Satu tahun telah berlalu.
Pendidikan Eris berjalan dengan
lancar.
Sepertinya dia memiliki bakat dalam
hal mempelajari ilmu pedang, karena sebelum dia berumur 10 tahun, dia sudah
mencapai standar tingkat intermediate.
Bisa dibilang, orang dengan ilmu
pedang tingkat intermediate mampu bersaing dengan seorang ksatria biasa.
Ghyslaine bilang Eris bisa mencapai
tingkat advanced dalam beberapa tahun.
Dia baru berumur 9 tahun tapi……
apakah si Ojou-sama ini jenius?
Dalam hal bahasa, bisa dibilang
pelajarannya berjalan lancar.
Hal itu khususnya disebabkan oleh
Ghyslaine yang bercerita tentang cobaan berat yang ia alami di masa lalu
gara-gara tidak bisa membaca.
Gara-gara itu, ia tak bisa melakukan
apa-apa, ditipu oleh segala jenis orang jahat, dan pada akhirnya dijual sebagai
budak.
Karena itulah Eris berusaha untuk
mempelajari bahasa dengan sungguh-sungguh.
Peningkatan dalam bidang matematika
tidak begitu terlihat. Aku tidak yakin hal-hal seperti apa yang akan terjadi
kepada Eris di masa depan, tapi dunia ini kelihatannya tidak membutuhkan
penggunaan rumus-rumus matematika yang terlalu maju, jadi aku merasa akan lebih
baik untuk tidak terburu-buru dalam belajar matematika.
Untuk bisa terbiasa dan mahir dalam
menggunakan 4 operasi hitung-hitungan dasar dalam 5 tahun, aku akan memilih itu
sebagai targetku.
Kelas ilmu sihir juga berjalan
dengan lancar, tapi aku merasa kalau sebentar lagi kami akan menemui hambatan.
Eris pada dasarnya bisa menggunakan
semua sihir tingkat elementary, dan dia juga terbiasa dengan semua sistem sihir
selain sihir tanah, dibandingkan dengan Ghyslaine yang hanya bisa mempelajari
sihir api.
Mereka berdua menghadiri kelas yang
sama, jadi kenapa kok ada perbedaan seperti itu?
Apakah Ghyslaine tidak terbiasa
dengan sihir air, angin, dan api?
Pokoknya, ada beberapa hal di buku
panduan sihir yang tidak bisa digunakan sekalipun kau merapal manteranya.
Sehubungan dengan hal ini, aku juga
tidak berusaha keras untuk mengingat mantera-manteranya, jadi aku tidak begitu
paham.
Dan juga, aku mencoba untuk
mengajarkan voiceless incantation kepada mereka, tapi hasilnya meh.
Sylphy bisa langsung memahami itu,
mungkin masalahnya ada pada umur.
Atau mungkin Sylphy punya bakat
seperti itu.
Aku tidak benar-benar mengerti,
mungkin aku telah mengajari mereka sesuatu yang tidak berguna.
Kini sudah waktunya untuk
mempelajari sihir tingkat intermediate, tapi baik Ghyslaine dan Eris adalah pendekar
pedang.
Harusnya mempelajari sihir tingkat
intermediate sudah cukup bagi mereka untuk membereskan hal lain-lain yang tidak
penting.
Aku pikir begini saja tidak apa.
Aku yakin suatu hari nanti ilmu yang
mereka pelajari akan berguna.
Sekalipun aku merasa kalau semua
pelajaran berjalan dengan lancar, tapi sepertinya kelas tata krama tengah
menemui suatu masalah.
***
Hari ulang tahun Eris yang kesepuluh
semakin dekat.
Usia 10 tahun adalah sesuatu yang
spesial, dan menurut tradisi bangsawan, hari ulang tahun ke 5, 10, dan 15 harus
dirayakan dengan pesta besar.
Halaman mansion akan dibuka untuk
umum dan digunakan untuk menerima hadiah dari para penduduk, dan keluarga Eris
juga akan mengundang para bangsawan dari kota untuk ikut merayakan pesta ulang
tahun.
Dan omong-omong soal pesta, yang
merasa paling pusing adalah Eris.
Pokoknya, dia tidak bisa berdansa.
Dia bahkan tidak bisa melakukan gerakan dansa yang paling mudah.
[Masalahnya akan terlalu besar bila
bintang utama pesta tidak bisa berdansa.]
Ucap Edona dalam rapat pengurus yang
diadakan setiap awal bulan.
Aku bertanya tentang Eris saat dia
masih berumur 5 tahun, dan mendapat jawaban bahwa kelas dansa baru diperlukan
setelah bangsawan Asura mencapai usia 10 tahun. Ini artinya tidak perlu untuk
belajar dansa.
Jadwal untuk kelas ilmu pedang dan
sihir harus ditunda untuk mengadakan sesi latihan darurat untuk kelas tata
krama.
Latihan ilmu pedang di pagi hari
masih tetap ada, dan setelah makan siang, akan ada sedikit latihan ilmu sihir
untuk mencerna makanan, dan setelah itu semua kelas lainnya akan digunakan
untuk belajar dansa.
Semakin lama, aku merasa kalau Eris
makin merasa muram dan jengkel.
[Maaf, kalau boleh saya tanya,
apakah Rudeus-sama bisa berdansa?]
Edona yang baru saja muncul setelah
latihan ilmu sihir berakhir bertanya kepadaku.
[Tidak, aku tidak bisa.]
[Kalau tidak bisa, saya mohon
bergabunglah dengan latihan Eris-sama. Rudeus juga akan menghadiri pesta dansa
bukan?]
[A, ah. Aku, ikut berpartisipasi?]
Aku menengok ke arah Eris, dan dia
mengangguk dengan pasti.
[Tentu saja Rudeus juga akan ikut
berpartisipasi.] (Bicara dengan sopan)
Apa gaya bicaranya itu dipengaruhi
oleh kelas tata krama? Eris menggunakan kata-kata yang aneh.
Nah, itu bukan hal yang penting.
[Sepertinya aku diminta untuk
menghadiri pesta tersebut.]
[Kalau anda menghadiri pesta
tersebut, tidak baik kalau anda tidak tahu cara untuk berdansa.]
[Tidak, aku akan baik-baik saja
kalau aku berdiam diri di pojokan dan bersikap seperti anak kecil.]
Edona bahkan tidak menunjukkan
senyuman kaku.
Wajahnya selalu dihiasi oleh
senyuman lembut yang tidak pernah hilang.
Aku menyadari bahwa selain ekspresi
itu, orang ini tidak menunjukkan ekspresi lain.
Dengan kata lain, wajah tanpa
ekspresi.
[Bila seseorang untuk pertama
kalinya menghadiri sebuah pesta, orang tersebut mungkin akan merasa lebih gugup
dari biasanya.
Mungkin ada saat dimana orang
tersebut menginjak jari-jari kaki pasangannya saat berdansa, ditambah lagi para
tamu mungkin akan merasa berkecil hati melihat usia Ojou-sama yang masih muda.
Untuk mengatasi ketegangan tersebut,
kalau bisa, saya harap anda mau menjadi……]
Edona beberapa kali melihat ke
arahku, tapi dia tetap menunjukkan senyuman yang sama di wajahnya.
Setelah berbelit-belit seperti itu,
pada akhirnya kamu hanya menginginkan bantuanku bukan?
Kelas dansa Eris berlangsung dengan
kesulitan seperti itu.
Mau bagaimana lagi, sekalipun aku
tak mau memberikan bantuan dalam hal yang tidak aku kuasai, tapi karena Edona
sudah menjelaskan dengan cara seperti itu, aku tidak bisa menolak.
Bagaimanapun juga, aku masih tetap
menjadi guru kepala.
[Baik, aku mengerti. Tapi aku tidak
akan membayar biaya untuk belajar dansa, oke?]
[Tentu saja, sebaliknya, saya minta
maaf karena akan merepotkan Rudeus-sama.]
Gara-gara percakapan di atas, aku
juga ikut berpartisipasi dalam kelas dansa.
***
Metode mengajar Edona benar-benar
terlalu jelek, eh bukan, rata-rata hampir semua guru juga seperti itu.
‘Kamu harus melakukan ini’,
‘beginilah caranya untuk melakukan itu’, ‘pokoknya kamu harus mengingat itu’.
Kira-kira seperti itu.
Yang paling penting adalah, dia sama
sekali tidak mengajarkan pokok inti dari permasalahan dan poin-poin yang perlu
diperhatikan.
Aku juga pernah bertemu dengan guru
seperti itu saat aku masih SMP. Ya sudahlah, aku tinggal berpikir sendiri kalau
ada yang tidak aku pahami, toh aku bukan anak-anak lagi.
[Aku mengerti.]
Setelah 3 hari, aku sudah memahami
beberapa gerakan dansa yang berbeda.
Yang dimaksud dengan dansa hanyalah
menyesuaikan diri dengan irama dan melangkahkan kaki ke tempat-tempat yang
sudah ditentukan sebelumnya.
Kamu bahkan tak perlu berlatih untuk
melakukan dansa yang paling mudah.
Mungkin karena aku secara aktif
menggunakan pengalamanku saat aku bermain dance dance revolution semasa aku
SMP, aku tidak terlalu mendapat banyak masalah.
[Itu luar biasa, Rudeus-sama
benar-benar jenius.]
Eris langsung cemberut saat ia melihat
Edona memujiku.
Sesuatu yang tidak bisa ia lakukan
setelah belajar selama berbulan-bulan dapat dengan mudah dilakukan
oleh orang lain, pasti di dalam hati ia merasa tidak tenang.
Tapi aku tidak mengulur-ulur waktu saat
belajar dansa 3 hari belakangan ini, dan aku telah mengamati masalah
yang dialami Eris.
Dan akhirnya aku paham dengan jelas,
tarian Eris terlalu cepat dan kaku.
Sekalipun sebenarnya berdansa memiliki
suatu kecocokan dengan teknik Sword-God, tapi berbalik dengan apa
yang diharapkan, dimana Eris seharusnya melangkah dengan anggun
menurut ritme, dia malah melangkah dengan kecepatan penuh, yang pada
akhirnya menyebabkan ritme pasangan dansanya menjadi kacau.
Naluri dasar Eris merasa tertekan oleh
ritme yang membatasi gerakannya. Tak peduli bagaimanapun juga, dia
akan bersikeras untuk melangkah menggunakan ritme yang ia ciptakan
sendiri, tanpa dipengaruhi oleh faktor lain. Itu adalah bakat dalam
pertempuran, tapi hal itu juga akan mengganggu dirinya sendiri saat
berdansa.
Bagaimanapun juga, dia harus
menyesuaikan diri dengan tindakan pasangan dansanya.
Edona diam-diam telah memberitahuku,
bahwa dia belum pernah menemui murid yang tidak berbakat seperti ini,
tapi sejujurnya itu tidaklah benar.
Kalau Eris mampu bergerak dengan
kecepatan tinggi, itu artinya dia juga bisa berdansa, hanya saja
metode yang dipakai untuk mengajarinya tidaklah bagus.
Sekalipun mengoreksi masalah ini
sebenarnya lumayan merepotkan, tapi aku punya trik rahasia.
[Eris, tutup matamu, biarkan ritmemu
untuk mengontrol gerakan tubuhmu.]
[…...Apa yang kamu pikirkan, pakai
memintaku untuk menutup mata segala!]
[…...Rudeus-sama?]
Wajah tanpa ekspresi Edona sedikit
runtuh.
Bukan, ini bukan seperti yang kalian
pikirkan. Kalian ini benar-benar tidak sopan, tega-teganya kalian
mencurigai seorang gentleman sepertiku.
[Aku akan menggunakan trik sulap agar
Eris bisa berdansa.]
[Eh! Apa ada sihir seperti itu?]
[Bukan, ini trik sulap, bukan sihir.
Ini adalah fenomena ajaib.]
Eris memiringkan kepalanya dengan
bingung, tapi dia mau mendengarkan saranku dan menutup kedua matanya.
Saat belajar ilmu pedang, dia telah
melihat banyak ritme gerakan tubuh, seperti gerakan dengan kecepatan
tinggi, gerakan yang halus, gerakan yang tajam, namun tidak ada ritme
yang beraturan.
Karena kau tidak bisa membuat prediksi
yang akurat, akan mudah jadinya untuk mengacaukan ritme lawan, dan
aku sudah pasti tidak bisa melakukan ritme aneh secara alami seperti
itu.
[Aku akan menepuk tanganku sekarang,
dan melangkahlah layaknya kamu tengah menghindari sebuah serangan,
dan ikutilah arahanku.]
Dengan begitu, aku mulai menepuk
tanganku secara beraturan, plok~, plok~, plok~.
Eris menyesuaikan gerakannya, selangkah
demi selangkah dengan cara menggerakkan badannya.
Hal itu berlanjut untuk beberapa saat,
dan aku menambahkan bunyi-bunyi lain dengan selang waktu acak.
[Haii! Haii!]
Timingnya adalah sesaat sebelum aku
menepuk tangan, Eris akan memperlambat gerakan tubuhnya untuk sesaat,
dan hanya bereaksi ketika dia mendengar suara tepuk tanganku.
[O-, oh, ini...!]
Edona tampak terkejut.
Eris melanjutkan tariannya, dan
sekalipun langkahnya sedikit terlalu cepat, tapi gerakannya masih
bisa diikuti.
[Anda berhasil, anda berhasil
Ojou-sama!]
[Benarkah!?]
Edona menggenggam kedua tangan Eris dan
menunjukkan senyum gembira yang jarang terlihat sambil berteriak.
Eris membuka kedua matanya dengan
senang hati dan menjawab dengan senyum lebar di wajahnya.
[Ini masih belum selesai, jangan buka
matamu dulu, kamu harus mengingat perasaan itu, oke?]
[Ingat apanya, itu kan cuma menyadari
mana serangan yang palsu, dan menghindari serangan yang asli!!]
Itu benar, hal itu juga diajarkan di
kelas ilmu pedang.
Saat Ghyslaine mengajari bagaimana
caranya untuk menghindari serangan lawan, dia akan mendemonstrasikan
pergerakan palsu dengan mengeluarkan bunyi, dan kami harus
menghindari serangan yang sesungguhnya tanpa merasa bingung oleh
pergerakan palsu lawan.
Dibandingkan dengan bereaksi terhadap
pergerakan palsu Ghyslaine yang penuh dengan hawa membunuh, mengikuti
bunyi sederhana yang aku keluarkan tentu jauh lebih mudah.
Sebagai catatan, dalam topik ini
hasilku lebih bagus ketimbang Eris.
Dia itu terlalu polos dan gampang
tertipu oleh pergerakan palsu.
[Eris, hal-hal yang kamu pelajari di
kelas, bisa diaplikasikan di kelas lain.
Terkadang kalau ada sesuatu yang tidak
bisa kamu lakukan dengan baik, coba kamu ingat-ingat apakah ada
pelajaran lain yang memiliki sesuatu yang mirip, jadi coba pikirkan
itu baik-baik, oke?]
Eris membuka matanya lebar-lebar, hal
yang tidak biasa, tapi dia tidak membantah dan hanya mengangguk.
Dengan begitu, harusnya kelas dansa
tidak memiliki masalah lagi.
[Rudeus-sama memang hebat, anda hanya
membutuhkan waktu 1 tahun untuk berhasil mengajarkan matematika
kepada Ojou-sama.]
Edona kelihatannya merasa kagum
denganku.
Tapi kalau kau berkata begitu, apa itu
berarti kau menganggap kalau Eris tidak memiliki harapan lagi untuk
mempelajari matematika?
Hm, tapi aku memang mendapat banyak
masalah dalam hal itu. Meski begitu, aku bisa sukses mengajari
matematika karena dibantu oleh Ghyslaine, jadi aku tidak boleh
sombong.
[Oh iya, Edona, aku pikir ilmu pedang
memiliki kemiripan dengan dansa.]
Edona menunjukkan ekspresi tidak
percaya, wow aku telah melihat sebuah keajaiban, ohhh dewa yang ada
di luar sana, sebenarnya kau sekarang sedang berada di hadapanku dan
mengambil alih ekspresi wajah Edona, bukan? Kau ini terlalu
berlebihan.
[Tapi, ada tarian yang memang khusus
dilakukan sambil mengayunkan pedang.]
[Ara, benarkah ada tarian seperti itu?]
[Y, ya, aku pernah membacanya di buku.]
Tarian pedang adalah hal yang biasa
dalam pengetahuan Chuunibyou milikku, tapi mungkin saja dunia ini
tidak memiliki tarian seperti itu.
[Darimana buku tersebut berasal?]
[B, buku itu berasal dari negara yang
ada padang pasirnya.]
[Padang pasir... apakah itu Begaritto?]
[Aku tidak yakin. Bisa saja tarian itu
berasal dari ras demon yang tinggal di demon continent.
Aku dengar ada banyak suku-suku kecil disana, dan ada orang-orang
yang mampu menggunakan pedang untuk menari.]
Aku
baru saja mengucapkan sesuatu yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.
[Saya
mengerti, dengan banyaknya pengetahuan yang anda miliki, Rudeus-sama
benar-benar seperti sumber kecerdasan.]
Edona
kembali menunjukkan wajahnya yang tanpa ekspresi, dan tampaknya ia
menerima cerita yang aku buat-buat.
[Itu
benar, Rudeus itu luar biasa!]
Aku
tak tahu kenapa Eris dengan bangga menjawab seperti itu.
Itu
bagus, puji aku lebih banyak.
Aku
adalah tipe orang yang akan mengalami peningkatan saat menerima
pujian, fuahahahaha!
***
Di
hari pesta, aku mengambil posisi di pojokan halaman.
Di
awal pesta, Philip dan istrinya bertugas untuk menangani bangsawan
kelas menengah dan bawah yang berkunjung ke mansion.
Disaat
Sauros bertugas untuk menerima tamu, mereka malah akan merasa takut
dengan sikap liar dan suaranya yang lantang, dan ada lumayan banyak
orang yang berusaha untuk melarikan diri.
Kesempatan
terakhir untuk menangkap orang-orang yang melarikan diri tersebut
terletak di tempat dimana sang pemeran utama pesta berada.
Eris
tidak memiliki kewenangan apapun, tidak memahami politik, dan tidak
peduli siapapun lawan bicaranya, dia akan berkata “Silahkan
mengunjungi Otou-sama”.
Ada
beberapa remaja berwajah tampan yang memperkenalkan diri, dan juga
orang-orang tua yang memperkenalkan anak mereka kepada Eris.
Ada
beberapa anak yang kira-kira berumuran sama dengan Eris, tapi hampir
semuanya berbadan gendut.
Mereka
pasti hidup dengan nyaman di rumah, rasanya seperti aku sedang
melihat diriku yang dulu.
Saat
aku memikirkan itu, pesta pun dimulai.
Seperti
yang sudah direncanakan sebelumnya, aku akan menjadi pasangan dansa
Eris yang pertama. Kami akan melakukan tarian yang paling sederhana
untuk anak-anak, tapi karena Eris adalah aktor utama dalam pesta ini,
kami berdiri tepat di tengah-tengah halaman.
Anggap
saja ini sebagai latihan, aku harap kami tidak gagal,
[A...
a... a... apa-apaan...!]
Eris
benar-benar merasa sangat gugup dan bergerak kaku seperti robot.
Aku
memutuskan untuk mencampur sedikit tipuan dalam langkahku. Setelah
itu, Eris menggumam [apa-apaan] dengan suara pelan, dan kondisinya
pun kembali normal.
Setelah
selesai berdansa, Edona mencariku untuk membicarakan sesuatu.
Melihat
Ojou-sama dari jauh, bisa dilihat kalau dia sudah tidak merasa tegang
lagi.
Edona
bertanya, apa yang aku lakukan saat berdansa, dan aku menjawab kalau
aku melakukan hal yang sama saat aku sedang latihan.
Aku
menambahkan kalau hal yang aku lakukan sebenarnya berasal dari
latihan berpedang.
Mendengar
itu, Edona yang merasa kagum diam-diam tertawa.
Karena
misi ku sudah selesai, aku bisa pergi dan mencari makanan.
Ada
banyak makanan yang tidak biasa tersedia disini.
Contohnya,
ada buah yang tidak aku ketahui asal-usulnya yang dibuat menjadi kue
pie asam, atau hidangan yang menggunakan seluruh bagian dari kepala
sapi, dan kue-kue yang ditata dengan indah.
Saat
aku menikmati makanan-makanan tersebut, tatapanku bertemu dengan
tatapan Ghyslaine.
Dia
tidak memberikan isyarat apa-apa dengan tatapannya, tapi aku bisa
melihat dengan jelas kalau mulutnya meneteskan air liur.
Aku
juga seorang pria yang bisa memahami situasi lho.
Aku
mengambil beberapa makanan dengan menggunakan serbet, dan meminta
bantuan seorang pembantu untuk mengirim makanan itu ke ruanganku.
Para
pengawal dan pembantu bisa menikmati makanan yang lebih baik dari
biasanya, tapi makanan seperti yang tersedia di pesta ini tidak akan
tersedia di tempat lain.
Saat
aku hampir selesai memindahkan makanan ke ruanganku, aku tiba-tiba
menyadari ada seorang gadis muda yang manis dihadapanku.
Dia
mengambil inisiatif untuk berbicara denganku, memperkenalkan namanya,
dan mengucapkan pidato kecil.
Sepertinya
dia adalah gadis yang berasal dari keluarga bangsawan menengah, tapi
aku lupa namanya.
Dia
mengundangku untuk berdansa, dan setelah aku memberitahu dia kalau
aku hanya bisa melakukan gerakan dasar, kami pergi menuju area
halaman yang kosong.
Aku
merasa kalau aku berdansa dengan cukup bagus.
Setelah
kami selesai berdansa, ada gadis lain yang datang menghampiriku untuk
mengajakku berdansa lagi.
Apa
yang... hey, jangan-jangan aku populer?
Sembari
memikirkan itu, satu demi satu gadis terus mengundangku untuk
berdansa.
Bahkan
ada seorang bibi yang umurnya sudah lewat 30 tahun, dan bahkan ada
juga anak yang lebih kecil dariku yang tidak tahu cara berdansa.
Selain
dengan orang yang memiliki perbedaan tinggi badan yang terlalu besar,
pada dasarnya aku berdansa dengan semua orang yang menghampiriku.
Aku
adalah orang Jepang yang tahu bagaimana caranya untuk mengucapkan
kata TIDAK, tapi setelah menjawab OK kepada orang pertama, rasanya
tidak enak kalau aku menolak orang lain.
Sekalipun
aku memiliki niat untuk melakukan itu, tapi aku tidak benar-benar
ahli dalam mengingat wajah dan nama orang, dan itu membuatku lelah.
Saat
semuanya hampir berakhir, Philip menghampiriku untuk menjelaskan
situasiku saat ini.
Sepertinya
bahwa Sauros mendengar bahwa ada seseorang yang penasaran dengan
identitas anak muda yang berdansa dengan Eris di awal pesta, dan
Sauros dengan bangga mengumumkan bahwa anak muda itu adalah seseorang
yang memiliki nama Greyrat.
Yang
artinya, semua ini adalah kesalahannya Sauros Jii-san.
Meski
begitu, aku tidak bisa menyalahkan dia.
Anak
yang berhasil menghilangkan ketegangan Ojou-sama, apakah dia anak
rahasia Sauros-sama?
Dia
pasti merasa senang saat dia diberi pertanyaan seperti itu.
Pada
mulanya kami berencana untuk tidak membeberkan fakta bahwa aku
memiliki nama keluarga Greyrat, tapi setelah 3 ronde minum bir,
terbuka sudah rahasianya.
Ini
artinya aku dianggap sebagai anggota dari keluarga cabang, dimana
nantinya cepat atau lambat aku akan menjadi terkenal, dan mereka pun
mengirim anak maupun cucu mereka untuk menghampiriku.
Tapi
aku bertanya kepada Philip, kalau memang situasinya seperti itu,
bukannya aneh untuk menghampiriku saat pestanya sudah hampir
berakhir?
Dia
melihatku mengambil makanan dengan serbet, dan menungguku sampai
selesai sebelum melanjutkan pembicaraan.
Apapun
yang aku lakukan akan tercerminkan di mata seseorang.
Aku
bertanya kepada Philip tentang bagaimana cara untuk menangani
gadis-gadis yang datang menghampiriku, dan dia bilang aku hanya perlu
merespons dengan jawaban yang samar-samar.
Sepertinya
dia tidak mau aku ikut berpartisipasi dalam politik di masa depan.
Atau
apakah dia berencana untuk membuatku bergantung kepada orang lain
untuk mendapatkan kekuatan politik?
Tapi
aku tidak memiliki sedikitpun rasa ketertarikan dalam hal itu, jadi
populeritasku saat ini hanyalah mimpi sesaat.
Tapi,
tunggu dulu, kalau aku bisa menjadi seseorang yang luar biasa, aku
bisa melahap seluruh gadis-gadis manis dengan uang yang aku miliki.
[Tapi,
aku sarankan agar kamu tidak melakukan hal-hal yang akan mencemarkan
nama Greyrat.]
Inspirasiku
yang tiba-tiba muncul itu langsung dipadamkan oleh ucapan Philip yang
dingin.
Orang
terakhir yang datang menghampiriku adalah Eris. Sebagai catatan, kali
ini dia mengenakan gaun berwarna biru laut, dan tidak mengenakan
pakaian meriah yang biasa ia gunakan.
Rambut
merahnya diikat dengan dihias oleh ornamen bunga, dan dia tampak
sangat manis.
Karena
ini adalah pesta pertama yang ia hadiri, ia terus didatangi oleh
tamu, dan aku pikir saat ini dia sudah lumayan kelelahan.
Aku
tak yakin, apakah karena dia menjadi aktor utama pesta, atau karena
pesta itu sendiri, dia merasa gembira.
[Bolehkah
aku berdansa denganmu?]
Di
hadapanku bukanlah Eris yang biasanya ribut, tidak sopan, tidak
anggun, dan sombong.
Gadis
yang mengundangku untuk berdansa ini adalah seseorang yang tidak
kalah hebat dari semua gadis yang menghampiriku sebelum ini, dan
bersikap seperti seorang wanita yang anggun.
Kami
pergi ke tengah aula, dan musik mulai memainkan sesuatu yang belum
pernah kami pelajari sebelumnya, dengan ritme yang sedikit sulit dan
cepat.
[Ahh,
uuuu.......]
Eris
langsung menunjukkan ketidak nyamanan yang ia rasakan. Ini semua
gara-gara kamu bersikap sok dewasa.
Eris
melirik ke arahku untuk meminta bantuan, dan aku pun menambahkan
gerakan tipuan untuk menyesuaikan diri dengan musik.
Sekalipun
tarian kali ini berbeda dari biasanya, ritme cepat seperti ini
harusnya lebih mudah bagi Eris.
Karena
langkah kaki kami kelihatan agak samar, aku tak yakin apakah Edona
akan merasa terkejut atau marah saat dia melihat kami.
Kedua
tangan kami saling berpegangan, dan kami pun melangkah maju dan
mundur layaknya sedang berlatih ilmu pedang.
Gerakan
kami yang sangat tidak biasa, digabungkan dengan musik yang diputar,
pasti tampak cukup unik bagi orang-orang yang melihatnya.
Tapi
Eris benar-benar tenggelam dalam tarian kami, dan dia pun tersenyum.
Gadis
yang biasanya terus menunjukkan ekspresi cemberut ini, kini tengah
tertawa dengan ekspresi yang sesuai dengan umurnya sekarang.
Hanya
dengan melihat ekspresi wajahnya saat ini, membuatku merasa puas
karena telah menghadiri pesta ini.
Usai
berdansa, semua orang memberikan tepuk tangan.
Sauros
berlari menghampiri kami dan kemudian menggendong kami berdua di
pundaknya, setelah itu ia berlari mengelilingi halaman sambil tertawa
riang.
Benar-benar
kakek yang penuh dengan semangat. Melihat itu, orang-orang yang ada
di sekitar pun juga ikut tertawa.
Yah,
ini adalah pesta yang menyenangkan.
***
Saat
pestanya sudah berakhir, aku memanggil Ghyslaine dan Eris ke dalam
kamarku, sebenarnya memanggil Ghyslaine saja sudah cukup, tapi saat
aku mengundang dia, ternyata dia sedang bersama dengan Eris, jadi aku
juga ikut mengajak Eris.
Melihat
ada makanan-makanan lezat di atas meja, perut Eris pun keroncongan.
Saat pesta, dia terus merasa gugup dan gembira, jadi dia tidak makan
sama sekali.
Aku
mengeluarkan anggur murah yang aku beli di kota dari lemari.
Sekalipun
aku mempersiapkan itu untuk Ghyslaine, Eris bilang kalau dia juga
ingin meminumnya, jadi aku mempersiapkan 3 cangkit, cheers.
Hukum
di negara ini menyebutkan bahwa orang baru diijinkan untuk minum
minuman keras setelah mereka mencapai usia 15 tahun, tapi untuk hari
ini aku akan mengesampingkan itu.
Terkadang
terbebas dari aturan itu adalah hal yang baik.
[Waktunya
juga pas, jadi aku akan memberikan hadiah kepada kalian berdua.]
Aku
mengeluarkan dua tongkat sihir dari laci yang ada di samping kasur.
[A-apa
itu?]
[Yah,
bisa dibilang ini adalah hadiah ulang tahunmu, mungkin.]
[Ehh,
tapi aku mau itu!]
Eris
menunjuk ke arah benda-benda yang aku ciptakan saat aku berlatih ilmu
sihir, menggunakan sihir tanah untuk menciptakan model-model kecil
yang rumit.
Ada
seekor naga, kapal, dan patung Sylphy berukuran 1/10 yang terletak
disana.
Bukan
maksudku untuk pamer, tapi waktu aku berumur 20 tahun di masa lalu,
aku memiliki hobi merakit model, dan aku membuat cat pelapisku
sendiri.
Tapi
disini, bahan-bahan untuk mewarnai memiliki harga tinggi, dan tidak
ada peralatan yang bisa digunakan untuk menyemprot.
Tapi
karena aku menciptakan model-model tersebut dengan penuh gairah,
khususnya pada bagian celana dalam, secara menyeluruh figurin
buatanku pun tampak mendetail.
Meski
begitu, tetap saja semua model tersebut dibuat oleh orang yang masih
amatiran...
Omong-omong,
patung kecil Roxy berukuran 1/10 aku jual ke pedagang seharga 1 gold.
Saat
ini dia pasti sedang pergi mengelilingi dunia.
Yah,
kembali ke topik awal.
[Ini
adalah tradisi Shishou ku untuk memberikan tongkat sihir kepada
murid. Aku tak tahu bagaimana cara membuatnya dan aku tidak memiliki
uang untuk membeli material yang dibutuhkan, jadi aku sedikit
terlambat membuatnya. Kalau bisa, tolong terimalah.]
Ghyslaine
berhenti makan setelah mendengar ucapanku, kemudian ia berdiri dan
berlutut dengan satu kaki dengan hormat.
Ah,
aku tahu ini, ini adalah pose milik teknik Sword-God untuk
menunjukkan rasa hormat kepada sang guru.
[Baik!
Rudeus-shishou, saya menerima ini dengan penuh rasa syukur.]
[Umu,
kamu tak perlu bersikap formal seperti itu.]
Ghyslaine
menerima dan mengamati tongkat pemberianku dengan penuh hormat,
sepertinya dia merasa senang.
[Sekarang
aku bisa meyebut diriku seorang penyihir.]
Ah,
begitu, jadi sekarang kau bisa menyebut dirimu seperti itu?
Aku
tak pernah mendengar Roxy bicara soal itu, tidak, lagipula kamu hanya
bisa menggunakan tingkat elementary, jadi itu masih belum masuk
hitungan kan?
Atau
bisakah kau menyebut dirimu sendiri sebagai seorang penyihir kalau
kau mulai mempelajari ilmu sihir?
Shishou
ku tak pernah menjelaskan itu kepadaku secara mendetail.
[Erm,
Eris, apa kau mau ini?]
Aku
setengah bercanda meraih patung Sylphy berukuran 1/10 dan membawanya
dengan kedua tanganku, tapi aku melihat Eris menggelengkan kepalanya.
[Tidak!
Aku mau tongkat itu! Aku mau tongkat itu saja!]
[Baik,
ini.]
Eris
menjulurkan tangannya untuk mengambil tongkat itu, tapi mungkin
karena ia melihat sikap yang ditunjukkan Ghyslaine, ia buru-buru
mengkoreksi postur tubuhnya, dan menerima tongkat sihirnya dengan
kedua tangannya dan dengan penuh hormat.
[T,
terima kasih banyak, Rudeus-shishou.]
[Umu,
jagalah itu dengan baik-baik.]
Eris
selanjutnya melirik ke arah Ghyslaine, dan setelah Ghyslaine
menyadari itu, ia berhenti untuk sesaat, kemudian menggelengkan
kepalanya.
[Maafkan
aku, ras ku tidak memiliki tradisi seperti itu, jadi aku tidak
mempersiapkan apa-apa.]
Aku
tadinya penasaran dengan apa arti lirikan Eris, jadi ternyata dia
meminta hadiah.
Ah,
Eris duduk di sofa dengan ekspresi kecewa.
Seorang
pembantu memberikan hadiah kepada tuannya, sekalipun memang tidak ada
tradisi seperti itu, tapi melihat Eris tidak menerima apapun dari
Ghyslaine-nee-chan favoritnya membuatku merasa kasihan.
Ijinkan
aku untuk sedikit memperbaiki situasi ini.
[Ghyslaine,
kamu tak perlu mempersiapkan sesuatu yang spesial, kalau kamu
memiliki sesuatu, atau jimat keberuntungan pun bisa diberikan sebagai
hadiah.]
[Hmm.]
Ghyslaine
berpikir untuk sesaat dan melepas sebuah cincin yang ia kenakan di
jarinya.
Cincin
yang diukir dari kayu, yang kelihatan sudah lumayan berumur, aku tak
yakin apakah ada sihir yang ditambahkan ataukah karena material itu
sendiri, tapi cincin itu memancarkan sedikti cahaya berwarna hijau.
[Ini
adalah jimat yang diwariskan secara turun menurun oleh rasku.
Kabarnya kalau kamu memakai cincin ini, kamu tak akan diserang oleh
serigala jahat di malam hari.]
[Apa
kamu benar-benar mau memberikan itu kepadaku?]
[Ya,
toh itu takhayul.]
Eris
menerimanya dengan hati-hati, memasangkannya di jarinya, dan memeluk
tangannya erat-erat di dadanya.
[A,
aku akan merawatnya dengan baik.]
Dia
bahkan lebih bahagia dibandingkan saat dia menerima tongkat sihir
dariku, yah, karena itu cincin, perempuan mungkin akan lebih menyukai
itu.
Saat
ini, sebuah pertanyaan melintas di dalam pikiranku.
[Takhayul,
eh? Jadi itu artinya Ghyslaine pernah diserang oleh serigala jahat di
malam hari?]
[Ya,
pada waktu itu aku kesulitan tidur di malam hari, lalu Paul
mengajakku berenang......]
[Aaah,
lebih baik jangan dilanjutkan ceritanya, aku bisa menebak apa yang
akan terjadi selanjutnya.]
Gawat,
kalau topik ini berlanjut, penilaian mereka terhadapku akan menurun.
Paul sialan, si brengsek itu terus-terusan menggangguku.
[Oh
begitu, yah, kamu mungkin tak ingin mendengar tentang hal-hal yang
dilakukan oleh ayahmu.]
[Bukannya
itu sudah jelas... nih, makanlah. Sekalipun sudah dingin, nikmatilah
makanannya. Kalian berdua adalah muridku, jadi tidak perlu menahan
diri.]
Hari
ulang tahun Eris yang berkesan berhasil kami lalui tanpa ada masalah
yang berarti.
***
Hari
kedua, aku melihat ada Eris yang terbaring disampingku.
Wooah,
aku sudah menjadi dewasa, kyaaaah (malu).
…...Mana
mungkin.
Mari
kita sedikit memutar waktu kebelakang.
Eris tiba-tiba merasa ngantuk, dan jatuh kelelahan di kasurku.
Melihat
itu, Ghyslaine berkata kalau dia juga harus pergi, dan pada akhirnya
meninggalkan Eris dan kembali ke kamarnya sendiri.
Bukan
pria namanya kalau kamu melihat ada hidangan yang disajikan di
hadapanmu, dan kamu tidak berani mengambilnya.
Gehehehe,
ini waktunya untuk menjadi anak nakal.
Aku
menjilat bibirku seperti yang biasa dilakukan oleh orang jahat dan
mendekati pojokan kasur.
Kemudian
aku melihat cincin pemberian Ghyslaine yang terpasang di jari tangan
Eris, dan dia memeluk erat tongkat sihir yang aku berikan; Eris
sedang tertidur pulas dengan senyum puas di wajahnya.
Serigala
besar jahat dengan tampang memuakkan telah berhasil diusir.
[Jimat
itu benar-benar berguna......]
Gumamku,
tanpa sedikitpun menyentuh Eris, dan aku pun tidur tanpa suara di
pojokan kasur.
Saat
ini masih pagi, aku melihat keluar jendela, matahari masih belum
terbit, dan langit masih sangat gelap.
Aku
pergi keluar untuk jalan-jalan sebentar. Sekalipun melihat wajah
tidur Eris bukanlah hal yang buruk, tapi aku pasti akan mendapat
pukulan setelah dia bangun.
Aku
tak mau dipukuli.
Aku
pergi meninggalkan kamar tanpa mengeluarkan banyak suara dan berjalan
di koridor yang dingin, sambil memikirkan kemana enaknya tujuanku
selanjutnya.
Gerbang
utama mansion tidak akan terbuka sebelum waktu yang ditentukan tiba,
jadi aku tidak bisa keluar, dan pilihan yang tersedia pun sangatlah
sedikit.
Pada
dasarnya aku sudah berkeliling kesana kemari dalam beberapa tahun
terakhir, tapi masih ada beberapa area yang tidak aku ketahui,
contohnya, ada menara yang terpisah dari bangunan utama.
Sekalipun
aku sudah diberitahu untuk tidak mendekati menara itu, aku masih
tetap penasaran dengannya.
Atau
mungkin, bisa saja aku mendapatkan sesuatu yang bagus, misal celana
dalam seseorang yang sudah dikeringkan oleh hembusan angin.
Sambil
memikirkan hal-hal bagus seperti itu, aku memanjat ke bagian atas
mansion, dan setelah menelusuri tempat itu untuk beberapa saat, aku
akhirnya menemukan sebuah tangga berputar.
Itu
mungkin adalah pintu masuk menuju menara.
Saat
aku menaiki tangga tersebut, aku mendengar bunyi nyan~, nyan~ yang
menggiurkan, jadi aku berusaha untuk naik tanpa mengeluarkan suara
sedikitpun.
Sauros
berada di lantai tertinggi, di dalam sebuah ruangan yang aku tidak
yakin bisa dimasuki atau tidak, dan sedang melakukan sesuatu yang
sangat nakal dengan seorang pembantu Nekomimi.
Oh
begitu, jadi itu alasan kenapa kamu tidak mengijinkan orang lain
untuk datang kemari...
Aku
ingin menikmati pemandangan itu hingga akhir, tapi aku ketahuan oleh
Sauros.
Sebenarnya
aku sudah ketahuan lebih dahulu oleh si pembantu, dan setelah si
pembantu itu menyelesaikan urusannya, dia langsung pergi melewatiku
dan menuruni tangga.
[…...
apakah itu Rudeus?]
Suaranya
terdengar kecil dan stabil, berbeda dari biasanya. Apakah dia
memasuki mode orang bijak?
[Benar,
Sauros-sama. Selamat pagi.]
Aku
hendak menyapanya dengan sikap formal yang biasa ditunjukkan oleh
bangsawan, tapi Sauros menghentikanku dengan tangannya.
[Tak
perlu, apa yang kau lakukan disini?]
[Saya
melihat ada tangga, jadi saya ingin menaikinya.]
[Apa
kau suka tempat yang tinggi?]
[Ya.]
Sekalipun
aku mengatakan itu, kalau aku melihat keluar jendela, kakiku pasti
akan gemetaran.
Rasa
suka dan kepuasan itu berbeda, sekalipun aku berhasil menguasai dunia
dan menciptakan menara yang paling tinggi, aku tetap akan membangun
ruanganku di lantai pertama.
[Kalau
dipikir-pikir, apa yang dilakukan Sauros-sama disini?]
[Aku
berdoa kepada batu permata itu.]
Ahh?
Budaya berdoa di mansion ini kelihatannya lumayan merosot, tapi aku
tidak terlalu memikirkan itu.
Dia
biasanya bersikap tegas, tapi dia juga merupakan anggota dari
keluarga Greyrat.
[Batu
permata?]
Aku
melihat keluar jendela, dan ada sebuah batu permata berwarna merah
yang melayang di udara. Batu permata itu tampak berdenyut dan
mengeluarkan cahaya redup, dan aku bisa melihat ada sesuatu yang
bergerak di dalamnya.
Apa
itu, keren sekali. Apakah batu permata itu melayang di udara karena
sihir?
[Boleh
saya tahu, apa sebenarnya batu itu?]
[Aku
sendiri tak yakin.]
Sauros
menggelengkan kepalanya.
[Batu
itu ditemukan 3 tahun yang lalu, tapi, itu bukanlah sesuatu yang
buruk.]
[Bagaimana
bisa anda begitu yakin?]
[Lebih
baik kita menganggapnya seperti itu.]
Aku
mengerti. Memang benar, karena benda itu tidak bisa diraih, kalau kau
menganggap benda itu sebagai sesuatu yang buruk, itu tidak akan baik
bagi kesehatanmu. Jadi lebih baik anggap saja benda itu sebagai
sesuatu yang baik dan berdoa kepadanya, mungkin suasana hati tuan
batu permata akan menjadi lebih baik.
Ijinkan
aku untuk ikut berdoa, tolong jatuhkanlah gadis cantik dari langit ke
dalam pangkuanku...
[Rudeus,
aku hendak menunggangi kuda untuk berkeliling sebentar, apa kau mau
ikut?]
[Saya
mau.]
Sauros
jii-san pernah melakukan itu sebelumnya, tapi kelihatannya kali ini
dia lumayan bersemangat. Hari ini adalah hari libur, dan sepertinya
aku diijinkan untuk bermain.
Oh
yeah~! …..........Kedengarannya hari ini bakal jadi melelahkan.
[Kalau
dipikir-pikir.]
[Apa?]
[Apakah
istri Sauros-sama tidak tinggal disini?]
Aku
mendengar bunyi gertakan, dan menyadari bahwa Sauros sedang
menggertakkan giginya, dan keringat dingin pun mengalir di
punggungku.
[Dia
sudah tiada.]
[Um,
saya benar-benar minta maaf karena telah menanyakan hal tersebut.]
Aku
meminta maaf dengan sungguh-sungguh, dia barusan melakukan hal ini
dan itu dengan
si pembantu Nekomimi, dan mungkin aku telah membuatnya mengingat
sesuatu yang tidak menyenangkan.
Sepertinya
akan lebih baik kalau aku tidak bertanya, kenapa Eris tidak memiliki
saudara kandung.
[Kalau
begitu, ayo berangkat.]
[Baik.]
Hari
ini akan digunakan untuk beristirahat, dan aku akan menyuruh Eris
untuk berusaha keras mulai keesokan harinya.
--Status--
Nama
: Eris Boreas Greyrat
Profesi
: Cucu dari Lord
Sifat
: Sedikit kasar
Kalau
bicara dengannya : Dia mau mendengar dan memperhatikan
Bahasa
: Bisa membaca dengan hampir sempurna
Matematika
: Mengingat tabel perkalian sampai 9*9
Sihir
: Bisa menggunakan sihir tingkat elementary
Ilmu
pedang : Teknik Sword-God tingkat intermediate
Etik
: Tidak akan merasa malu saat berpesta
Orang
yang dia sukai : Kakek, Ghyslaine
Tidak ada komentar:
Posting Komentar