri.
Akan lebih baik kalau aku bisa menerima
apapun yang ditawarkan kepadaku.
Terlepas dari diriku, akan menyedihkan
rasanya kalau Eris tidak memiliki senjata.
Dia juga menggunakan teknik Sword-God.
Paling tidak, kalau dia memiliki
pedang, sekalipun hanya satu saja, harusnya itu bisa membantunya
untuk sedikit merasa lebih tenang.
[Kalau begitu tolong terimalah uang ini
juga. Memang tidak banyak, tapi setidak-tidaknya uang ini bisa
dipakai untuk tidur di penginapan selama 2 atau 3 hari.]
Yay, uang saku.
Setelah membuka tas yang diberikan
kepadaku, aku melihat ada sebuah koin yang dibuat dari batu secara
kasar, dan koin lain yang di dalamnya terdapat logam berwarna abu-abu
gelap.
Kalau tidak salah, mata uang yang
digunakan di Demon Continent adalah Koin Hijau Kecil, Koin Logam,
Koin Logam Tua, dan Koin Batu, empat tipe tersebut.
Dalam hal nilai mata uang, keempat koin
tersebut adalah yang paling rendah di seluruh dunia, bahkan Koin
Hijau Kecil yang paling berharga pun hanya senilai dengan 1 Koin
Perunggu Besar dari kerajaan Asura.
Koin Logam memiliki nilai yang sama
dengan Koin Perunggu biasa milik Asura.
Kebetulan, kalau kau mengkonversi mata
uang kerajaan Asura dan Demon Continent ke dalam Yen, itu malah akan
memberimu kesan yang lebih rendah.
Koin Batu yang paling murah nilainya
adalah 1 yen.
= = = = = = = = = =
Koin Emas Asura – 100.000 Yen ($1.000
USD)
Koin Perak Asura – 10.000 Yen ($100
USD)
Koin Perunggu Besar Asura – 1.000 Yen
($10 USD)
Koin Perunggu Asura – 100 Yen ($1
USD)
Koin Hijau Besar – 1.000 Yen ($10
USD)
Koin Logam – 100 Yen ($1 USD)
Koin Logam Tua – 10 Yen (10 Sen)
Koin Batu – 1 Yen (1 Sen)
= = = = = = = = = =
Itu adalah angka-angka yang dalam
sekilas akan memberitahumu, seberapa kuatnya kerajaan Asura dalam
dunia ini, dan seberapa parahnya Demon Continent.
Sekalipun Demon Continent memiliki
harga pasar yang berbeda.
Karena itulah, ras demon tidak semiskin
seperti kelihatannya.
[Terima kasih banyak.]
[Aku benar-benar ingin kita mengobrol
lebih lama soal Roxy.]
Baik Rokari dan Robin mengucapkan hal
yang sama.
Bagaimanapun juga, mereka pasti merasa
khawatir terhadap anak mereka.
Roxy mungkin sudah berusia 44 tahun,
tapi kalau kau mengkonversi usianya ke dalam usia manusia, maka
anggapannya Roxy baru berusia sekitar 20 tahun.
Tentu saja orang tua akan merasa
khawatir bila anaknya yang masih semuda itu pergi meninggalkan mereka
tanpa kabar sedikitpun.
[Kalau mau, kami bisa tinggal disini
selama 1 hari lagi.]
Aku menyarankan itu, tapi Robin
menggelengkan kepalanya.
[Tidak usah. Yang paling penting,
sekarang aku sudah tahu kalau dia baik-baik saja, benar bukan?]
[Ya. Anak itu tidak bisa tinggal dengan
nyaman di desa ini.]
Roxy tidak bisa tinggal dengan nyaman
disini.
Mungkin itu karena masalah telepati.
Pada dasarnya, kau tidak akan bisa
mendengar percakapan apapun di dalam desa ini.
Tidak ada satupun orang yang berbicara.
Mungkin mereka semua berbicara dengan
menggunakan telepati.
Roxy bilang, dia tidak bisa menggunakan
atau mendengar telepati ini.
Kalau kau tidak bisa berbicara kepada
orang lain dan mendengar percakapan orang yang ada di sekitarmu,
tentu saja hal seperti itu akan membuatmu ingin untuk kabur dari
rumah.
[Saya mengerti. Kalau begitu, sampai
jumpa lain kali.]
[Ya, tapi, aku mohon maaf soal menjadi
ayah mertuamu.]
[A wa wa.... te... tentu saja.]
Dia benar-benar menolak soal urusan
itu.
Aku tidak tahu apakah nantinya aku akan
bertemu dengan Roxy lagi, tapi setidak-tidaknya, aku akan kembali
untuk mengembalikan uang ini kepada mereka.
***
Akan membutuhkan waktu setidak-tidaknya
3 hari bagi kami untuk mencapai kota terdekat.
Di hari pertama perjalanan, aku
langsung menyadari, betapa pentingnya Ruijerd bagi kami.
Aku bersyukur karena dia mau menjadi
rekan kami.
Karena Ruijerd sudah menghabiskan waktu
yang cukup lama untuk berpetualang sendirian, dia tahu semua rute
yang ada di Demon Continent, dan persiapannya untuk membangun
perkemahan di alam bebas juga sempurna.
Ditambah lagi, dia juga memiliki organ
hidup yang bertugas sebagai radar, yang merupakan kemampuan khusus
yang ia miliki.
Orang ini benar-benar terlalu berguna.
[Kalau mungkin, bisakah kamu sedikit
mengajari kami?]
[Apa yang akan kalian lakukan setelah
belajar?]
[Kami akan menjadi lebih berguna.]
Untuk alasan itu, selama 3 hari
berikutnya, Eris dan aku mempelajari ilmu perkemahan dibawah
bimbingan Ruijerd.
[Yang pertama adalah api unggun. Tapi,
tidak ada pohon yang tumbuh dan bisa digunakan untuk membuat api
unggun di Demon Continent.]
Hmm.
Kalau dipikir-pikir, saat pertama kali
kami bertemu dengan Ruijerd, ada api unggun disana.
[Kalau begitu, apa yang harus kami
lakukan?]
[Memburu monster.]
Di Demon Continent, segalanya selalu
berujung kepada memburu monster.
[Kebetulan, ada satu monster di dekat
sini. Tunggu sebentar.]
[Whoa, tunggu dulu.]
Aku meraih pundak Ruijerd dan
menghentikan dia.
[Ada apa?]
[Apa kamu berencana untuk bertarung
sendirian?]
[Ya, berburu adalah pekerjaan bagi
seorang prajurit. Kalian anak-anak cukup tunggu aku disini.]
Jadi begitu.
Sepertinya Ruijerd berencana untuk
melanjutkan perjalanan dengan cara seperti ini sampai akhir.
Yah, bagi seseorang yang usianya sudah
lebih dari 500 tahun seperti Ruijerd, jangankan anak, kami bahkan
lebih muda daripada cucu.
Ditambah lagi, Ruijerd memiliki
kekuatan yang menggila.
Sekalipun kami menyerahkan semua
masalah yang ada kepada Ruijerd, kami mungkin tetap akan baik-baik
saja.
Tapi, jika situasi yang paling buruk
terjadi.
Kalau entah karena suatu alasan,
Ruijerd menjadi tidak bisa bergerak.
Atau semisal dia tewas.
Aku dan Eris, yang hampir tidak
memiliki pengalaman bertempur, akan tertinggal sendirian.
Hal seperti itu bisa saja terjadi di
tengah-tengah hutan yang lebat.
Atau di hadapan monster yang brutal dan
mengerikan.
Untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi situasi seperti itu, kami harus mendapatkan pengalaman
bertempur mulai dari sekarang.
Karena itulah, kami membutuhkan agar
Ruijerd mulai mengajarkan kepada kami cara-cara untuk melawan para
monster.
Bukan, cara berpikir seperti itu tidak
baik.
Hubungan yang ada di antara kami adalah
give and take.
Hubungan
yang setara.
Kami
tidak akan membuatnya mengajari kami cara untuk bertarung, tapi kami
akan menciptakan metode untuk bekerja sama dalam sebuah pertempuran.
[Kami
bukan anak-anak.]
[Tidak,
kalian itu anak-anak.]
[Dengarkan
aku, Ruijerd.]
Aku
memanggil namanya dengan nada bicara yang kuat.
Sepertinya
dia sedikit salah dalam memahami situasi ini.
Tidak
akan bagus jadinya kalau kami tidak memperjelas posisi yang kami
miliki.
Disini,
tidak ada pihak yang lebih unggul.
[Kami
akan membantumu, dan kamu akan membantu kami. Sekalipun motif kita
berbeda, tapi kita akan bertarung bersama-sama sebagai rekan dan
sebagai sesama prajurit.]
Kemudian
aku bertatap mata dengan Ruijerd.
Dengan
tampang segalak mungkin.
Beberapa
detik berlalu.
Ruijerd
pun dengan cepat membuat kesimpulan.
[Aku
mengerti. Kalian adalah seorang prajurit.]
Ucapannya
terasa seperti “Wah wah, apa yang harus aku lakukan kalau kalian
begini.”
Namun,
untuk sekarang kami telah berhasil memutuskan hubungan “melindungi
dan dilindungi”, dan kini kami bisa turut berpartisipasi dalam
latihan yang berbahaya.
[Tentu
saja, Eris juga akan ikut bertarung, iya kan?]
[Te,
tentu saja!]
Eris
menatapku dengan tampang tercengang, tapi dia juga mengangguk saat
aku bertanya kepadanya.
Bagus,
gadis pintar.
[Baiklah
kalau begitu, Ruijerd-san. Tolong bawa kami ke tempat para monster
berada.]
Waktu
untuk bersikap kuat sudah berakhir.
Bagaimanapun
juga, kau harus menyampaikan keinginanmu dengan jelas dalam sebuah
negosiasi.
***
Musuh
pertama yang kami temui adalah monster bernama Stone Treant.
Singkatnya,
semua monster yang memiliki nama Treant adalah monster sejenis pohon.
Pepohonan
yang menyerap Mana, dan berubah menjadi makhluk lain yang menyerang
orang-orang.
Orang-orang
mengelompokkan semua makhluk yang memiliki ciri-ciri seperti itu
menjadi apa yang mereka sebut sebagai Treant.
Sekalipun
Treant disebut sebagai monster pohon, tapi ada beberapa klasifikasi
dan kira-kira 2 divergensi.
Yang
pertama adalah tipe Treant yang telah dikonfirmasi tersebar ke
seluruh dunia, Lesser Treant.
Tipe
itu adalah pohon muda yang mengalami perubahan, namun terus
berpura-pura sebagai pohon biasa, dan mulai menyerang orang.
Mereka
lemah dan lambat, bahkan orang biasa yang tidak menjalani latihan
apapun mampu mengalahkan mereka hanya dengan bermodal kapak.
Kemudian
ada Elder Treant, pohon yang menghisap Mana dan nutrisi dari mata air
peri di Grand Forest, yang kemudian mengalami perubahan.
Berkat
ketebalan Mana yang luar biasa di dalam mata air peri, Elder Treant
mendapatkan kemampuan untuk menggunakan sihir air.
Pohon
besar yang mengalami perubahan disebut dengan nama Older Treant.
Pohon
mati yang mengalami perubahan disebut dengan nama Zombie Treant.
Dan
seterusnya.
Ada
banyak klasifikasi dari Treant, namun intinya, mereka memiliki bentuk
seperti pohon dan menyerang apapun yang berada di dekat mereka.
Kalau
kau mengalahkan tubuh mereka dan membiarkan benih yang mereka
tinggalkan, mereka akan terus berkembang biak dengan sendirinya.
Pola
tersebut tidak berubah.
Namun,
Stone Treant ini memiliki klasifikasi yang sedikit unik.
Dari
segala hal yang bisa ditiru, Treant yang satu ini memilih untuk
meniru batu.
Aku
yakin kalian akan penasaran tentang bagaimana caranya sebatang pohon
bisa melakukan itu.
Tidak
ada yang aneh sama sekali soal itu.
Stone
Treant berubah menjadi monster semenjak mereka masih berbentuk benih.
Biasanya
mereka tampak seperti benih berukuran besar, tapi saat ada orang yang
berdekatan dengan mereka, mereka akan langsung berubah menjadi pohon
dan menyerang korbannya.
Sekalipun
mereka masih berbentuk benih, berbeda seperti biji bunga matahari,
benih Stone Treant masih sulit untuk dibedakan dari sekelilingnya.
Mereka
tampak seperti batu biasa yang tersebar disana sini, dan memiliki
sisi-sisi yang kasar.
Benda
yang paling mirip dengan mereka mungkin adalah kentang.
[Apa
ada hal-hal yang harus kami perhatikan saat kami bertarung
melawannya?]
[Rudeus,
kamu adalah penyihir bukan?]
[Ya.]
[Kalau
begitu, jangan gunakan api.]
[Api
tidak berpengaruh?]
[Kalau
kamu membakarnya, nanti kayunya tidak bisa dipakai untuk membuat api
unggun.]
[Aku
mengerti sekarang.]
[Jangan
pakai air juga.]
[Kalau
kayunya basah, nanti tidak bisa dibakar?]
[Benar.]
Jadi
begitu.
Ruijerd
hanya menganggap monster itu sebagai kayu untuk membuat api unggun.
[Kalau
begitu kita akan mencoba untuk melawannya hanya dengan aku dan Eris.
Kalau Eris berada dalam situasi yang berbahaya, tolong selamatkan
dia.]
[Tujuan
aku tidak boleh ikut bertarung itu apa?]
[Untuk
sementara, karena kamu tidak tahu bagaimana caraku dan Eris
bertarung. Setelah itu, Ruijerd-san akan bertarung sendirian dan kami
bisa menggunakan itu sebagai referensi.]
[Dimengerti.]
Kalau
begitu.
Eris
akan bertugas untuk bertarung di garis depan, dan aku akan
mendukungnya dari belakang.
Mulai
dari sekarang, aku harus mencermati kemampuan Eris dalam menggunakan
pedang.
Aku
tidak benar-benar merasa nyaman soal mengirim Eris yang imut dan
manis sebagai petarung di garis depan.
Tapi,
dia tidak akan memiliki banyak manfaat bila dia bertarung di
tengah-tengah formasi.
Lagipula,
dia tidak bisa menyesuaikan gerakan tubuhnya dengan gerakan orang
lain.
Dan
juga, kami tidak terlalu membutuhkan bantuan Ruijerd.
Dengan
begitu, Eris akan bertarung dengan bebas, sesuai dengan keinginannya
sendiri, sembari didukung oleh aku dan Ruijerd.
Sepertinya
itu adalah formasi yang paling cocok bagi kami.
[Kalau
begitu Eris, aku akan menyerang sekali dari jarak jauh, kemudian
selagi musuhnya masih merasa lemah, kamu hampiri dan hajar dia. Untuk
kebanyakan waktu, aku akan meneriakkan nama sihir yang akan aku
gunakan, dan saat kamu mendengarnya, coba kamu menghindar agar tidak
menghalangi jalannya sihirku.]
[Aku
mengerti.]
Eris
menghunuskan pedang yang barusan ia dapat dan mengayunkannya dengan
mantap untuk memeriksa kondisi pedang tersebut, kemudian ia
mengangguk siap.
Semangat
bertarungnya lumayan tinggi.
Baiklah,
aku sudah siap dengan tongkatku.
Dilarang
menggunakan api dan air.
Dilihat
dari bentuknya, sihir angin sepertinya tidak akan begitu efektif,
jadi aku akan menggunakan tanah.
Aku
lumayan ahli dalam menggunakan sihir tanah.
Bagaimanapun
juga, aku sudah membuat banyak figuran kecil dengan menggunakan sihir
tanah.
Namun,
ini akan menjadi pertama kalinya bagiku untuk menggunakan sihir tanah
saat melawan monster.
Untuk
percobaan pertama, aku akan habis-habisan menggunakan seluruh
tenagaku.
[Fuuu.]
Tarik
nafas dalam-dalam.
Kumpulkan
Mana di tanganku.
Sebuah
operasi yang sudah aku lakukan sebanyak puluhan ribu kali.
Di
kondisiku yang sekarang, sekalipun kakiku ditebas oleh lawan, aku
akan tetap bisa menggunakan sihir.
[Baiklah.]
Bentuk
: Model peluru batu.
Tingkat
Kekerasan : Sekeras mungkin.
Transformasi
: Ujung peluru akan memiliki bentuk rata dengan lekukan kecil di
tengahnya, dan sisi peluru juga akan memiliki beberapa lekukan.
Variasi
: Putaran berkecepatan tinggi.
Ukuran
: Sedikit lebih besar dari kepalan tangan.
Kecepatan
: Secepat mungkin.
[Rock
Bullet, Stone Cannon!]
Ada
bunyi keras sekaligus sebuah peluru batu yang meluncur keluar dari
ujung tongkatku.
Peluru
batu itu melayang sambil nyaris menyentuh permukaan tanah dengan
kecepatan yang luar biasa tingginya, dan menghantam Stone Treant yang
masih menyamar menjadi batu.
Bang!
Terdengar
bunyi keras yang mampu membuatmu menutup telingamu, dan Stone Treant
itu meledak menjadi berkeping-keping.
Eris
mulai berlari pada waktu yang sama saat peluru batuku meluncur, tapi
dia langsung menghentikan langkahnya begitu peluruku menghantam si
Treant.
Kemudian
dia mulai melotot ke arahku.
[Dalam
kondisi lemah apanya! Apa kamu mau aku menebas bangkai monster?!]
[Ma...
maaf, karena ini adalah pertama kalinya buatku, jadi aku tidak bisa
menahan diri.]
[Jeez!]
Setelah
gagal dalam menjalankan pertempuran bersama kami yang pertama, Eris
benar-benar marah.
Tapi,
aku tidak bisa membayangkan kalau monster itu akan mati dalam sekali
serang.
Biasanya,
aku akan membuat peluru batu dengan sudut yang memiliki rongga.
Ide
yang aku dapatkan dari contoh yang ada di duniaku yang dulu ini
benar-benar hebat.
Kemudian
aku merasakan kalau Ruijerd sedang menatap diriku.
[Apa
tongkat itu Magic Item?]
Koreksi,
dia menatap tongkatku.
[Bukan,
ini cuma tongkat biasa. Tapi, sepertinya bahan yang digunakan untuk
membuatnya memiliki harga yang lumayan mahal.]
[Sekalipun
kamu tidak menggambar pola sihir atau merapal mantera?]
[Kalau
aku tidak menggunakan mantera, aku bisa memberikan variasi pada
bentuk peluruku.]
[Oh.]
Ruijerd
terdiam.
Sekalipun
dia sudah hidup selama lebih dari 500 tahun, sepertinya voiceless
incantation juga tetap merupakan suatu hal yang langka baginya.
[Kalau
begitu, apakah itu sihirmu yang paling kuat?]
[Tidak,
aku bisa membuat peluruku meledak saat menghantam lawan.]
[Sepertinya
akan lebih baik kalau kamu tidak menggunakan sihirmu saat masih ada
rekan yang berada di dekat lawan.]
[Sepertinya
begitu.]
Itu
adalah pertama kalinya aku menggunakan sihirku untuk menyerang
sesuatu, tapi kekuatan penghancurnya benar-benar melebihi
ekspektasiku.
Sekalipun
peluruku hanya menyerempet tubuh Treant, mungkin Treant itu tetap
akan mati dalam sekejap.
Akan
bagus jadinya kalau ada sejenis sihir yang bisa aku gunakan untuk
memberikan dukungan dari belakang, tapi mungkin gara-gara aku hanya
pernah bertarung sendirian, aku tidak bisa memikirkan ide apapun.
Aku
penasaran, bagaimana cara bertarung para penyihir di dunia ini?
[Ruijerd-san,
gerakan seperti apa yang paling baik untuk digunakan saat memberikan
dukungan dalam pertarungan dengan menggunakan sihir?]
[Entahlah,
aku tidak pernah bertarung bersama seorang penyihir.]
Yah,
Ruijerd adalah seseorang yang berasal dari ras Supard yang memiliki
sejarah panjang.
Dia
mungkin tidak perlu meniru gaya bertarung kelompok lain.
Aku
hanya tinggal memikirkan cara untuk mengkoordinasikan gerakan kami
untuk kedepannya.
Untuk
sekarang, cukup pikirkan soal mendapat beberapa pengalaman bertempur.
[Maaf
merepotkan, tapi bisakah kamu sekali lagi mencari musuh untuk
dilawan?]
[Ya,
tapi sebelum itu, ada sesuatu yang harus kita lakukan terlebih
dahulu.]
[Sesuatu
yang harus dilakukan?]
Apa
dia hendak mendoakan musuh yang dia bunuh?
[Mengumpulkan
kayu bakar. Kayunya sedikit tercecer kemana-mana gara-gara pelurumu.]
Aku
menggunakan sihir angin untuk mengumpulkan semua kayu bakar yang
tercecer.
***
Setelah
itu, sampai matahari terbenam, kami terlibat dalam 4 pertempuran
sambil melanjutkan perjalanan.
Stone
Treant, Grand Tortoise, Acid Wolf, Pack Coyote.
Ruijerd
menghabisi Grand Tortoise dengan hanya satu serangan.
Satu
serangan yang ditujukan kepada mahkota yang ada di kepalanya.
Cara
bertarung yang sederhana dan sangat pintar.
Inilah
kemampuan dari seseorang yang telah bertarung sendirian melawan
berbagai monster selama 500 tahun.
Aku
mulai sedikit merasa malu karena tadinya aku merasa bangga hanya
karena berhasil menghancurkan Stone Treant dalam sekali serang.
Acid
Wolf adalah serigala yang mampu mengeluarkan zat asam dari mulutnya.
Hanya
ada satu yang muncul, jadi Eris mengalahkannya dengan sendirian.
Dengan
satu tebasan berkecepatan tinggi, dia berhasil membuat kepala
serigala itu melayang ke udara.
Kalau
dibandingkan dengan Ruijerd, tentu serangannya terlihat kasar, tapi
tetap saja, dia berhasil mengalahkan musuh dalam sekali serang.
Kemudian
seluruh tubuh Eris dibanjiri oleh darah yang mengalir dari tubuh
serigala yang ia habisi.
Tadinya
aku mengira, karena monster itu bisa mengeluarkan zat asam, mungkin
darahnya juga akan berbahaya, tapi sepertinya tidak ada masalah.
Kalau
pengalaman bertempur kami yang pertama berakhir seperti ini, aku rasa
itu sudah cukup.
Kebetulan,
Stone Treant kedua yang kami temui juga tewas seketika ditanganku.
Aku
berniat untuk cukup banyak melemahkan sihir yang aku gunakan, tapi
kontrolnya itu sulit.
Cukup
banyak kekuatan untuk memberikan kerusakan, tapi tidak cukup kekuatan
untuk langsung membunuhnya.
Aku
ingin agar Eris mendapat beberapa pengalaman bertarung, tapi semua
sihir yang aku gunakan memiliki kekuatan yang terlalu besar, jadi
pertarungan kami berakhir dengan terlalu cepat.
Sampai
aku bisa mengatur kekuatan sihirku dengan benar, sepertinya akan
lebih baik bagiku untuk tidak menggunakan sihirku untuk menyerang
orang lain.
Kecuali
saat kami berada dalam situasi dimana aku tidak punya pilihan lain
selain untuk membunuh lawanku, aku tidak mau melihat efek gore.
Saat
ini.
Kami
sedang bertarung melawan sekelompok Pack Coyote. (coyote=anjing
hutan)
Mereka
kerap membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari belasan ekor Pack
Coyote.
Memang,
mereka tidak selalu tergabung dalam sebuah kelompok.
Kadang-kadang
ada yang terpisah dan berkeliaran sendirian.
Tapi
bukan berarti jumlah mereka akan terus bertambah saat bertarung.
Mereka
akan berpisah sebanyak satu kali untuk setiap bulannya, berkembang
biak sendiri-sendiri, kemudian salah satu diantara mereka akan
membuat kelompok sekaligus menjadi pemimpinnya.
Dengan
cara seperti itu, mereka akan terus meningkatkan populasi mereka.
Sekalipun
kau mengalahkan mereka satu demi satu, pemimpin yang baru akan
menggantikan pemimpin yang tewas, dan pertempuran akan terus
berlanjut.
Jumlah
yang banyak adalah kekuatan.
Fakta
bahwa mereka bisa mengatur kelompok seperti itu dengan baik,
membuktikan bahwa mereka adalah monster yang lumayan kuat.
20
Pack Coyote.
Adventurer
biasa akan tewas bila berhadapan dengan jumlah lawan sebanyak itu.
Eris
mengayunkan pedangnya sambil mempelajari berbagai hal dari Ruijerd.
Sepertinya
dia lumayan merasa senang saat belajar dari Ruijerd.
Sekalipun
hari ini adalah hari pertama Eris untuk mendapat pengalaman
bertarung, sepertinya dia tidak merasa terganggu.
Dia
terus menebas satu demi satu Pack Coyote dengan ekspresi penuh
percaya diri, yang layaknya mengatakan “wajar kalau aku bisa
melakukan ini, setelah banyaknya latihan yang sudah aku jalani.”
Sepertinya
dia sama sekali tidak merasa ragu saat dia menebas makhluk hidup.
Yah,
sudah lama aku tahu kalau dia itu bukanlah gadis manis yang suka
berdiam diri.
Aku
hanya melihat pertempuran itu.
Beberapa
kali muncul situasi yang membuatku berpikir untuk ikut bertarung dan
memberikan bantuan, namun dengan kehadiran Ruijerd, tidak ada tempat
bagiku untuk membantu Eris.
Kalau
aku melakukan sesuatu, kebanyakan besar tindakanku hanya akan
menimbulkan masalah baru.
Meski
begitu, aku merasa bosan.
Aku
serasa diabaikan.
Aku
harus memikirkan formasi yang bagus dengan cepat.
Tapi,
kalau aku lihat-lihat, Eris memang lumayan kuat.
Pada
akhirnya, dia berhasil mencapai tingkat advanced dalam teknik
Sword-God tepat sebelum hari ulang tahunku tiba.
Belakangan
ini aku merasa kalau aku sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk
menang melawannya kalau aku tidak menggunakan sihir.
Sekalipun
Ghyslaine pernah bilang kalau Eris memiliki lebih banyak bakat
daripada Paul.
Aku
yakin suatu saat nanti Eris akan melampaui Paul.
Rasakan
itu, Paul.
[Rudeus!
Kemari!]
Ruijerd
memanggilku.
Tanpa
aku sadari, semua Pack Coyote sudah tewas.
[Kita
bisa menjual bulu dari Pack Coyote ini. Kita akan menguliti mereka.
Kita beruntung untuk bisa bertemu dengan Pack Coyote sebanyak ini.]
Ucap
Ruijerd sambil mengeluarkan sebilah pisau.
Mungkin
di dalam pikirannya, makin banyak musuh = makin banyak barang yang
bisa dijual.
[Tolong
tunggu sebentar.]
Setelah
mengucapkan itu kepada Ruijerd, aku menghampiri Eris.
[Hah.....
Hah.....]
Setelah
menguliti Pack Coyote yang ketiga, nafas Eris mulai menjadi kacau.
Memang
pertarungan barusan hanya berlangsung selama 5 menit, tapi Ruijerd
hanya bertindak sebagai pendukung, dan hampir semua Pack Coyote
dikalahkan oleh Eris.
Tentu
saja itu akan menghabiskan tenaganya.
[Oh
dewi yang maha pengampun, tolong sembuhkanlah luka yang ada pada
dirinya, dan biarkan dia pulih dengan raga yang sehat, Healing.]
Untuk
saat ini aku akan menyembuhkan lukanya terlebih dahulu.
[Terima
kasih.]
[Apa
kamu baik-baik saja?]
[Hnnhn,
terlalu gampang!]
Sambil
tertawa dengan bangga, Eris mengusap wajahnya yang penuh dengan darah
lawan dengan menggunakan lengan bajunya.
Tapi,
sekalipun ini adalah pertarungannya yang pertama, Eris benar-benar
tampak tenang.
Apa
itu sifat bawaan yang dia miliki ya?
Hanya
dengan mencium bau darah saja sudah mampu membuatku ingin muntah.
[Terlalu
gampang, eh. Ini adalah pengalaman bertarungmu yang pertama kan?]
[Tidak
ada bedanya. Sama saja dengan apa yang diajarkan Ghyslaine.]
Anggap
latihan sebagai hal yang sebenarnya.
Dan
anggap hal yang sebenarnya sebagai latihan. Kira-kira seperti itu.
Dengan
sikap yang dia miliki, sepertinya Eris bisa mengerahkan 100%
tenaganya dalam situasi apapun.
Entah
saat kau sedang berlatih bersama rekan, atau saat musuhmu mengucurkan
darah, keduanya tidak begitu berbeda.
[Serius
deh.]
Aku
kembali menghampiri Ruijerd sambil tersenyum pahit.
Barusan
dia juga melihat percakapan kami.
[Apa
sebenarnya tujuanmu, untuk menyuruh Eris bertarung?]
[Aku
tidak akan selalu ada untuk melindunginya. Saat waktunya tiba, dia
harus bisa melindungi dirinya sendiri.]
[Oh.]
[Omong-omong,
Ruijerd-san, bagaimana menurutmu kemampuan Eris?]
Aku
bertanya sambil menguliti Pack Coyote dengan cara seperti yang
diajarkan oleh Ruijerd.
Ruijerd
mengangguk.
[Kalau
dia rajin berlatih, dia akan menjadi prajurit kelas atas.]
[Benarkah?!
Yay!]
Mendengar
itu, Eris langsung melompat-lompat kegirangan.
Kalau
kau dipuji oleh seorang pahlawan bersejarah, tentu kau akan merasa
senang.
Tapi
hal itu juga lumayan bagus bagiku.
Kalau
Ruijerd mengakui bakat yang dimiliki Eris.
Mulai
dari sekarang, akan lebih mudah bagiku untuk memikirkan formasi yang
bisa kami gunakan.
[Ruijerd-san,
mulai dari sini, bagaimana kalau kita memakai formasi dimana Eris
bertugas di garis depan, dan aku akan memberi dukungan dari
belakang?]
[Lalu
tugasku apa dalam formasi itu?]
[Berjagalah
di tengah-tengah formasi. Kalau bisa, tolong ambil tindakan yang
sesuai dengan situasi yang kita hadapi, dan lindungi kami dari
titik-titik yang tidak terlihat. Dan semisal ada bahaya yang datang
menghampiri kami, tolong beri kami perintah.]
[Aku
mengerti.]
Seperti
itulah, formasi kami telah diputuskan.
Dalam
beberapa hari, Eris dan aku perlahan mulai mengumpulkan pengalaman
bertarung.
***
Saat berkemah.
Menu makan malam adalah daging dari
Grand Tortoise.
Ada terlalu banyak daging yang kami
dapatkan, jadi dibawah instruksi Ruijerd, kami mengubah setengahnya
menjadi daging kering.
Daging Grand Tortoise.
Terus terang, rasanya sama sekali tidak
enak.
Di lidah terasa mentah dan kalau
dikunyah terasa alot.
Seharusnya, daging itu dimasak dalam
waktu yang cukup lama.
Tapi Ruijerd memanggangnya dengan cara
tercepat.
Yaitu dengan menggunakan api unggun.
Omong-omong soal api unggun, saat Stone
Treant mati, tubuh mereka perlahan akan mengering.
Karena itulah, bangkai mereka bisa
digunakan untuk mengeringkan pakaian, dan juga untuk membuat api
unggun.
Aku rasa aku mengerti sekarang, kenapa
Ruijerd hanya menganggap monster itu sebagai kayu bakar.
[??]
Pokoknya, daging ini rasanya
mengerikan.
Siapa yang bilang kalau daging dari
kura-kura ini rasanya enak?
Itu kau, Ruijerd.
Daging seperti ini sulit untuk dimakan
kecuali kau menambahkan bumbu-bumbuan atau sesuatu untuk
menghilangkan baunya.
Ah, aku ingin makan daging sapi.
Aku ingin makan nasi dan daging sapi.
Dibawah ini adalah kalimat dalam sebuah
manga yang pernah aku baca di kehidupanku yang dulu.
Daging goreng itu mantap. Mantap,
soalnya lezat.
Makna sesungguhnya
dari kalimat diatas adalah, daging goreng yang rasanya tidak lezat
sama sekali tidak ada mantapnya.
Kalau aku
ingat-ingat, masakan yang disajikan di Kerajaan Asura terasa lezat.
Masakan yang
sering disajikan disana adalah roti, daging, ikan, sayur-sayuran, dan
makanan penutup yang setara dengan masakan yang disajikan di restoran
bintang 3.
Kalau orang
sepertiku yang lahir di daerah pinggiran saja merasa seperti ini,
Eris pasti lebih merasa kesulitan.
Saat aku
memikirkan itu, ternyata Eris sedang melahap daging kura-kura itu
tanpa merasa terganggu.
[Rasanya lumayan
enak.]
Bohong...
Ah, bukan, ini
situasi seperti itu, iya kan?
Anak kecil yang
hanya pernah makan makanan lezat, pada suatu hari anak itu akhirnya
mendapat kesempatan untuk bisa makan makanan cepat saji, dan merasa
kalau makanan itu terasa lezat.
[Kenapa?]
[Um, bukan
apa-apa, apa rasa dagingnya enak?]
[Ya! Aku selalu
ingin untuk mencoba makanan seperti ini.]
Sepertinya setelah
dia mendengar suatu cerita dari Ghyslaine, dia selalu berharap untuk
bisa makan daging panggang yang dimasak menggunakan api unggun.
Terkadang dia
merasa kagum dengan sesuatu yang benar-benar aneh.
[Dagingnya masih
bisa dimakan sekalipun masih mentah.]
Setelah mendengar
ucapan Ruijerd, kedua mata Eris tampak bersinar.
[Tolong, hentikan
itu.]
Aku berusaha
mati-matian untuk menghentikan Eris yang sudah mulai memasukkan
daging mentah ke dalam mulutnya.
Serius deh,
bagaimana kalau di dalam daging itu ada parasitnya?
***
Sesaat
sebelum kami tidur, Ruijerd mengajari Eris cara untuk memperbaiki
pedang.
Untuk
kebanyakan waktu, aku juga ikut mendengarkan.
Sekalipun
tombak yang digunakan Ruijerd tidak terbuat dari logam, dan pedang
yang digunakan Eris terbuat dari logam berjenis khusus yang tidak
bisa berkarat.
Tapi
sepertinya perbaikan tetap menjadi hal yang perlu untuk dilakukan.
Kalau
darah yang menempel di pedang tidak dibersihkan, tidak hanya bau
darahnya mampu menarik perhatian para monster, namun ketajaman pedang
pun juga akan berkurang.
Ditambah
lagi, kalau kau adalah seorang prajurit, maka kau juga harus bisa
untuk merawat senjatamu sendiri.
Seperti
itulah yang diceritakan Ruijerd kepada kami.
[Oh
iya, tombak itu terbuat dari apa?]
Selagi
aku ingat, aku menanyakan itu.
Trisula
milik ras Supard.
Tombak
itu berwarna putih bersih.
Tidak
ada hiasan, bagian yang tajam dan pegangannya tampak menyatu, dan
terbuat dari bahan yang sama.
[Diriku
sendiri.]
[Ha?]
[Tombak
seorang Supard terbuat dari jiwa mereka sendiri.]
Sebuah
jawaban yang filosofis.
Ah, ya,
aku mengerti sekarang.
Mungkin
seperti ini. Hidupmu, dengan kata lain adalah jiwamu.
Tombak
itu adalah jiwamu, hidupmu.
Hidupmu,
dengan kata lain adalah hatimu.
Hatimu,
dengan kata lain adalah kasih sayangmu.
Mungkin
artinya tombak itu terbuat dan dipenuhi oleh kasih sayang Ruijerd.
[Sejak
lahir, ras Supard sudah memiliki tombak sendiri-sendiri.]
Saat
aku kebingungan, Ruijerd mulai menjelaskan masalah itu kepadaku.
Sepertinya,
ras Supard yang baru lahir akan memiliki ekor dengan tiga cabang.
Saat
mereka tumbuh besar, ekor itu juga ikut tumbuh bersama mereka, dan
saat mereka mencapai usia dimana mereka mulai bisa berjalan, ekor itu
menjadi keras dan terpisah dari tubuh mereka.
Bahkan
sekalipun ekor itu sudah terpisah dari tubuh mereka, mereka masih
bisa menggunakan ekor itu sebagai bagian dari tubuh mereka sendiri,
dan makin sering mereka menggunakannya, makin tajam pula ekor itu.
Tidak
akan bisa dihancurkan, mampu menghancurkan apapun, memiliki kemampuan
untuk menembus apapun, tombak yang paling kuat.
Atau
begitulah seharusnya, tergantung kepada individu yang menggunakannya.
[Karenanya,
sebelum kami mati, kami tidak akan pernah melepaskan tombak kami.]
Itu
adalah wajah seorang pria yang mengingat kesalahannya dari 400 tahun
yang lalu.
Kemungkinan
besar, tombak yang ia miliki adalah tombak yang jauh lebih keras dan
lebih tajam daripada tombak milik ras Supard yang lain.
Sungguh
bisa diandalkan.
Tapi,
cara berpikir seperti itu tidak bagus, kau tau?
Bersikap
keras kepala, dan tidak mau menerima orang lain.
Kalau
kau tidak mampu menerima orang lain, maka itu artinya orang lain juga
tidak akan mampu menerimamu.
Cara
berpikir seperti itu adalah sesuatu yang berbahaya.
–
Tidak
terasa 3 hari telah berlalu, dan kami telah sampai di kota terdekat.
Lms nya mana gan?
BalasHapushilang ditelan bumi
Hapusmakasi min .....
BalasHapus