Resolusi
Vila Berkabut terletak di lereng Gunung
Donglan. Di permukaan, Vila tersebut dijaga oleh sekelompok prajurit
yang ganas, namun berapa jumlah pasti pendekar yang menjaganya secara
rahasia, tidak diketahui oleh orang luar. Ditambah lagi, karena Vila
Berkabut adalah properti milik Pangeran Penguasa Timur, hanya orang
yang sudah bosan hidup yang akan datang dan berani membuat onar
disini.
Di luar Vila Berkabut, ada 2 patung
singa besar yang terbuat dari batu dan 2 prajurit yang mengenakan
baju zirah berwarna hitam yang berdiri tegak di kedua sisi pintu
utama. Tatapan mereka terus tertuju ke depan, dan figur mereka
bagaikan 2 pohon cemara yang menjulang tinggi dan tak tergoyahkan.
Badan mereka yang kekar dan kuat memiliki aura seperti seorang
pembunuh. Aura seperti itu hanya bisa dimiliki oleh para prajurit
yang telah berulang kali menjalani pertempuran hidup dan mati.
“Pangeran Ketiga!”
Kedua prajurit berbaju zirah hitam
tersebut mendadak berlutut dan berkata dengan hormat.
Qin Yu segera melompat turun dari
punggung Fierce Tiger. Si elang hitam masih tetap berdiri dengan
tegak di atas pundaknya. Qin Yu jelas merasa sangat bahagia pada saat
ini. Ia berlari melewati pintu masuk vila dengan kecepatan tinggi,
dan pada waktu yang sama ia berkata kepada kedua prajurit sambil
tertawa: “Paman-paman, tolong berdirilah dengan cepat.”
Kedua prajurit berbaju zirah hitam itu
berdiri. Ada tanda-tanda kasih sayang di tatapan mereka berdua, saat
mereka melihat tubuh kecil Qin Yu yang sedang berlari tergesa-gesa ke
dalam halaman utama.
“Haha, kakak pertama dan kakak kedua
pasti sedang berendam di pemandian air panas.” tanpa banyak pikir,
Qin Yu langsung berlari menuju pemandian air panas yang terletak di
taman barat Vila Berkabut. Dia bahkan menggumam: “Humph, humph,
padahal sudah jelas aku adalah tuannya Vila Berkabut.
Berani-beraninya kedua orang ini masuk ke dalam pemandian air panas
tanpa meminta ijin kepadaku terlebih dahulu?”
Setelah beberapa saat, Qin Yu tiba ti
taman barat vila.
Ia berdiri dengan bertolak pinggang,
dan tiba-tiba menunjuk dengan tangan kanannya. Sambil melotot kepada
2 orang yang sedang berendam di pemandian air panas layaknya orang
yang sedang merasa marah, ia berkata: “Hey! Kalian cari mati ya!
Aku adalah masternya disini. Berani-beraninya kalian masuk ke dalam
pemandian air panas tanpa ijinku? Ah...” Qin Yu hanya bisa
berteriak sesaat sebelum satu tangan seseorang menjulur ke arahnya
dan menarik badannya. Ia pun segera kehilangan keseimbangan dan jatuh
ke dalam pemandian air panas.
“Hey, aku masih belum melepas
pakaianku!” teriak Qin Yu. Tubuhnya jatuh ke dalam pemandian air
panas dengan menghasilkan bunyi 'splash' yang keras, dan juga
menyebarkan semprotan air yang tak terhitung jumlahnya. Si elang
hitam, yang berdiri di pundak Qin Yu, harus buru-buru mengepakkan
sayapnya agar dia tidak ikut terjatuh ke dalam pemandian air panas.
Kalau tidak, elang yang perkasa ini akan menjadi anak ayam yang basah
kuyup.
“Haha, Xiao Yu, berani-beraninya kamu
bersikap sombong terhadap kakakmu sendiri. Kamu ini sudah kelewatan.
Di saat kedua kakakmu bekerja keras siang dan malam, eh kamu malah
berendam di pemandian air panas ini, apalagi, ini adalah pemandian
air panas di Vila Berkabut!” ucap seorang anak remaja dengan nada
marah, namun ada tanda-tanda geli di dalam tatapannya.
“Pfff!”
Qin Yu dengan paksa memuntahkan air
yang tidak sengaja ia telan. Seluruh tubuhnya basah. Ia menatap marah
anak remaja yang ada di hadapannya.
“Kakak kedua, jadi itu benar-benar
kamu. Aku tahu kalau itu adalah kamu. Hanya kamu yang akan menarikku
sampai aku jatuh basah kuyup seperti ini. Kakak pertama tidak akan
pernah melakukan itu.” Qin Yu segera melepas baju dan celananya. Ia
kemudian melompat ke dalam pemandian air panas dengan hanya
menggunakan sepasang celana pendek, dan menatap kakak keduanya, Qin
Zheng, dengan jengkel.
Qin Zheng adalah anak remaja yang baru
berusia 12 tahun, namun selalu ada ekspresi senyuman yang ramah di
wajahnya. Ia selalu membuat orang-orang yang berurusan dengannya
merasa layaknya mereka sedang berendam di bawah hembusan angin musim
semi. Hanya disaat ia bersama dengan kedua saudaranya, Qin Zheng bisa
bersikap konyol seperti anak remaja pada umumnya.
“Kamu bilang kakak pertama? Haha, dia
sudah tertidur lelap,” ucap Qin Zheng sambil tertawa.
“Qin Zheng, memangnya kamu pikir
kakakmu ini seperti babi apa? Bagaimana bisa aku tidur secepat itu?”
ucap seorang pemuda yang berpenampilan keren dan berkepribadian
tenang yang baru sesaat yang lalu berbaring dengan mata tertutup di
sisi lain pemandian air panas. Setelah membuka kedua matanya dan
mengucapkan itu kepada Qin Zheng, ia berbalik menghadap Qin Yu dengan
senyuman dan berkata: “Xiao Yu, pemandian air panas di Vila
Berkabut ini benar-benar memiliki efek yang tidak biasa. Terakhir
kali aku datang kemari, aku hanya berendam sebentar dan luka yang aku
derita langsung menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Sekarang
hanya ada bekas luka tipis yang bisa dilihat. Kalau aku berendam
disini selama beberapa hari lagi, mungkin seluruh tubuhku juga akan
menjadi seperti tubuhmu.”
Ini adalah kakak pertama Qin Yu, Qin
Feng, yang sudah berusia 16 tahun. Karena ia berlatih ilmu bela diri,
ia pun tampak seperti pemudia berusia 18 atau 19 tahun. Kakak Qin
Feng ini adalah orang yang paling disayangi oleh Qin Yu. Terakhir
kali mereka bertemu, Qin Yu melihat dengan kedua mata kepalanya
sendiri bahwa kakak pertamanya ini mampu menghancurkan sebuah pohon
sebesar paha orang dewasa menjadi debu dengan hanya satu pukulan, dan
sejak saat itu ia merasa iri dengan keahlian bela diri kakaknya.
Mendengar kakaknya bicara tentang efek
pemandian air panas yang tidak biasa, Qin Yu berdiri dengan gaya yang
sangat nakal, sambil memajukan dada kecilnya dan mendongakkan
kepalanya yang kecil, ia berkata dengan bangga: “Tentu saja, tidak
aneh lagi kalau pemandian air panas di Vila Berkabut ini memiliki
efek yang tidak biasa. Humph, memangnya kalian tidak bisa lihat,
siapa masternya Vila Berkabut ini? Dia tidak lain dan tidak bukan
adalah adikmu sendiri ini!”
“Bocah ini ya!”
Qin Feng dan Qin Zheng tertawa
terbahak-bahak.
Karena Qin Yu sudah cukup lama tidak
bertemu dengan kedua kakaknya, mereka pun bermain dan
bersenang-senang bersama-sama. Namun Qin Feng dan Qin Zheng
memberikan sedikit keunggulan kepada Qin Yu, karena mereka berdua
sangat memanjakan adik mereka yang satu ini. Mereka semua tidak
memiliki ibu, jadi wajar bila mereka merasa sayang kepada adik kecil
mereka.
