Senin, 29 Desember 2014

Mushoku Tensei 20

[Web Novel 20] Penipu yang Mengaku Sebagai Dewa

Aku bermimpi

Di dalam mimpiku, aku sedang terbang dan menggendong Eris.

Sekalipun kesadaranku sedang kabur, tapi kenapa aku merasa kalau di mimpiku itu aku sedang terbang?

Pemandangan yang ada di hadapanku terus berubah dengan kecepatan yang mengerikan.

Rasanya seperti aku sedang terbang ke atas dan kebawah secara tidak berurutan, dalam kecepatan suara atau kecepatan cahaya.

Aku tak mengerti kenapa kami bisa berada dalam situasi seperti itu.

Aku hanya yakin kalau aku tidak berhati-hati, ah, tidak, sekalipun aku sangat berhati-hati, kecepatanku akan berkurang dan aku akan jatuh.

Aku terus berusaha untuk fokus mencari tempat mendarat yang aman di dalam pemandangan yang tidak kunjung berhenti berubah ini.

Sekalipun kau bertanya kenapa, aku sendiri juga tidak tahu.

Aku hanya merasa kalau aku akan mati kalau aku tidak melakukan itu.

Tapi aku bergerak terlalu cepat, pemandangan di hadapanku berubah lebih cepat sebelum mataku bisa beradaptasi dengannya, nyaris seperti putaran mesin slot.

Aku terus berkonsentrasi dan mengalirkan mana ke dalam tubuhku.

Dan kemudian, untuk sesaat, kecepatanku menurun.

Ini gawat, aku jatuh.

Saat aku memikirkan itu, aku melihat ada tanah. Tanah itu memiliki permukaan yang rata.

Jatuh di laut itu gawat, jatuh di gunung juga gawat, begitu pula di hutan, tapi kalau di tanah yang rata....

Saat harapanku meningkat, tubuhku mulai turun.

Aku berhasil mengurangi kecepatan jatuhku dan mendarat di tanah yang berwarna merah kecoklatan.

Sesaat kemudian, kesadaranku terputus.

**

Saat kedua mataku terbuka, aku menyadari bahwa diriku sedang berada di dunia yang benar-benar putih.

Tidak ada apa-apa di dunia ini, dan aku segera menyadari kalau ini adalah mimpi.

Mimpi yang nyata.

Dan tubuhku benar-benar berat.

[…....Eh?]

Aku melihat tubuhku dan merasa ngeri.

Itu adalah tubuh berusia 34 tahun yang biasa aku lihat di kaca.

Dan pada waktu yang sama, aku mengingat ingatanku di masa lalu.

Penyesalan, perselisihan, kebodohan, dan pemikiran naifku.

Saat aku berpikir bahwa 10 tahun terakhir yang aku lalui terasa seperti mimpi, kesedihan yang ada di dalam hatiku tumbuh semakin besar.

Aku telah kembali.

Aku secara intuitif menyadari itu.

Dan ternyata aku bisa menerima fakta itu dengan begitu mudahnya.

Itu memang benar adalah mimpi.

Sekalipun itu adalah mimpi yang begitu panjang, aku tetap merasa bahagia.

Lahir dalam keluarga yang hangat dan penyayang, bersama dengan gadis yang manis selama 10 tahun.

Meski begitu, aku tetap ingin menikmatinya lebih lama.

Aku mengerti.

Semuanya sudah berakhir.......

Aku bisa merasakan bahwa ingatanku sebagai Rudeus menjadi semakin redup.

Mimpi ini atau apalah, itu adalah sesuatu yang mengecewakan disaat aku sadar.

Serius deh, apa yang sebenarnya aku harapkan.......

Tidak mungkin aku diberikan hidup yang bahagia dan nyaman seperti itu.

**

Aku tiba-tiba menyadari kalau ada orang aneh disana.

Dengan wajah kosong berwarna putih dengan senyuman lebar.

Tidak ada fitur spesialnya sama sekali.

Saat aku sadar bahwa itu adalah wajah, pikiranku tiba-tiba pergi dari kepalaku.

Aku tidak bisa mengingatnya.

Mungkin karena alasan itulah, orang itu memberikan kesan bahwa seluruh tubuhnya ditutupi oleh mosaik.

Tapi aku merasa kalau dia adalah orang yang hangat.

[Hey, sepertinya ini adalah pertemuan pertama kita. Halo, Rudeus-kun.]

Dalam kondisi depresi seperti ini, aku diajak ngobrol oleh orang yang kelihatan tidak senonoh dan ditutupi oleh mosaik.

Orang ini memiliki suara netral, aku tidak tahu apakah dia itu pria atau wanita.

Orang yang memakai mosaik ini, tidak apa kan kalau aku menganggapnya sebagai wanita, dan membayangkan sisi erotisnya?

[Kau bisa mendengarku kan?]

Ah, tentu saja aku bisa mendengarmu.

Halo, halo.

[Bagus, bagus, syukurlah kau bisa menyapa.]

Sekalipun aku tidak bisa mengeluarkan suara, tapi sepertinya aku bisa berkomunikasi dengan orang ini. Aku akan lanjut berbicara dengan cara seperti ini.

[Lumayan, kau bisa beradaptasi dengan cukup baik.]

Ah, itu tidak benar.

[Mmfufu. Kau memang memiliki kemampuan untuk itu.]

Baik kalau begitu, siapa sebenarnya dirimu?

[Siapa, hmm, seperti yang kau lihat.]

Seperti yang kulihat? Sekalipun kau ditutupi oleh mosaik...... Apa namamu Matchless Warrior Spellman?

[Spellman? Siapa itu, apa orang itu mirip denganku?]

Ya, sangat mirip, dia bahkan juga ditutupi oleh mosaik.

[Jadi begitu, duniamu juga punya sesuatu seperti itu.]

Tapi tidak ada yang sepertimu.

[Apa tidak ada yang mirip....... Yah, lupakan itu. Aku adalah seorang dewa. Human God, Hitogami.]

Haa. Hitogami*....... (artinya sama kyk Human God, dewa manusia, cuman ini nama pribadi.)

[Responsmu tidak seperti yang aku harapkan.]

Bukan............ Kenapa dewa ini bicara kepadaku? Dan juga, bukannya kemunculanmu agak sedikit terlambat hm? Bukannya seharusnya kamu datang lebih awal huh?

[Datang lebih awal....? Apa maksudnya itu?]

Bukan apa-apa. Silahkan lanjutkan.

[Soal dirimu, aku sudah melihat semuanya. Hidupmu sangat menarik.]

Mengintip itu memang merupakan sesuatu yang sangat menarik.

[Ya, itu benar-benar menarik. Karena itulah aku selalu melindungimu.]

Melindungiku..... Terima kasih soal itu. Kau itu lumayan suka memandang rendah huh. Aku merasa sangat jengkel kalau aku dipandang rendah hmm.

[Hey, itu benar-benar tidak sopan. Aku pikir kau sedang merasa kesulitan, jadi aku bicara padamu.]

Orang yang bicara kepada seseorang di saat mereka sedang kesulitan bukanlah orang baik-baik.

[Aku adalah kawanmu.]

Haa! Kawan! Kau membuatku tertawa.

Di hidupku yang lalu, ada orang-orang seperti ini. Aku adalah kawanmu. Hey, aku akan melindungimu, jadi berusahalah sebisamu. Sekelompok orang yang tidak memiliki tanggung jawab apapun. Coba bayangkan tentang apa yang terjadi setelah orang-orang itu mengusirku. Saat ini kalimat yang kau ucapkan memiliki nada yang sama seperti itu. Aku tak bisa mempercayaimu.

[Aku sedikit bingung kalau kau berkata sampai segitunya....... Yah, pokoknya, aku akan memberimu sugesti.]

Aku tidak membutuhkan saran apapun.....

[Entah kamu mau mendengarkan saranku atau tidak, semuanya tergantung pada dirimu sendiri.]

Ahh. Tipe ini. Ya, ya, ada juga tipe seperti ini. Soal saran... Mengarahkan pemikiranku, bukan dari dalam, namun dari luar. Serius deh, aku tak mengetahui inti yang sesungguhnya dari saran-saran seperti itu. Sekalipun aku dengan sungguh-sungguh mencoba untuk menjalankan saran tersebut, toh nanti juga tidak ada artinya itu. Era “dimana ada niat, disitu ada jalan” sudah berakhir! Apapun hal positif yang berhasil kau raih, hanya akan menambah rasa keputusasaan, dan pada akhirnya dilempar kembali ke arahmu.

Sama seperti ini! Mimpi seperti apa yang kau tunjukkan padaku, dunia paralel seperti apa ini!

Membuatku menjalani proses reinkarnasi,dan membuatku merasakan nikmatnya hidup. Seperti inikah cara kerjamu? Untuk membawaku kembali ke hidupku yang dulu saat hidupku sedang mencapai puncaknya!

[Tidak, tidak, tolong jangan salah paham. Hal-hal yang ingin aku beritahukan kepadamu bukanlah tentang hidupmu yang dulu, tapi itu ada hubungannya dengan hidupmu yang sekarang.]

Hm? Kalau begitu tubuhku yang sekarang ini?

[Itu tubuh spiritualmu. Bukan tubuh fisik.]

Tubuh spiritual?

[Tentu saja, tubuh fisikmu juga baik-baik saja.]

Kalau begitu, ini cuma mimpi? Saat aku bangun, aku tidak akan kembali ke tubuh sialan ini lagi...... benar?

[Yup. Ini adalah mimpi. Saat kau bangun, tubuhmu akan kembali menjadi normal. Apa kau merasa lega sekarang?]

Ya, aku merasa lega. Jadi begitu, ini hanyalah mimpi.

[Ah, tapi ini bukan mimpi biasa. Aku bicara secara langsung dengan tubuh spiritualmu. Aku terkejut, kau ternyata memiliki perbedaan sebesar itu diantara tubuh spiritual dan tubuh fisikmu.]

Kau itu suka blak-blakan ya.

Terus, apa yang kau ingin aku lakukan?

Karena aku adalah benda asing di dunia ini, jadi kau ingin aku kembali ke dunia tempat diriku berasal?

[Eh, bagaimana mungkin? Sekalipun itu aku, diluar 6 dunia yang ada di permukaan, aku tidak bisa mengirimmu kembali. Masa sih kau tidak tahu hal yang jelas seperti itu?]

Huh..... mana yang jelas dan yang tidak jelas, bagaimana bisa aku mengetahui itu?

[Kau ada benarnya juga ya.]

Tunggu dulu. Kalau kau tidak bisa mengirimku kembali, jadi bukan kamu yang memindahkanku ke dunia ini?

[Yah, dari awal, aku tidak akan melakukan sesuatu seperti reinkarnasi. Hal seperti itu hanya dilakukan oleh Dragon God yang jahat.]

Hmm.

Dragon God yang jahat, hmm....

[Jadi, apa kau mau mendengarnya? Saranku.]

.... Aku tak mau.

[Ehh! Kenapa tidak?]

Sekalipun situasi saat ini memang tidak terlalu bagus, tapi kau itu terlalu mencurigakan.

Harusnya aku tidak mendengarkan sepatah katapun yang diucapkan oleh orang sepertimu.

[Mencurigakan.... hm?]
 
Yup, mencurigakan. Kau itu punya aura seperti seorang penipu. Kau itu mirip seperti penipu yang sering aku lihat di game online. Kalau aku mendengarkan ucapan seorang penipu, nanti bisa-bisa pikiranku di manipulasi.

[Ini bukan penipuan, serius. Kalau ini benar-benar penipuan, aku tidak akan bilang kalau kamu boleh mendengarkan saranku atau tidak.]

Itu kan cuma strategi.

[Ayolahhhh, percaya sama aku kenapa?]

Katanya kamu itu dewa, tapi kok kamu malah memohon-mohon dengan suara yang memalukan seperti itu.

Dan dari awal, dewa yang aku percayai itu bukan kamu. Dewa yang asli adalah dewa yang mampu memberikan keajaiban.

Saat ada dewa dari agama lain mengucapkan sesuatu yang aneh, tentu saja itu mencurigakan.

Dan juga, orang yang terus-terusan bicara soal kepercayaan itu sudah pasti adalah seorang penipu.

Itu tertulis di buku yang suka aku baca, jadi itu pasti benar.

[Aku tak akan mengucapkan hal-hal seperti itu, serius. Cukup dengarkan apa yang aku ucapkan, sekali saja.]

Apa?

Apa maksudmu dengan “dengarkan sekali saja”, aku tahu kalau kau itu berusaha untuk menipuku.

Dari awal juga, aku sudah sering berdoa kepada dewa di kehidupanku yang dulu.

Dan kau tidak pernah sekalipun datang membantuku, bahkan di saat aku mati. Sekarang tiba-tiba kau mau memberiku saran?

[Bukan, bukan, dewa mu dan aku adalah dua makhluk yang berbeda. Aku kan sudah bilang, aku akan membantumu mulai dari sekarang, iya kan?]

Karena itulah aku tidak bisa mempercayaimu. Hanya dengan ucapan yang keluar dari bibirmu tidaklah cukup. Kalau kau ingin aku percaya kepadamu, tunjukkanlah sebuah keajaiban kepadaku.

[Aku sudah melakukan itu. Aku sedang bicara denganmu di dalam mimpi kan? Tidak ada makhluk lain yang bisa melakukan ini kecuali aku.]

Kau itu cuma omong doang. Sekalipun kau tidak menggunakan mimpi untuk menghubungiku, kau juga bisa menggunakan surat atau apalah.

[Kau benar. Kau sudah bilang kalau kau tidak bisa percaya denganku, tapi kau akan mati kalau aku tidak melakukan sesuatu.]

… Mati? Kenapa?

[Demon Continent adalah tempat yang mengerikan. Hampir tak ada apapun yang bisa dimakan, dan ada banyak magical creature yang kuat di sana. Sekalipun kau bisa berkomunikasi, tapi pengetahuan umum di sana sangatlah berbeda. Apa kau benar-benar bisa bertahan hidup di sana? Apa kau benar-benar yakin?]

Huh? Demon Continent? Tunggu sebentar, apa maksudmu?

[Kau terserap kedalam efek area raksasa Malapetaka Mana, dan tubuhmu di teleportasikan secara paksa ke tempat lain.]

Malapetaka Mana. Cahaya itu?

[Benar, cahaya itu.]

Teleportasi. Jadi itu adalah teleportasi.....

Bukan hanya aku yang terlibat dalam peristiwa ini.

Aku penasaran, apakah Philip baik-baik saja?

Buina harusnya baik-baik saja, karena lokasinya lumayan jauh dari Roa.

Sylphy pasti merasa khawatir.

..Apa yang telah terjadi disana?

[Kau bertanya padaku, apa itu artinya kau bersedia untuk percaya kepadaku? Kau barusan menolak untuk mempercayaiku.]

Kau benar. Aku tertipu dengan mudahnya.

[Aku hanya bisa berkata kalau semua orang mendoakan keselamatanmu. Berdoa agar kau bisa kembali dengan selamat.]

Itu..... Siapapun akan melakukan itu.

[Benarkah? Di suatu tempat di dalam hatimu, kau berpikir kalau semisal dirimu menghilang dari dunia ini, kau akan membuat orang lain merasa senang, iya kan?]

..Bohong jadinya kalau aku bilang aku tidak memikirkan itu. Aku menghilang dari duniaku yang dulu dimana aku tidak dibutuhkan. Bahkan sekarang pun aku masih memiliki pemikiran itu.

[Tapi kau bukanlah seseorang yang tidak dibutuhkan di dunia ini. Tolong, kembalilah dengan selamat.]

Ahh. Kau benar.

[Tapi kalau kau mengikuti saranku, sekalipun aku tidak akan bilang kalau itu adalah hal yang pasti, tapi kau akan memiliki kesempatan yang sangat tinggi untuk bisa kembali dengan selamat.]

Sebentar. Sebelum itu, aku ingin bertanya tentang tujuan yang kau miliki. Kenapa kau begitu terobsesi denganku?

[Kau benar-benar banyak bicara ya...... Itu karena cara hidupmu itu menarik. Bukannya itu sudah cukup?]

Orang yang mengambil tindakan hanya karena merasa kalau ada sesuatu yang menarik, sudah pasti orang itu adalah orang yang jahat.

[Begitukah cara kerjanya di duniamu yang dulu?]

Orang yang mengambil tindakan karena ada sesuatu yang menarik hanya akan merasa senang dengan cara memanipulasi orang lain di dalam genggaman tangan mereka.

[Mungkin aku memang memiliki sifat seperti itu.]

Dan juga, memang apa yang menarik tentang hidupku?

[Daripada menyebut hidupmu menarik, kenapa tidak kita sebut saja kalau hidupmu itu bermakna. Sangat jarang lho ada orang yang datang dari dunia lain. Memberimu saran dan membuatmu berinteraksi dengan segala jenis orang lain. Akhir seperti apa yang akan kau dapatkan nantinya...?]

Jadi begitu. Kira-kira itu mirip seperti memberikan perintah yang tidak jelas kepada seekor monyet,dan mengamati bagaimana monyet itu menyelesaikan tugasnya. Hobi yang kau miliki ini benar-benar kelewatan.

[Hah.... Kau ini. Apa kau sudah lupa tentang pertanyaanku yang pertama?]

Pertanyaanmu yang pertama?

[Kalau begitu aku akan bertanya lagi. Apa kau yakin? Yakin bahwa dirimu bisa bertahan hidup di tempat yang sangat berbahaya dan tidak kau ketahui.]

.. Tidak.

[Kalau begitu, bukannya lebih baik kalau kau mau mendengarkan saranku? Sekalipun yah, aku akan mengatakan ini lagi, terserah kamu mau mengikuti saranku atau tidak.]

Baik, aku mengerti, aku mengerti. Saran atau apalah, bisa tidak kau langsung mengucapkannya? Pada akhirnya kamu terlalu banyak bicara dan terus berbelit-belit. Cukup berikan saranmu tanpa perlu menunggu jawabanku, bukannya itu sudah cukup?

[….... Baik, baik. Rudeus, dengar baik-baik. Saat kau bangun, bergantunglah kepada orang yang ada di sampingmu, dan kemudian bantulah dia.]

Dewa mosaik itu hanya meninggalkan kalimat seperti itu, dan menghilang sambil meninggalkan suara yang menggema.

1 komentar: