[Web Novel 14] Brutalitas Belum Berakhir
Sudah sebulan lamanya sejak aku
mulai menjadi guru privat.
Mulai dari awal, Eris tak memiliki
niat untuk menghadiri kelasku.
Dalam hal matematika dan bahasa, dia
bakal menghilang begitu saja, dan tidak akan muncul kembali sebelum kelas
berpedang dimulai.
Tentu saja ada pengecualian. Dia
hanya akan memperhatikanku dengan sungguh-sungguh di kelas ilmu sihir.
Saat pertama kali dia berhasil
menggunakan sihir Fireball, aku tak bisa menemukan kata yang tepat dalam
kosakataku untuk menjelaskan bagaimana senangnya dia. Dan sambil melihat ke
arah tirai yang terbakar, dia berkata:
[Suatu hari aku akan mengeluarkan
kembang api yang besar seperti Rudeus.]
Aku memadamkan api yang membakar
tirai, dan memberi peringatan keras kepada Eris agar dia tidak menggunakan
sihir api bila tidak ada aku disekitarnya.Tirai yang terbakar memancarkan
cahaya yang menyelimuti Eris. Tak peduli dari sisi manapun kau melihatnya, Eris
benar-benar terlihat seperti pembakar, tapi kelihatannya dia lumayan
bersemangat untuk mempelajari itu. Kalau hanya dilihat dari penampilannya, mata
pelajaran Eris yang lain harusnya juga baik-baik saja.
Itulah yang aku pikirkan, tapi
ternyata prediksiku benar-benar melenceng.
Eris sama sekali tidak memiliki niat
untuk mengikuti kelas bahasa dan matematika.
Kalau aku mulai membahas kelas
tersebut, dia akan segera melarikan diri. Kalau aku mencoba untuk menangkapnya,
dia akan memukulku sebelum melarikan diri.
Kalau aku terus mengejar dia, dia
akan berbalik dan menghajarku sebelum melanjutkan pelariannya.
Aku kira dia paham tentang
pentingnya bahasa dan matematika gara-gara insiden yang terjadi sebelumnya,
tapi sepertinya dia masih sangat membencinya.
Saat aku mengeluh kepada Philip,
dengan acuh tak acuh ia menjawab:
[Membuat murid mau mendengarkan
pelajaran di kelas itu juga tugas seorang guru.]
Aku tak bisa menyangkal itu.
Aku mulai mencari Eris.
Sekalipun Ghyslaine datang ke
kelasku untuk belajar bahasa dan matematika dengan sungguh-sungguh, pada akhirnya,
dia itu masih lebih seperti pendampingnya Eris.
Bagaimana bisa aku mengajari
Ghyslaine sendirian?
Tapi, mencari Eris itu bukan hal
mudah.
Dibandingkan aku yang baru datang
kemari sebulan yang lalu, Eris sudah tinggal disini selama bertahun-tahun.
Dibandingkan denganku, dia jauh lebih akrab dengan area yang ada di sekitar
sini. Dan jangan bicara soal petak umpet.
Guru privat yang sebelumnya juga
sudah berusaha keras untuk membereskan masalah ini.
Tetapi. Tak peduli seberapa besarnya
mansion ini, area yang ada di dalamnya tetaplah terbatas. Pada akhirnya, Eris
masih bisa ditemukan.
Guru yang berhasil menemukan Eris
pada akhirnya juga dia hajar tanpa pengecualian.
Pada mulanya para guru banyak yang
keluar gara-gara masalah ini.
Tapi ada juga guru privat yang
membalas dan balik menghajar Eris. Kekerasan melawan kekerasan. Itu adalah
sesuatu yang mulanya aku rencanakan.
Tapi di tengah malam, guru itu
diserang oleh Eris dengan menggunakan pedang kayu, dan menderita luka-luka yang
membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk bisa sembuh sepenuhnya, yang
memaksanya untuk berhenti mengajar.
Satu-satunya orang yang mampu
menghalau serangan Eris di siang dan malam adalah Ghyslaine.
Aku tak yakin bisa menghalau
serangan dari Eris.
Sekalipun aku berhasil menemukan
dia, aku pasti akan masuk rumah sakit.
Kalau bisa, aku tidak mau pergi
mencarinya.
Aku tak mau dihajar habis-habisan.
Kalau dia mau menghadiri kelas ilmu
sihir, bukannya tak apa kalau aku cuma mengajarinya ilmu sihir? Tapi Philip
memerintahkanku untuk juga mengajari Eris bahasa dan matematika. Dia juga
bilang kalau kedua mata pelajaran itu harus setara dengan ilmu sihir yang aku
ajarkan. Bahkan dia bilang:
[Dibandingkan dengan sihir, kelas
yang lainnya sebenarnya lebih penting.]
Sekali lagi, aku tidak bisa
menyangkal itu.
Mungkin aku harus melakukan simulasi
penculikan untuk kedua kalinya.
Anak-anak yang tidak mau
mendengarkan harus dihukum.
Saat aku memikirkan itu, aku
akhirnya menemukan Eris.
Seluruh tubuhnya tertimbun di dalam
jerami yang berada di kadang kuda, dengan perut yang terlihat jelas.
[Fuuu~……… Fuuuu~………]
Dia sedang tertidur pulas. Wajah
yang dia miliki benar-benar mirip seperti bidadari.
Tapi, jangan tertipu dengan
penampilan luarnya, karena dibalik wajah bidadari itu ada iblis yang
bersembunyi.
Kau bisa menerima pukulan fatal dari
si iblis, dan kemudian memuntahkan banyak darah.
Tapi bagaimanapun juga, aku harus
membangunkan dia.
Pokoknya, pertama-tama aku menarik
pakaian Eris untuk menutupi perutnya yang terbuka, agar dia tidak masuk angin.
Sementara itu, aku memijat bagian
dadanya.
Petapa yang tinggal di dalam hatiku
memberikan penaksiran.
[Hmm, aku mengerti, ukurannya masih
AA, tapi ada kemungkinan yang sangat besar kalau ukurannya akan meningkat. Saat
dia sudah dewasa, mereka akan tumbuh hingga melampaui ukuran E. Kau harus
memijatnya setiap hari agar mereka bisa tumbuh dengan subur. Ini juga merupakan
bagian dari latihanmu. Hoh, hoh, hoh.]
Terima kasih banyak, tuan petapa.
Setelah aku menikmati momen itu
sepenuhnya, aku memanggil Eris dengan suara kecil.
[Ojou-sama. Tolong bangun, Eris
Ojou-sama. Waktu untuk kelas matematika yang menyenangkan telah tiba.]
Dia tidak bergerak sama sekali. Yah, aku hanya bisa menyerah.
Apa boleh buat, celana dalam
anak-anak yang tidak mau mendengarkan orang dewasa harus dilepas, kau tahu?
Aku perlahan menggapai ke arah gaun
yang ia kenakan, dan pada saat itu.
[!]
Kedua mata Eris tiba-tiba terbuka.
Pandangannya perlahan beralih dari
tanganku, ke pahanya, kemudian ke wajahku.
[Grrrrr.]
Wajah yang masih tampak mengantuk,
namun ditemani dengan kertakan gigi.
Sesaat berikutnya, Eris mengepalkan
tinjunya.
Wajahku!? Aku buru-buru menggunakan
kedua tanganku untuk menutupi wajahku.
[Guuuh………!]
Hantaman keras datang menghampiri
ulu hatiku.
Aku berlutut kesakitan.
Tidak ada bidadari. Hanya ada iblis
disini.
[Hmph!]
Dengan mengendus, Eris menendangku
lagi.
Dengan melangkahiku, Ojou-sama pergi
meninggalkan kandang kuda.
***
Aku tak punya pilihan lain.
Aku harus meminta bantuan Ghyslaine.
Sekalipun, dari mulutnya Paul,
otaknya Ghyslaine juga terbuat dari otot. Dari alasan yang ia miliki untuk
mempelajari bahasa dan matematika, tentu dia akan lebih mudah untuk membujuk
Eris. Dan harusnya, Eris akan mau mendengarkan Ghyslaine.
Ini adalah jalan keluarku.
Pada mulanya Ghyslaine tidak begitu
peduli, tapi setelah aku menggunakan sihir air dan menangis sambil memohon
kepadanya, Ghyslaine akhirnya setuju untuk membantuku.
Dia benar-benar gampang ditipu.
***
Benar, tunjukkan kemampuanmu
kepadaku.
Kami tak pernah mendiskusikan itu
secara khusus, dan aku menyerahkan semuanya kepada Ghyslaine.
Ghyslaine memulai aksinya di masa
istirahat kelas ilmu sihir.
[Aku pernah berpikir kalau pedang
yang ada ditanganku sudahlah cukup untuk mengatasi semuanya.]
Dia tiba-tiba bicara soal masa lalu.
Dulu dia adalah seorang anak manja,
dan menemukan seorang guru yang mau menerima dirinya apa andanya, dan bagaimana
dia bisa menjadi seorang adventurer, tentang pertama kali dia mendapat rekan
seperjuangan ----- Sebuah pengantar yang panjang, dan kisahnya berputar dari
sana…… semuanya adalah masa lalu yang bermasalah.
[Saat aku masih menjadi seorang
adventurer, semuanya aku serahkan kepada orang lain. Persenjataan, armor,
makanan, pembelanjaan, kehidupan sehari-hari, kontrak, peta, tujuan…… Itu semua
adalah hal-hal penting yang aku sadari setelah aku meninggalkan rekan-rekanku.]
Berdasarkan dari kisah yang ia
ceritakan, Ghyslaine pergi meninggalkan kelompoknya sekitar 7 tahun yang lalu.
Dengan kata lain, karena Paul dan
Zenith pensiun dan memilih untuk menetap di tempat terpencil, kelompok tersebut
bubar.
Sekalipun aku sudah menyadari
tanda-tandanya, tapi aku tidak mengira kalau mereka benar-benar berasal dari
kelompok yang sama.
[Sekalipun masih ada anggota
kelompok yang lain, tapi Paul yang bertugas dalam memimpin garis depan dan
Zenith yang merupakan satu-satunya healer telah meninggalkan kelompok tersebut.
Sekalipun kelompok itu tidak bubar, pada akhirnya mereka juga akan berpisah.
Itu adalah hal yang wajar.]
Jadi itu adalah kelompok yang
terdiri dari 6 orang.
Warrior, swordsman, swordsman, mage,
priest, thief.
Kalau kau menggunakan job untuk
menjelaskan kelompok itu, kira-kira ya seperti kombinasi di atas.
Sekalipun pada saat itu Ghyslaine
masih bergelar Sword Saint, tapi kekuatan serangnya sangatlah tinggi.
Warrior (Tak diketahui): TB
Swordsman (Paul): TB dan hitter
Swordsman (Ghyslaine): Hitter
Mage (Tak diketahui): Hitter
Priest (Zenith): Healer
Sebagai tambahan, yang aku sebut
thief, kalau didasarkan dari apa yang diucapkan Ghyslaine, bertanggung jawab
dalam hal yang beraneka ragam.
Mulai dari membobol kunci, memeriksa
jebakan, membangun kemah, dan berdagang dengan para pedagang.
Orang terpelajar dengan pemikiran
yang fleksibel.
Orang-orang seperti itu biasanya
datang dari keluarga pedagang.
[Menyebut dia sebagai pemburu harta
karun sepertinya cocok……]
Aku mengatakan itu, tapi Ghyslaine
mendengus dan menjawab:
[Orang itu selalu mencuri uang
simpanan kelompok kami untuk berjudi, memanggil dia pencuri itu sudah cukup
bagus.]
[Mencuri uang? Apa dia tidak dihajar
saat dia ketahuan?]
[Tidak, orang itu sangat berbakat
dalam berjudi, dan dia selalu menang dan membawa uang lebih. Sangat jarang
melihat dia rugi sampai kehilangan separuh dari uang yang ia bawa. Dan di saat
tertentu, dia juga bersikap sangat bijak.]
Situasinya kira-kira seperti itu.
Tapi sekalipun kau bisa meningkatkan
dana simpanan, bagaimana bisa kau memaafkan sesuatu seperti itu……
Aku kesulitan memahami itu.
Bukan niatku untuk pamer, tapi aku
tak pernah sampai ketagihan berjudi.
Sekalipun aku menghabiskan lebih
dari ¥100.000 di
internet.
Yah, di dalam kelompok itu ada Paul
yang tergila-gila dengan wanita, jadi etika yang ada di dalam kelompok itu
mungkin tidak begitu ketat.
Semua orang punya garis dasar yang
berbeda-beda. Makin banyak orang, makin banyak aturan.
[Tapi memang apa bedanya swordsman
dengan warrior?]
Aku menanyakan itu karena aku
lumayan tertarik.
Kalau keduanya sama-sama berada di
garis depan, harusnya mereka tidak perlu dibedakan.
[Kalau kau menggunakan pedang dan
teknik yang kau miliki berasal dari 3 teknik utama, kau adalah seorang
swordsman. Orang lain yang menggunakan pedang namun tidak memiliki teknik yang
berasal dari 3 teknik utama, adalah warrior. Sekalipun kau mempelajari 3 teknik
utama tersebut, kalau kau tidak menggunakan pedang, kau akan tetap dipanggil
warrior.]
[Ehh, jadi ternyata swordsman
memiliki sesuatu yang spesial seperti ini.]
Atau lebih tepatnya, 3 teknik utama
itulah yang spesial.
Teknik yang digunakan Ghyslaine
benar-benar luar biasa.
Aku bahkan tidak tahu kapan dia
menggunakan pedangnya.
Hanya dengan sedikit bergerak, dan
kepala lawan akan menggelinding di tanah.
Setelah aku bertanya kepadanya soal
itu, sepertinya teknik itu bernama ‘Sword of Light’, jurus rahasia dari teknik
Sword-God.
[Kalau begitu seorang knight
adalah?]
[Knight ya knight. Orang jadi knight
kalau mereka dipekerjakan oleh suatu kerajaan atau penguasa daerah. Mereka yang
berpendidikan memahami bahasa dan matematika. Beberapa diantara mereka juga
tahu ilmu sihir. Tapi kebanyakan dari mereka datang dari keluarga bangsawan,
dan harga diri mereka sangatlah tinggi.]
Mungkin mereka berpendidikan karena
mereka sekolah.
[Apa pada waktu itu ayahku adalah
seorang knight?]
[Aku tak begitu yakin soal itu, aku
ingat Paul menyebut dirinya sendiri sebagai seorang swordsman.]
[Aku dengan ada yang namanya magic
swordsman dan magic warrior?]
[Itu adalah orang-orang yang bisa
menggunakan sihir, dan mereka memilih gelar mereka sendiri. Tak peduli profesi
apapun yang mereka miliki, mereka memiliki kebebasan untuk menyebut diri mereka
sendiri dengan gelar yang mereka inginkan.]
[Oh~]
Kedua mata Eris tampak bersinar dan
dia mendengarkan dengan penuh perhatian.
Dia tidak akan memintaku atau
Ghyslaine untuk membawanya ke dungeon terdekat kan?
Ini benar-benar membuatku gelisah.
Daripada berpetualang, aku lebih memilih untuk dikelilingi oleh gadis dan hidup
dengan gaya Eroge.
Ah, oops, rencana asliku adalah
untuk membiarkan Ghyslaine bercerita tentang pentingnya bahasa dan matematika.
Tanpa aku sadari, rasa penasaranku
menyebabkan topik pembicaraan ini jadi melenceng.
Tapi hal yang bagus dari tragedi ini
adalah, di hari kedua Eris ikut datang bersama Ghyslaine ke dalam kelas
matematika dan bahasa.
Ini semua berkat Ghyslaine. Setelah
itu, dia lanjut bercerita tentang masa lalunya yang bermasalah.
Hanya mendengarkan ceritanya saja
mampu membuat perutku terasa sakit, tapi berkat itu, Eris mungkin sudah
menyadari bahwa ini adalah sesuatu yang harus ia pelajari.
Sekalipun mungkin saja dia datang ke
kelasku hanya karena dia tertarik untuk mendengarkan cerita dari Ghyslaine.
Pokoknya, ada kemajuan lah.
Aku sempat mempertimbangkan untuk
melakukan hal seperti ini lebih awal…… tapi, tanpa insiden penculikan, aku
pikir Ojou-sama tidak akan mau mendengarkan sepatah katapun dariku.
Sebelum insiden itu, dia menatapku
seperti sedang menatap semut.
Jadi itu bukanlah usaha yang
sia-sia.
Bagaimanapun juga, akhir seperti ini
juga lumayan bagus.
***
Pada mulanya, untuk kelas matematika
yang pertama, aku akan mengajarkan operasi aritmatika dasar.
Karena Eris pernah sekolah, dan
mempekerjakan beberapa guru privat, dia sudah tahu tentang penjumlahan dasar.
[Rudeus!]
[Ada apa, Eris-kun.]
Aku menunjuk Eris yang tengah
mengangkat tangannya dengan penuh semangat.
[Kenapa aku harus belajar
pembagian?]
Dia tidak mengerti tentang
pentingnya pembagian dan pengurangan.
Sebelumnya, dia sangat buruk dalam
hal pengurangan.
Aku selalu merasa kalau dia akan
terjebak dalam perubahan angka, dan pada akhirnya menyerah untuk mempelajari
matematika.
[Daripada kita bicara soal
pentingnya itu, pada dasarnya ini adalah kebalikan dari perkalian.]
[Aku tanya, apa gunanya itu.]
[Baiklah, kalau kamu punya 100 koin
perak, dan kamu harus berbagi dengan 5 orang, apa yang harus kamu lakukan?]
[Omonganmu sama seperti guru-guru
sebelumnya!]
Eris menghantam meja dengan sekuat
tenaga.
[Karena itulah aku tanya kenapa!
Kenapa! Kenapa aku harus berbagi! Memang aku perlu berbagi dengan orang lain!]
Ah, ya, anak-anak yang tidak mau
belajar pasti akan punya alasan seperti ini.
Tapi sejujurnya, ini tidak begitu
penting.
[Entahlah, coba saja tanya sama 5
orang sana. Pembagian enak untuk digunakan kalau kamu mau membagi sesuatu
dengan rata.]
[Kamu bilang enak, itu artinya kamu
tak perlu menggunakan pengurangan kan?]
[Saat kamu tak mau menggunakan itu,
tentu saja kamu tak perlu menggunakannya. Tapi tidak ingin menggunakan dan
tidak bisa menggunakan, adalah dua hal yang sangat berbeda.]
[Mumumuu……]
Saat aku mengucapkan kalimat “tidak
bisa menggunakan”, Eris yang angkuh itu menutup mulutnya. Tapi, ini tidak akan
menyelesaikan masalah yang ada saat ini. Kalau aku membiarkan dia untuk
terus-terusan beralasan, maka tidak ada gunanya untuk belajar matematika lebih
lanjut.
Pada saat ini, aku hanya bisa
bergantung kepada Ghyslaine.
[Ghyslaine, pernahkah kamu mengalami
kesulitan tentang membagi rata?]
[Hmm, pernah sekali aku kehilangan
beberapa persediaan makananku, dan aku ingin untuk mendistribusikan makananku
agar bisa bertahan sampai beberapa hari, tapi aku gagal. Pada akhirnya, aku
tidak makan dan minum selama 3 hari penuh. Pada saat itu, aku pikir aku akan
mati.
Saat aku sudah mencapai separuh
perjalanan, aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi, dan aku mulai memakan
kotoran dari magical creature, yang
membuatku sakit perut. Aku menahan diri agar tidak muntah, menderita sakit
perut, dan juga diare, dan aku masih tetap harus menghalau magical creature yang ada di sekitar----]
Cerita masa lalu ini berlangsung
selama 5 menit, dan membuatku merasa mual.
Aku mendengarkan cerita itu dengan
wajah pucat, tapi sepertinya bagi Eris, ini adalah kisah perjuangan yang
mengagumkan.
Kedua matanya bersinar, serasa ada
bintang di dalamnya.
[Jadi, aku mau mempelajari
pembagian, silahkan lanjutkan pelajarannya.]
Karena Ghyslaine sudah mengucapkan
sesuatu seperti itu, Eris hanya bisa menurut.
Keluarga Sauros sepertinya sangat
menyukai ras beast, dan bahkan Eris juga terus mendekati Ghyslaine.
Eris pasti akan mendengarkan
baik-baik apa yang dikatakan oleh Ghyslaine. Seperti seorang adik laki-laki
yang mengikuti kakak perempuannya, tak peduli hal seperti apapun yang dilakukan
oleh si kakak, si adik pasti akan menirunya.
[Kalau begitu, kita tinggalkan dulu
latihan berulang-ulang yang membosankan. Tolong jawab semua pertanyaan ini.
Kalau ada yang tidak paham, silahkan tanya.]
Situasiku mengalami kemajuan
selangkah demi selangkah, seperti ini.
Ghyslaine juga merupakan guru yang
luar biasa.
Dia akan----- menunjukkan bagian
mana yang salah aku lakukan, dan memberikan pendapat yang tidak dibuat-buat.
Paul sebenarnya juga menunjukkan
kesalahanku, tapi dia hanya bilang kalau itu
tidak benar. Tak pernah sekalipun dia memberitahuku apa sebenarnya
kekuranganku, dan dia juga tidak mengajariku bagaimana cara untuk
mengoreksinya.
Hari ini juga sama seperti biasa;
Eris dan aku berhadap-hadapan sambil menggenggam pedang, berlatih, dan menerima
bimbingan dari Ghyslaine bersama-sama.
[Ingat pose tubuhmu saat kamu
melangkah, dan terus perhatikan lawanmu.]
Crack.
Pedang kayu yang ada di tanganku telah
diterbangkan oleh pedang kayu Eris.
[Kalau kau melangkah terlebih dahulu
sebelum lawanmu, perhatikan dengan baik ke arah mana lawanmu akan bergerak, dan
tebaslah ke arah itu. Kalau kau lebih lambat dari lawanmu, dia akan berhasil
menghindari dari jalur seranganmu.]
Tak bisa memberikan reaksi, aku
terkena pukulan langsung oleh pedangnya Eris.
Hantaman yang kuat menembus armor
pertahanan yang dipenuhi oleh kapas, dan langsung memberikan efek kepada
tubuhku.
[Kamu harus bereaksi terhadap
gerakan dan pandangan lawan untuk memprediksi aksi mereka!]
Aku terkena serangan lagi.
[Rudeus! Jangan gunakan pikiranmu,
dan pikirlah! Pikir saja kemana musuhmu akan melangkah dan ayunkan pedangmu!]
Sebenarnya kamu mau aku berpikir
atau tidak?
[Eris! Jangan berhenti! Lawanmu
masih belum menyerah!]
[Ya!]
Ada perbedaan yang jelas di antara
kami.
Eris menjawab dengan semangat.
Melihat aksinya, aku beranggapan kalau dia masih memiliki sisa energi yang
cukup banyak; sayangnya, aku sama sekali tidak memiliki setetes semangatpun
yang tersisa untuk melanjutkan ini.
Aku akui, gadis ini punya cukup
banyak energi untuk menghajarku tanpa henti. Dia mendemonstrasikan itu sampai
Ghyslaine menghentikan dirinya.
Tanpa mengijinkanku untuk membalas
sekalipun, sepertinya Eris tengah mencoba untuk melampiaskan amarahnya yang
telah tertumpuk di kelas matematika.
Sialan.
Tapi bulan ini, aku bisa merasakan
peningkatan kemampuanku dengan cukup jelas.
Memiliki Eris, yang tingkatannya
kira-kira sama denganku, sebagai sainganku benar-benar sangat membantu.
Tak peduli bagaimanapun situasinya,
memiliki seseorang dengan tingkat yang sama pasti akan banyak membantu
perkembanganmu.
Sekalipun Eris lebih kuat dariku
sekalipun kami memiliki kemampuan yang sama, kekuatan yang ia miliki relatif
kecil bila dibandingkan dengan Paul atau Ghyslaine.
Aku masih bisa memahami apa yang
dilakukan lawanku.
Kalau aku bisa memahami lawanku,
berarti aku bisa mengalahkan dia.
Misal aku terkena pukulan di suatu
tempat, maka aku akan memasang pertahanan di area itu.
Aku akan bergerak berdasarkan
penalaran silogisme.
Melawan Paul, perbedaan kemampuan
diantara kami terlalu lebar, jadi caraku di atas tidak bisa berfungsi dengan
baik. Aku bahkan tidak bisa mengikuti pergerakan Paul, jadi ujung-ujungnya aku
bakal dikalahkan dengan cepat dan menyedihkan.
Sekalipun aku mendengarkan saran
yang ia berikan, ada terlalu banyak perbedaan diantara ilmu dasar kami, jadi
itu sama sekali tidak membantu.
Karena itulah, aku selalu mempertanyakan
setiap gerakanku.
Saat Ghyslaine mengajariku sesuatu,
sekalipun ada masalah seperti yang aku sebutkan di atas, aku cukup memahami
penjelasan yang ia berikan. Tapi dia selalu bicara soal membalas serangan lawan
dan mengatur posisi pedang pada waktu yang sama, jadi aku merasa ragu saat aku
ingin menggunakan sebuah teknik.
Tapi, dengan Eris sebagai lawanku,
pasti akan ada hasil yang berbeda bila aku melakukan sesuatu yang berbeda atau
menggunakan trik tertentu.
Sekalipun aku merasa ragu, namun
perbedaan teknik diantara kami tidak begitu besar, jadi aku masih bisa
menyerang dia.
Mungkin cara seperti itu tidak akan
berhasil di hari kedua, atau Eris akan menggunakan teknik yang berbeda, namun
hal-hal yang tidak bisa dilakukan kemarin akan diselesaikan pada hari ini, atau
teknik yang belum keluar kemarin akan ditunjukkan pada hari ini. Dengan terus
bertambahnya pengalaman seperti itu, walaupun hanya sedikit demi sedikit, tapi
kami sudah pasti mengalami kemajuan.
Seperti yang sudah aku duga,
memiliki seorang rival akan memberiku banyak keuntungan, dengan beberapa
kekurangan yang bisa diabaikan.
Ada target yang harus dikejar dan
dilampaui.
Mungkin kemampuan kami hanya
meningkat sebanyak 1 atau 2 poin, tapi, bagi orang-orang yang hanya memiliki
perbedaan kemampuan yang sangat sedikit, poin sekecil itu sangatlah penting.
Tanpa kami sadari, kami menjadi
lebih kuat.
Tapi dalam hal perkembangan, Eris
jauh lebih cepat dariku.
Kalau kau melatih seekor kambing dan
singa pada waktu yang sama, tentu saja si singa akan lebih cepat menjadi lebih
kuat daripada si kambing.
Tapi setelah dilatih oleh Paul sejak
aku mulai bisa berjalan, aku merasa tidak puas dengan situasi ini.
[Rudeus masih belum cukup kuat!!]
Eris menyilangkan lengannya dan
memandang rendah diriku yang sedang terbaring lemas di tanah.
Pada akhirnya, dia dimarahi oleh
Ghyslaine.
[Jangan sombong, Eris. Kamu sudah
belajar ilmu pedang lebih lama.]
Hanya pada saat kelas ilmu pedang
berlangsung. Ghyslaine akan memanggil Eris dengan namanya secara langsung.
Dia bilang itu adalah suatu
keharusan.
[Aku mengerti! Dan Rudeus juga bisa
sihir!]
[Seperti yang kau katakan.]
Hanya ilmu sihirku yang diakui oleh
Eris.
[Tapi itu benar-benar aneh.
Reaksinya Rudeus menjadi lambat saat ia diserang oleh lawan……]
[Itu karena aku takut. Aku takut
dengan lawan yang menyerang dihadapanku.]
Tepat setelah aku selesai
mengucapkan itu, kepalaku dipukul oleh Eris.
[Bicara apa kamu ini! Dasar tak
berguna! Karena itulah kamu dipandang rendah!]
[Tidak, Rudeus itu adalah seorang
penyihir. Ini sudah cukup.]
Ghyslaine segera menambahkan
komentar, namun pada akhirnya Eris hanya mengangguk layaknya ia mengetahui
segalanya.
[Begitukah? Yasudah, mau bagaimana
lagi!]
Eh? Terus kenapa aku harus dipukul?
[Aku minta maaf, aku tidak tahu cara
untuk memperbaiki kebiasaan burukmu soal kakimu yang gemetaran. Itu adalah
sesuatu yang harus kamu lalui sendiri.]
[Aku mengerti.]
Untuk aku yang sekarang, tidak
peduli siapapun yang menjadi lawanku, kakiku selalu gemetaran. Aku masih harus
belajar banyak.
[Tapi setelah aku mulai menerima
instruksi dari Ghyslaine, aku merasa yakin kalau aku sudah mengalami kemajuan.]
[Paul itu termasuk orang dengan tipe
naluriah, jadi dia tidak begitu ahli dalam mengajari orang lain.]
Tipe naluriah!
Ah, jadi sesuatu seperti itu juga
ada di dunia ini.
[Apa maksudnya “tipe naluriah” ini?]
[Orang yang tidak memahami teknik
secara sadar, namun lebih memilih untuk mengandalkan perasaan dan naluri,
disebut “tipe naluriah.”]
Aku menjawab pertanyaannya, dan Eris
langsung cemberut.
Dia mungkin juga termasuk dalam
perguruan naluriah.
[Memang apa salahnya dengan
mengandalkan naluri?]
Dari awal, sangat sulit untuk
menjawab pertanyaan Eris karena sifat keras kepala yang ia miliki, tapi
sekarang aku ditanyai apakah “tipe naluriah” itu bagus atau tidak.
Karena sekarang kita sedang
mempelajari ilmu pedang, aku akan menyerahkan pertanyaan ini kepada sang guru.
Aku melihat ke arah Ghyslaine.
[Bukannya jelek. Tapi sekalipun ada
seseorang yang berbakat, jika dia tidak menggunakan pikirannya untuk berpikir,
maka dia tidak akan menjadi kuat. Sebagai tambahan, “tipe naluriah” juga tidak
cocok untuk mengajari orang lain.]
[Kenapa mereka tidak cocok untuk
mengajar?]
[Karena mereka sendiri tidak
memahami teknik yang mereka gunakan. Dan kalau mereka tidak bisa memahami
semuanya, maka hal itu akan menghambat mereka untuk mempelajari teknik yang
lebih sulit.]
Berdasarkan dari penjelasan sang
Sword King, semua teknik sampai tingkat advanced berhubungan dengan ilmu dasar.
Baru setelah mampu menguasai ilmu dasar, dan mampu mengatasi berbagai situasi
yang berbeda dengan reaksi yang berbeda-beda pula, kau bisa menjadi seorang
Sword Saint.
Untuk memanjat ke tingkat yang lebih
tinggi, kau hanya bisa bergantung pada seberapa rajin dirimu dan juga bakat
yang kau miliki.
Ya, pada akhirnya, bakatlah yang
menentukan.
[Aku dulu juga termasuk dalam “tipe
naluriah”, tapi setelah aku mulai menggunakan pikiranku dan mampu memahami
teori dibalik teknik yang aku gunakan, aku mampu menjadi Sword King.]
[Itu menakjubkan.]
Aku benar-benar merasa kagum dari
dalam lubuk hatiku. Mengoreksi tindakan yang selalu diterapkan sebelumnya, dan
berhasil.
Itu bukanlah sesuatu yang bisa
dicapai dengan mudah.
[Bukannya Rudeus adalah penyihir
tingkat Water Saint?]
[Aku sebenarnya juga termasuk dalam
tipe naluriah…… Tapi sihir dan ilmu pedang itu berbeda, asal kamu punya ilmu
sihir, kamu akan bisa melakukannya.]
[Oh, begitu…… Tapi, ilmu dasarnya
juga penting kan?]
[Aku tahu itu. Tapi lebih tepatnya,
aku mampu mencapai tingkat Saint karena guruku yang mengajariku dengan baik.]
Kalau dipikir-pikir, aku selalu
mengingatkan diriku sendiri kalau ilmu dasar itu penting, tapi aku lebih
condong untuk menggunakan [Voiceless Incantations].
Jadi ilmu dasar sihir itu sebenarnya
apa?
Kelasnya Roxy juga lebih condong ke
arah perkembangan daripada ilmu dasar.
Kalau dipikir-pikir, Roxy itu juga
termasuk tipe orang yang jenius, dan tidak terlalu condong ke arah ilmu dasar.
Hmmmmm……
[Omong-omong, aku tak berencana
untuk menjadi terlalu kuat, jadi itu tidak apa-apa!]
Eris menghentikan pemikiranku dengan
ucapannya yang penuh dengan percaya diri.
Waktu SMP, aku ingat aku pernah
mengucapkan sesuatu tentang tidak mau menjadi nomer 1, dan tidak mengerahkan
banyak usaha.
Aku berencana untuk mengoreksi
pemikirannya,
[Tapi aku akan berusaha keras untuk
menjadi kuat seperti Ghyslaine dan Rudeus.]
Tidak perlu. Dia memiliki target
yang jelas.
Dia berbeda dari diriku di masa
lalu.
***
Setelah pelajaran di pagi dan siang
hari selesai, sudah waktunya untuk istirahat.
Hari itu, aku memutuskan untuk pergi
ke perpustakaan.
Itu karena aku melihat Eris dan
Ghyslaine membawa bahan-bahan untuk mengajari sihir, jadi aku pikir mungkin perpustakaan
akan memiliki buku sihir.
Karena aku tidak tahu tempatnya, aku
meminta bantuan kepada seorang pembantu wanita dengan telinga anjing untuk
membawaku kesana.
[Ah.]
Aku bertemu dengan istrinya Philip
di tengah jalan.
Namanya adalah Hilda, dan dia
memiliki rambut berwarna merah membara seperti Eris, dan dada yang seperti
gelombang tsunami. Sepertinya aku bisa berharap banyak dalam pertumbuhan
anaknya di masa depan nanti.
Aku pernah diperkenalkan kepada dia,
tapi aku tidak pernah benar-benar berinteraksi dengan dia.
Coba kupikir, kalau tidak salah,
satu tangan diletakkan di dada……
[Nyonya, selamat siang……]
[Tch.]
Hilda mendecakkan lidahnya dan
mengabaikan salamku.
Aku membeku dalam postur yang sama.
[Rudeus-sama……]
[Ah, tidak apa-apa.]
Si pembantu wanita dengan telinga
anjing mencoba untuk menghiburku, tapi aku menghentikannya dengan tanganku.
Tapi aku masih merasa sedikit
terkejut. Apa aku dibenci olehnya? Tapi rasanya aku tidak melakukan hal-hal
yang mampu memicu itu……
Oh iya, kalau dipikir-pikir, dia
tidak punya anak lain selain Eris.
Tidak, aku merasa kalau aku
menemukan kalau ternyata memang ada anak yang lain, dan kalau kasus anak itu
lebih parah dari Eris, aku merasa beban kerjaku akan meningkat sebanyak 3 atau
4 kali lipat.
Aku tidak boleh menggali lubang
kuburanku sendiri.
Saat aku sampai di perpustakaan, aku
melihat Philip disana.
[Apa kau tertarik dengan
perpustakaan?]
Philip menatapku dengan penuh
harapan.
Aku tak tahu apa yang sebenarnya ia
harapkan.
[Hmm, ya, sedikit.]
[Kalau begitu silahkan nikmatilah
waktumu.]
Aku menerima tawarannya, dan
melihat-lihat di sekitar perpustakaan, tapi ternyata aku tidak menemukan apa
yang aku cari.
Aku berharap bisa menemukan buku
sihir seperti yang dimiliki oleh Roxy, tapi semua dokumen yang tersedia
memiliki hubungan dengan politik, dan tidak boleh dibawa keluar perpustakaan.
Buku sihir adalah sesuatu yang langka di dunia ini, dan tidak bisa ditemukan di
segala tempat.
Rencanaku sama sekali tidak berjalan
dengan mulus.
Tapi aku menemukan beberapa buku
sejarah di pojokan. Kalau aku punya waktu luang, aku akan membaca mereka.
***
Setelah bekerja seharian, aku
sekarang sedang berada di kamarku sendiri untuk mempersiapkan materi pelajaran
untuk keesokan harinya.
Pada dasarnya, aku mempersiapkan
pertanyaan untuk kelas matematika dan catatan untuk kelas bahasa-
-dan juga latihan untuk mengajari
ilmu sihir.
Aku tidak mempersiapkan jadwal
mengajar sama sekali, dan kalau aku tidak memiliki hal lain untuk diajarkan
dalam 5 tahun ke depan, aku akan berada dalam masalah besar, jadi pelajaran di
kelasku tidak berkembang terlalu cepat. Pokoknya, untuk mencegah adanya sesuatu
yang tidak jelas, aku dengan cermat mengamati kembali rencana pendidikanku
selama 5 tahun ke depan.
Itu adalah perasaan yang sama
seperti yang aku rasakan saat aku mengajari Sylphy.
Latihan ilmu sihir sangatlah
penting. Karena aku tidak merapal mantera saat aku menggunakan sihir, aku
terus-terusan melupakan bacaan manteranya.
Satu-satunya saat dimana aku sungguh-sungguh
mengingat bacaan mantera adalah saat aku mempelajari antidote dan healing
magic, dan aku tak pernah mengingat mantera attack magic.
Materi pelajaranku sama dengan buku
sihir yang ada di rumahku.
Eris dan Ghyslaine juga punya itu.
Berdasarkan penjelasan yang aku
dapatkan, ada ratusan buku yang terjual dan tertulis sekitar seribu tahun yang
lalu.
Sebelum buku itu muncul, orang harus
mencari guru untuk belajar ilmu sihir, dan ‘guru’ tersebut biasanya hanya bisa
menggunakan semua sihir tingkat elementary. Orang hanya bisa menemukan seorang
guru setelah melewati banyak rintangan, tapi ternyata tidak ada yang bisa
mereka pelajari dari guru tersebut. Kasus seperti itu sangat banyak.
Sekalipun pernah dijual, buku
tersebut memiliki jumlah yang sangat sedikit, dan sekalipun kau menjualnya di
pasar, orang yang tidak memiliki minat untuk mempelajari ilmu sihir tidak akan
meliriknya sama sekali.
Di dunia ini juga tidak ada
teknologi percetakan.
Buku ini terjual dengan jumlah yang
lumayan banyak sekitar 50 tahun yang lalu.
Berkat material yang bisa dibeli
dengan murah, jumlah penyihir di dunia ini meningkat dalam jumlah besar.
Para penyihir menguasai dunia……
tidak, tapi diantara para bangasawan kerajaan Asura, mereka mendapatkan
pendidikan yang lumayan tinggi.
Tapi, apa sebenarnya alasan yang
membuat materi ilmu sihir bertambah……
Aku memikirkan itu sambil
membolak-balik halaman, dan di buku itu tertulis [Diterbitkan oleh Universitas
Ranoa.]
Mereka benar-benar ahli dalam hal
bisnis.
Seperti itulah, hari-hariku sebagai
guru privat, mengalir dengan cepat.
--Status—
Nama : Eris Boreas Greyrat
Profesi : Cucu dari Lord
Sifat : Kasar
Kalau bicara dengannya : Dia mau
sedikit mendengarkan
Bahasa : Bisa menulis nama keluarga
Matematika : Kesulitan dalam hal
pengurangan
Sihir : Mau berusaha keras untuk
mempelajarinya
Ilmu Pedang : Teknik Sword-God
tingkat Elementary
Orang yang dia sukai : Kakek,
Ghyslaine
Tidak ada komentar:
Posting Komentar