Setelah bermain-main selama beberapa
waktu, Qin Yu membaringkan dirinya dengan nyaman dan tenang di dalam
pemandian air panas. Qin Feng dan Qin Zheng juga ikut membaringkan
diri mereka masing-masing.
“Kakak, bukannya kalian sangat sibuk?
Bagaimana bisa kalian memiliki waktu untuk datang mengunjungiku?”
tanya Qin Yu.
“Ayah, dia...” Seakan menyadari
bahwa dirinya telah mengucapkan sesuatu yang salah, Qin Feng
buru-buru berkata: “Tidak ada apa-apa kok. Hanya saja, saat ini
tidak ada urusan yang penting bagi pasukan klan kita, jadi aku datang
kesini. Ayah juga mengijinkan ini. Kemudian aku mencari kakak keduamu
dan mengajaknya ikut datang kemari.”
Qin Zheng juga mengangguk dan berkata
kepada Qin Yu sambil tersenyum: “Itu benar. Kamu mungkin tidak
mengetahui ini, tapi untuk mendapatkan waktu luang agar aku bisa
pergi kesini, aku harus berusaha keras. Namun meski begitu, aku hanya
mendapat waktu istirahat selama setengah hari. Setelah setengah hari
berlalu, aku harus buru-buru kembali.”
“Aku juga, setelah setengah hari
berlalu, akan kembali bersama kakak kedua,” ucap Qin Feng dengan
rasa penyesalan.
“Oh, hanya setengah hari ya,” balas
Qin Yu. Jelas, dia merasa kecewa. Kegembiraan dan kenakalan yang
barusan ia tunjukkan sudah menghilang sepenuhnya.
Qin Yu memiliki 3 kerabat keluarga –-
ayahnya dan kedua kakaknya. Ayahnya begitu sibuk sampai-sampai dia
hanya pernah sekali mengunjungi Qin Yu dalam jangka waktu dua tahun.
Sangat sulit bagi Qin Yu untuk bertemu dengan kedua kakaknya hari
ini, namun setelah setengah hari berlalu, dia akan sendirian lagi,
atau mungkin lebih tepatnya, dia masih memiliki Xiao Hei, yang sedang
berdiri di samping pemandian air panas.
Qin Feng dan Qin Zheng saling bertukar
pandang. Mereka berdua merasa tidak berdaya.
Qin Yu tiba-tiba tersenyum dan berdiri.
“Kakak, ayah pernah pergi mengunjungi Hutan Rimba. Ayah mengajarkan
banyak hal tentang seni peperangan kepadamu bukan?” tanya Qin Yu,
“Aku tahu ayah itu sangat ahli dalam memimpin pasukan. Kakek Lian
menceritakan itu kepadaku.”
“Itu benar. Ayah benar-benar hebat
dalam seni peperangan. Saat ayah dan aku menjalankan latihan catur
pertempuran darat, butuh waktu setengah tahun bagiku untuk bisa
mencapai batas minimal yang ditentukan oleh ayah.” Qin Feng tampak
seperti mengingat hari-hari tersebut. Tanpa sadar ia berkata: “Seni
peperangan yang dimiliki ayah memang tidak ada tandingannya!”
“Kakak!” Qin Zheng menatap langsung
ke arah kakaknya. Jantung Qin Feng serasa berhenti sesaat. Dia pun
tersenyum pahit di dalam hatinya. Ia tahu, dirinya agak ceroboh
dengan apa yang barusan ia katakan.
Qin Yu tampaknya tidak menyadari itu.
Dengan ekspresi yang sangat bersemangat, ia mulai mengobrol bersama
Qin Zheng dan Qin Feng tentang apa yang telah terjadi kepada mereka
dalam beberapa hari ini. Ketiga bersaudara itu mengobrol di dalam
pemandian air panas untuk waktu yang cukup lama. Kemudian, baru
setelah pesta makan malam selesai, Qin Feng dan Qin Zheng berangkat
pergi.
Di luar Vila Berkabut, Qin Yu, yang
mengenakan jubah hitam dari kain brokat, mengikuti gerakan kedua
kakaknya dengan kedua matanya dan sambil melambaikan kedua tangannya
saat mereka pergi.
“Sampai jumpa, kakak pertama, kakak
kedua!” Kedua mata Qin Yu tampak seperti berkelap-kelip tanpa
henti.
Qin Feng dan Qin Zheng memutar kepala
mereka dan tersenyum kepada Qin Yu. Kemudian, mereka melompat ke atas
2 ekor Fierce Tiger. Ada sekitar 100 prajurit kuat yang mengikuti
mereka dari belakang, yang juga menunggangi Fierce Tiger mereka
masing-masing. Dalam waktu singkat, mereka sudah menghilang ke jalan
pegunungan tanpa meninggalkan sedikitpun jejak.
…....
Di suatu tempat di jalan pegunungan,
Qin Feng dan Qin Zheng menunggangi 2 ekor Fierce Tiger berdampingan.
“Kakak, kali ini kamu benar-benar ceroboh dengan ucapanmu. Xiao Yu
tidak suka tentang hal-hal yang berhubungan dengan tipu daya dan
politik. Dan juga, karena masalah yang dimiliki oleh dantian
miliknya, ia tidak bisa berlatih ilmu bela diri untuk menjadi
komandan dari pasukan militer. Jadi, dia tidak bisa mendapat prestasi
yang bagus dalam hal militer dan kesusasteraan. Ayah telah
mengerahkan seluruh tenaganya kepada kita berdua, sedangkan Xiao Yu
tidak bisa menemui ayah selama satu tahun penuh. Menurutmu apa yang
dia pikirkan tentang itu?” ucap Qin Zheng kepada Qin Feng. Tampak
jelas, dia merasa sangat jengkel kepada kakaknya.
Qin Feng berkata sambil memaksakan
senyuman: “Kakak kedua, pada saat itu aku kurang memperhatikan
ucapanku. Setelah itu, aku juga menyesal karena telah mengucapkan
itu.”
Tiba-tiba, wajah Qin Feng berubah
menjadi serius. Ia berkata: “Kakak kedua, karena cacat bawaan pada
dantian yang ia miliki, Xiao Yu tidak bisa berbuat banyak dalam seni
bela diri maupun kesusasteraan. Dia tidak akan memiliki cukup banyak
kekuatan untuk bisa melindungi dirinya sendiri. Kita berdua harus
melindungi Xiao Yu dengan baik. Kita tidak boleh membiarkan siapapun
yang mau mengganggunya.”
“Kalau ada orang yang berani
mengganggu Xiao Yu, aku akan membuat mereka menyesal karena mereka
telah lahir!” ucap Qin Zheng, dengan ekspresi kejam yang terpancar
di kedua matanya.
Dalam waktu singkat, kedua bersaudara
dan para pengawal yang mengikuti mereka dari belakang itu telah pergi
meninggalkan Gunung Donglan dan pergi menuju Kota Yan dengan cepat.
…......
Larut malam, di Gunung Donglan, ada
seorang anak dengan tubuh kecil dan kurus yang berdiri di puncak
gunung, diselimuti oleh hembusan angin dingin. Seekor elang hitam
yang masih muda berdiri dengan tenang di atas pundaknya. Qin Yu
sedang memandangi indahnya langit yang berbintang, namun ekspresi
dari tatapan yang ia miliki menunjukkan bahwa dirinya adalah anak
yang jauh lebih dewasa daripada anak lain yang seumuran dengannya.
Setiap harinya, dia akan membaca buku
di dalam perpustakaan sendirian, atau merenung sendiri. Itu membuat
Qin Yu memiliki pemikiran yang jauh lebih unggul daripada anak
berusia 8 tahun sewajarnya.
“Xiao Hei,” ucap Qin Yu tiba-tiba,
namun kedua matanya masih memandangi langit yang berbintang. Elang
hitam yang berada di pundaknya membuat beberapa gerakan tubuh, kedua
matanya yang berwarna gelap pekat bergerak beberapa kali, namun ia
tidak mengerti untuk alasan apakah pemiliknya memanggil namanya.
Senyuman tiba-tiba muncul di wajah Qin
Yu, senyuman yang sangat bahagia dan bersinar terang: “Xiao Hei,
apa kau tahu? Saat aku masih sangat kecil, ayah sering menemaniku dan
sangat peduli tentang diriku. Setelah kedua belas guru itu datang,
ayah menyuruhku untuk mengikuti para guru itu untuk belajar. Walaupun
aku tidak menyukai hal-hal tersebut, aku tetap berusaha sebisa
mungkin dan memaksa diriku untuk bisa mempelajarinya, agar ayah bisa
merasa senang. Aku mempelajari karakter-karakter itu dengan sangat
cepat, dan bahkan ayah menyebut bahwa diriku adalah seorang jenius,
namun setelah itu...”
Ia berhenti untuk sesaat, kemudian
melanjutkan.
“Aku ingat dengan jelas, saat usiaku
6 tahun, di halaman terpencil yang terletak di dalam Rumah Besar
milik ayah, kedua belas guru tersebut mengatakan bahwa diriku
tidaklah cocok untuk menjadi seorang pemimpin. Kemudian Paman Feng
berkata bahwa dantianku memiliki masalah dan tidak bisa mengumpulkan
energi internal, sehingga mustahil bagiku untuk berlatih ilmu bela
diri. Setelah itu, aku datang ke Vila Berkabut. Mulai dari saat itu,
ayah tidak lagi memperhatikan atau peduli terhadapku. Pada saat itu
aku tidak mengerti dengan apa sebenarnya yang bernama dantian itu,
dan tidak tahu dengan apa yang sebenarnya dimaksud dengan pemimpin.
Jadi aku bahkan berpikir bahwa ayah benar-benar membawaku kemari agar
aku bisa bermain. Tapi...”
Qin Yu menundukkan kepalanya dan
menggigit bibirnya. Tatapan matanya menunjukkan bahwa ia merasa
sangat depresi. “Dalam waktu 2 tahun ini, aku juga bertanya kepada
orang-orang seperti Paman Wang tentang makna dari dantian dan
pemimpin. Aku pikir, sekarang aku sudah mengerti, mengapa ayah tidak
lagi memperhatikan diriku.”
Qin Yu kembali menghentikan ucapannya
dan mendongakkan kepalanya untuk melihat langit yang berbintang.
“Aku benar-benar tidak menyukai
buku-buku tentang tipu daya dan politik itu. Faktanya, aku bahkan
harus memaksa diriku agar aku bisa mempelajarinya. Aku benar-benar,
sangat ingin melihat senyuman di wajah ayah dan mendengar dirinya
menerimaku dan juga memujiku, namun buku-buku tentang tipu daya itu,
buku-buku yang kejam itu.... aku, aku memaksa diriku dan harus
menahan kebencianku untuk bisa membacanya. Aku tahu tentang semua
tipu daya dan muslihat yang tertulis disana, tapi aku tidak mampu
melakukan itu! Aku tidak bisa menjalankan itu. Ayah, aku benar-benar
tidak bisa!”
Qin Yu menangis dengan suara rendah.
Tubuhnya yang lemah dan kurus tampak gemetaran. Xiao Hei, yang
berdiri di sampingnya, menggerak-gerakkan kedua matanya dan
membersihkan wajah Qin Yu dengan sayap kecilnya.
Qin Yu memiringkan kepalanya dan
menatap elang muda yang sedang berdiri di pundaknya. Kemudian, QinYu
memeluk elang itu di dadanya erat-erat. Elang tersebut terdiam di
dada Qin Yu, layaknya ia mengetahui suasana hati yang sedang
dirasakan oleh masternya pada saat itu. “Xiao Hei, aku benar-benar
ingin mendengar pujian dari ayah, ingin melihat senyum bahagianya,
aku benar-benar ingin...” gumam Qin Yu dengan suara yang semakin
terdengar kecil.
….......
Di suatu tempat rahasia di puncak
gunung, 3 pendekar yang melindungi Qin Yu secara diam-diam, tak
henti-hentinya menghela nafas mereka.
Tiba-tiba – sebuah meteor yang
memancarkan cahaya yang menyilaukan melaju dan menebas langit malam
yang penuh dengan bintang. Untuk sesaat, di langit sana, cahaya yang
dipancarkan oleh meteor tersebut tampak jauh melampaui cahaya dari
bintang-bintang lainnya.
“Meteor!”
Kedua mata Qin Yu tiba-tiba bersinar.
Ia segera melepaskan Xiao Hei dari pelukannya, lalu berdiri, menutup
kedua matanya erat-erat, dan mengangkat kedua tangannya di depan
tubuhnya: “Aku harap ayah peduli kepadaku, sama seperti bagaimana
ayah memperlakukan kakak pertama dan kakak kedua. Aku tidak takut
bila nanti ayah memukulku atau menghukumku. Aku hanya ingin agar ayah
tidak mengabaikan aku.”
Qin Yu perlahan membuka matanya dan
melihat meteor yang sudah tiba di cakrawala.
“Ayah pernah bilang, harapan yang
dibuat di saat meteor jatuh akan dikabulkan. Tidak mungkin ayah
membohongiku. Harapanku pasti akan terpenuhi.” Sambil menatap
langit yang penuh dengan bintang, wajah kekanak-kanakan Qin Yu
memiliki ekspresi teguh.
Tiba-tiba, ada ide cemerlang yang
muncul di dalam pikiran Qin Yu.
Kedua matanya menjadi cerah. Ia menepuk
kepalanya: “Ah, aku benar-benar bodoh. Seni bela diri dan
kesusasteraan; aku tidak bisa mengerjakan kesusasteraan dengan baik,
dan aku juga tidak bisa berhasil dalam ilmu bela diri? Paman Wang
bilang ada banyak teknik energi internal di dunia ini. Mungkin
beberapa diantaranya ada yang cocok dengan dantian milikku. Sekalipun
memang tidak ada satupun yang cocok, memangnya siapa yang bilang
kalau melatih energi internal adalah hal yang wajib dalam seni bela
diri?”
Bagaimanapun juga, Qin Yu hanyalah anak
berusia 8 tahun. Sekalipun pikirannya sudah menjadi jauh lebih dewasa
berkat banyaknya buku-buku yang ia baca sendirian, dia tetaplah
seorang anak kecil. Karena dahulu Fengyuzi bilang bahwa orang yang
memiliki masalah dalam dantian mereka tidak bisa mempelajari seni
bela diri, pemikiran tersebut pun terpaku di dalam pikiran Qin Yu.
Baru pada saat inilah dia sadar.
Apakah benar orang yang memiliki
dantian yang aneh tidak bisa mempelajari seni bela diri?
“Hum, dengan resolusi yang kuat,
bahkan alu padi yang terbuat dari besi juga bisa diasah sampai
menjadi jarum yang kecil. Prinsip tersebut diucapkan sendiri oleh
ayah. Selama aku berusaha dengan giat, aku akan berhasil,” ucap Qin
Yu kepada dirinya sendiri sambil menganggukkan kepalanya berulang
kali. Tatapannya tampak penuh dengan rasa kepercayaan diri tinggi dan
determinasi yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun.
“Xiao Hei, ayo kita kembali ke vila!”
Qin Yu segera melakukan apa yang ia ucapkan. Karena kini ia sudah
memiliki tujuan, semuanya pun menjadi berbeda.
Elang hitam yang berdiri di pundak Qin
Yu pun tampak seperti merasa sangat bahagia, dan berulang kali
mengepakkan sayapnya. Di saat Qin Yu berlari menuju Vila Berkabut, 3
siluet hitam muncul untuk sesaat dan pergi mengejar Qin Yu layaknya 3
gumpalan asap hitam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar