[Web Novel 9] Rapat Darurat Keluarga
Zenith didiagnosa tengah dalam masa
kehamilan. Adik cowok atau cewek ku akan segera lahit.
Anggota keluarga akan bertambah.
Yosh~ Rudi-chan!!
Selama beberapa tahun ini Zenith
merasa gelisah.
Di masa lalu, dia akan mengeluh dan
curiga apakah dirinya tak bisa memiliki anak lagi, namun sekitar 1 bulan yang
lalu, ia mulai merasakan perubahan di tubuhnya. Ia menjadi lebih gampang capek,
mual, muntah, dan lain-lain. Itu adalah tanda-tanda kehamilan yang biasa
muncul. Karena dia masih mengingat perasaan seperti itu, ia pergi mengunjungi
dokter dan didiagnosa bahwa dirinya sedang dalam masa kehamilan. Pada dasarnya,
tebakannya tak salah.
Keluarga Greyrat benar-benar senang
atas berita itu.
Kalau yang lahir cowok, namanya ini.
Kalau yang lahir cewek, namanya itu. Bagaimana pembagian kamar, dan juga
tentang bagaimana adikku yang akan lahir bisa menggunakan pakaianku yang lama.
Topik itu benar-benar tak ada
habisnya.
Tawa selalu terdengar di hari yang
ramai itu. Sejujurnya aku merasa lumayan senang, dan aku berpendapat kalau adik
cewek itu lebih baik. Itu karena adik cowokku menghancurkan hal yang paling
penting dalam hidupku (menggunakan tongkat baseball).
Dan kemudian.
Satu bulan kemudian, ada masalah
lain yang muncul.
***
Si pembantu, Lilia, ketahuan hamil.
[Aku minta maaf, sepertinya aku
hamil.]
Lilia dengan datar mengumumkan fakta
bahwa dia sedang hamil ketika seluruh anggota keluarga sedang berkumpul.
Pada momen itu, seluruh anggota
keluarga Greyrat membeku.
(Siapa yang melakukannya……?)
Tak ada satupun orang yang mencoba
untuk menanyakan hal itu dalam suasana seperti ini.
Semuanya samar-samar merasakan itu.
Lilia adalah pembantu yang bekerja keras. Dia mengirim hampir semua upah kerja
yang ia dapat ke kampung halamannya. Untuk menyelesaikan berbagai masalah yang
ada di desa, dia sering keluar rumah bersama Paul, dan berbeda dari Zenith yang
tinggal di desa untuk membantu klinik. Dia hampir tak pernah pergi meninggalkan
rumah, kecuali untuk bekerja. Dan juga tak ada kabar bahwa Lilia sedang dekat
dengan seseorang.
Apa mungkin dia melakukannya dengna
orang asing……
Tapi aku tahu satu hal.
Setelah Zenith hamil, Paul terpaksa
menghentikan aktifitas seksualnya, dan ketika ia tak bisa melampiaskan
nafsunya, ia akan menyelinap ke kamar Lilia di malam hari.
Kalau aku adalah anak yang normal,
aku mungkin akan mengira kalau mereka sedang bermain poker di malam hari.
Sayangnya, aku tahu. Mereka berdua
melakukannya ketika ibu sedang tidak ada.
Aku benar-benar berharap agar mereka
bisa lebih berhati-hati. Bukannya 2 orang random pernah mengatakan ini
sebelumnya?
[Ye nona-nona!! “Kamu bisa
melakukannya kalau kamu mau mencobanya” adalah kata-kata yang bagus. Kata-kata
itu mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kontrasepsi!!](referensi
kinnikuman)
Aku benar-benar ingin membacakan
kalimat itu di hadapan Paul, yang warna wajahnya sudah berubah menjadi hijau.
Yah, aku tak benar-benar tahu juga
sih apa mereka menggunakan kontrasepsi atau tidak.
Tentu saja, aku tak berniat untuk
membocorkan masalah ini dan menyebabkan keluarga ku terpecah belah.
Kalau biasanya sih, aku tak akan
pernah memaafkan siapapun yang berani menyentuh pembantu kami.
Tapi aku sudah menerima banyak
bantuan dari Paul soal masalah Sylphy. Aku akan memaafkannya untuk kali ini.
Pria yang populer memang punya
kesulitan tersendiri. Itulah kenapa, kalau ia dituduh, aku akan membelanya. Aku
bahkan bisa menjadi alibinya. Setelah aku menetapkan tekadku, aku membuat
sinyal mata ke arah Paul agar dia bisa merasa tenang.
Tapi pada waktu yang sama, Zenith
melihat ke arah Paul dengan penuh kecurigaan.
Dan kebetulan, pandangan kami berdua
sama-sama mengarah ke Paul.
[M-maaf. K-kemungkinan, itu aku……]
Orang ini benar-benar terlalu
gampang menyerah.
Menyedihkan sekali…… oh jangan,
orang yang jujur harusnya dipuji. Paul kerap mengumpulkan anggota keluarga dan
bersikap layaknya dirinya adalah seorang bangsawan dengan mengajariku:
[Bersikaplah jujur] seperti itu,
[Bersikaplah jantan] seperti itu,
[Lindungilah wanita] seperti itu,
[Jangan melakukan hal yang tidak
jujur] seperti itu.
Jadi kemungkinan dia hanya bisa
mengatakan semuanya dengan jujur.
Bukannya itu bagus? Aku tak membenci
sifatmu yang seperti itu.
(Tapi situasi sekarang sudah menjadi
sangat buruk……)
Saat aku melihat ke arah Zenith, aku
melihat ada topeng Hannya muncul di belakang tubuhnya.
Dengan begitu, termasuk Lilia, kami
memulai rapat darurat keluarga.
***
Yang pertama kali memecah keheningan
adalah Zenith.
Dia mengambil inisiatif pertama.
[Baik, apa yang akan kalian lakukan
sekarang?]
Dari apa yang aku lihat, Zenith
kelihatan luar biasa tenang.
Dia hanya memberi suaminya yang
telah selingkuh, sebuah tamparan keras, tanpa menjadi histeris.
Masih ada bekas telapak tangan
berwarna merah di wajah Paul.
[Ijinkan aku untuk keluar dari
pekerjaan ini setelah aku membantu Nyonya melahirkan.]
Yang menjawab adalah Lilia. Dia juga
sangat tenang. Mungkin di dunia ini, selingkuh adalah hal yang wajar. Pembantu
dan tuannya memiliki hubungan terselubung. Setelah itu menjadi masalah, si
pembantu akan pergi meninggalkan rumah.
Hm.
Biasanya, aku akan tertarik dengan
kisah tragis seperti itu. Sayangnya suasana ini bahkan membuatku tak bisa
bergerak. Bagaimanapun juga, aku masih bisa menahan diri. Tak seperti Paul.
Biar kalian tahu ya, Paul saat ini
sedang meringkuk di salah satu pojokan ruangan.
Kehormatan seorang ayah? Apa-apaan
itu?
[Bagaimana dengan anak yang ada di
dalam kandunganmu?]
[Aku berencana untuk membesarkannya
di kampung halamanku setelah aku melahirkannya di Fedoa.]
[Kampung halamanmu ada di selatan
kan?]
[Ya.]
[Kamu akan kecapekan setelah
melahirkan, dan kemungkinan kamu tak akan bisa melakukan perjalanan panjang
kan?]
[……… Mungkin, tapi aku tak memiliki
tempat tujuan lain.]
Fedoa adalah tempat yang terletak di
bagian utara kerajaan Asura.
Dari apa yang aku tahu, akan butuh
waktu sekitar sebulan penuh, bahkan sekalipun menggunakan kereta kuda untuk
menuju kota-kota yang lokasinya terletak di bagian selatan kerajaan Asura.
Meskipun hanya sebulan, keamanan dan cuaca yang ada di kerajaan Asura itu
lumayan bagus. Kalau kamu naik kereta kuda, perjalanannya tak akan terlalu
berat.
Tapi itu hanya berlaku untuk wisatawan
normal.
Lilia tak memiliki uang. Kalau dia
tak memiliki uang, maka dia hanya akan bisa berjalan kaki.
Bahkan sekalipun keluarga Greyrat
membiayai perjalanannya, resiko bahayanya tak akan berubah sekalipun ia naik
kereta kuda.
Seorang ibu yang baru saja
melahirkan melakukan perjalanan sendirian. Kalau aku adalah pria yang jahat,
apa yang akan aku lakukan kalau aku bertemu dengan wanita seperti itu?
Tentu saja aku akan menyerangnya,
itu ibarat aku menemukan angsa emas. Wanita yang bepergian seperti itu hanya
meminta untuk diserang oleh orang lain. Ambil anaknya sebagai sandera, dan
mengurung sang ibu. Mencuri semua uang dan barang-barang yang ia miliki
terlebih dahulu. Dan sepertinya di sini juga ada sistem perbudakan, jadi akan
sangat menguntungkan kalau ibu dan anak itu laku terjual.
Bahkan sekalipun Asura adalah tempat
yang paling aman di dunia ini, bukan berarti tak ada orang jahat disana. Lilia
memiliki kemungkinan yang lumayan besar untuk diserang saat ia melakukan
perjalanan.
Zenith benar. Kekuatan fisik adalah
masalah. Sekalipun Lilia bisa bertahan, bagaimana dengan anaknya?
Apa seorang anak yang baru lahir
bisa bertahan untuk melakukan perjalanan selama sebulan penuh?
Mustahil bukan?
Tentu saja jika Lilia kolaps,
anaknya juga akan mengikutinya. Jika mereka jatuh sakit, mereka juga tak
memiliki sumber daya yang cukup untuk mencari dokter, dan pada akhirnya mereka
tak akan bisa terselamatkan.
Mataku sudah bisa membayangkan
pemandangan dimana Lilia yang sedang menggendong bayinya terjatuh di tengah
badai salju.
Aku tak mau Lilia mati dengan cara
seperti itu.
[Tapi sayang, itu benar-benar……]
[DIAM!!]
Paul mencoba untuk mengeluarkan
pendapatnya dengan terbata-bata, namun setelah ditolak mentah-mentah oleh
Zenith, ia kembali meringkuk di pojokan ruangan layaknya anak kecil.
Dalam hal ini, dia sama sekali tak
memiliki kuasa. Hmm. Sepertinya Paul sudah tersingkirkan dari tangga kekuasaan
keluarga Greyrat.
[………]
Zenith mengigit kuku-kuku jarinya
dengan ekspresi menderita. Sepertinya dia sedang ragu-ragu.
Dia tak terlalu membenci Lilia,
sampai-sampai ia ingin membunuhnya.
Sebenarnya, hubungan diantara mereka
berdua sangatlah baik. Mereka telah memelihara rumah tangga ini selama 6 tahun
bersama-sama, dan orang pun bisa dengan jelas melihat bahwa mereka adalah
sahabat akrab.
Kalau saja anak yang dikandung Lilia
bukanlah anak Paul.
Kalau Lilia diperkosa di sebuah
lorong yang gelap dan jadi hamil karenanya, Zenith pasti akan mengijinkan……
bukan, dia akan bersikeras untuk melindungi Lilia, dan membiarkan anaknya
dibesarkan disini. Dari aliran percakapan yang aku dengar, sepertinya dunia ini
tak memiliki konsep aborsi.
Aku pikir ada dua perasaan yang
sedang bertentangan di dalam benak Zenith.
Rasa sayangnya terhadap Lilia, dan
juga perasaan bahwa ia telah dikhianati.
Aku pikir Zenith saat ini sudah
cukup mengagumkan, karena ia tak bersikap dengan berdasarkan perasaannya yang
kedua. Kalau aku ada di posisi Zenith, aku pasti sudah sangat cemburu,
sampai-sampai aku akan mengusir Lilia.
Fakta bahwa Zenith mampu menjaga
ketenangannya sebenarnya juga ada hubungannya dengan sikap yang ditunjukkan
Lilia. Lilia tak mencoba untuk mencari-cari alasan, dan hanya berencana untuk
bertanggung jawab. Bertanggung jawab penuh atas keluarga yang telah ia
khianati, yang sudah ia layani selama ini.
Namun menurut opiniku, yang harusnya
bertanggung jawab adalah Paul. Tak adil kalau Lilia sendirian yang bertanggung
jawab.
Perpisahan ini tak boleh terjadi
dengan cara yang buruk seperti ini.
Aku memutuskan untuk membantu Lilia.
Aku sudah menerima banyak bantuan darinya. Sekalipun kami tak terlalu banyak
berinteraksi, dan dia jarang berbicara kepadaku, tapi dia sudah merawatku
dengan sangat baik.
Tiap kali aku basah kuyup oleh
keringat setelah latihan ilmu pedang, dia akan mempersiapkan handuk untukku.
Kalau aku basah kuyup karena hujan, dia juga akan mempersiapkan air panas. Di
malam-malam yang dingin dia akan membawakanku selimut. Ketika aku lupa untuk
mengembalikan buku-buku ke dalam rak buku, dia lah yang akan menatanya dengan
cepat dan rapi.
Dan yang paling penting.
Yang paling penting dari yang paling
penting.
Dia tahu tentang eksistensi Artefak Suci
yang kumiliki, namun tetap merahasiakannya.
Itu benar, Lilia tahu.
Dulu ketika aku masih mengira Sylphy
adalah anak cowok.
Pada saat itu hujan sedang turun.
Aku tengah mempelajari ensiklopedia tanaman di kamarku dengan perasaan yang
bercampur aduk. Saat itulah Lilia masuk dan mulai membersihkan kamar. Aku
terlalu fokus dalam membaca buku, dan tak menyadari bahwa Lilia sedang
membersihkan tempat yang dekat dengan lokasi persembunyian Artefak Suci. Di
saat aku menyadarinya, semuanya sudah terlambat. Tangan Lilia menggenggam
Artefak Suci ku.
Aku benar-benar terkejut. Memang
benar bahwa selama 20 tahun aku hidup sebagai seorang NEET, kamarku benar-benar
berantakan, dan aku tak peduli apa ada orang di sampingku atau tidak. Bahkan
ada satu folder di komputer yang bernama [Gambar Erotis]. Mungkin itulah kenapa
teknik persembunyian ku sudah mulai berkarat. Tapi aku tak mengira sama sekali
bahwa Artefak Suci ku akan ditemukan semudah itu. Aku bahkan benar-benar
berusaha untuk menyembunyikannya…… Apa ini mahkluk hidup mengerikan yang punya
nama sebutan “Maid”?
Aku bisa merasakan ada sesuatu yang
mulai runtuh di dalam hatiku, dan aliran darahku pun mulai pergi meninggalkan
otakku.
Perburuan penyihir telah dimulai.
Lilia berkata: [Apa itu?]
Aku berkata: [A-a-a-a-a-a—apa ya,
i-i-i-i-i-tuuu.]
Lilia berkata: [Ada baunya.]
Aku berkata: [Min—itu mungkin saja
atau mungkin saja bukan bau minyak wijen?]
Lilia berkata: [Punya siapa ini?]
Aku berkata: [………………Maaf, itu punya
Roxy.]
Lilia berkata: [Lebih baik dicuci
dulu.]
Aku berkata: [MANA BOLEH ITU DICUCI!!]
Lilia meletakkan Artefak Suci ku
kembali ke lokasi Penyimpanan Suci (tempat persembunyian).
Dan dia pergi meninggalkanku yang
sedang gemetaran, dan keluar dari ruangan.
Di malam harinya, aku sudah siap
untuk menghadapi rapat keluarga.
Namun tak ada apapun yang terjadi.
Tubuhku gemetaran sepanjang malam.
Namun di saat pagi tiba, ternyata tak ada yang terjadi sama sekali.
Lilia tak memberitahu siapapun.
Aku akan membalas kebaikan hatimu.
[Ibu, aku bisa mendapat dua adik
pada waktu yang sama, kenapa kok suasananya jadi seberat ini?]
Aku harus bersikap seperti seorang
anak kecil.
Lilia hamil. Itu bagus, anggota
keluarga akan bertambah makin banyak. Kenapa kamu marah?
Aku mencoba untuk mengutarakan
pendapatku dengan berdasarkan perasaan seperti itu.
[Itu karena dia dan ayahmu telah
melakukan sesuatu yang tidak diijinkan.]
Zenith menjawab dengan keluhan.
Kemarahan yang sangat dalam terdengar dari suaranya. Namun, kemarahan itu tak
ditujukan kepada Lilia. Zenith sendiri mengetahui itu.
Siapa yang paling salah?
[Oh begitu. Tapi bisakah Lilia
melawan ayah?]
[Apa?]
Yak, meskipun ini tak adil bagi
Paul, tapi dia lah yang telah menggali kuburannya sendiri. Tolong tanggung
semua kesalahanmu.
Maafkan aku, pelunasan tentang
masalahku dengan Sylphy harus ditunda.
[Aku tahu. Ayah mengetahui kelemahan
Lilia.]
[Eh? Apa itu benar!?]
Zenith sepertinya percaya dengan
kebohongan acak ku, dan balik melihat Lilia dengan terkejut.
Lilia masih tetap tak menunjukkan
ekspresi seperti biasa, tapi sepertinya dia menyadari makna dari sikapku, dan
alisnya pun terlihat sedikit bergerak. Memang benar kalau dia punya beberapa
kelemahan. Tapi dari kelihatannya sih, yang kelemahannya ketahuan itu
sebenarnya adalah Paul…
Biarin lah. Toh intinya sama saja.
[Sebelumnya, ketika aku pergi ke
toilet dan lewat di depan kamar Lilia, aku mendengar ayah berkata…… Kalau kamu
tak mau “itu” ketahuan, lebih baik kamu turuti aku dan rentangkan kakimu, kalau
tidak salah seperti itu.]
[APA!! Rudi, apa yang kamu ……]
[KAMU TUTUP MULUTMU!!]
Jeritan Zenith yang menusuk memotong
pertanyaan Paul begitu saja.
[Lilia, apa yang dikatakan Rudi
benar?]
[Umm, hal seperti itu……]
Lilia ingin mengatakan sesuatu,
namun pandangannya tampak ragu.
Dia sedang memikirkan sesuatu. Bisa
saja dia tengah memainkan “peran” seperti itu.
[Benar juga, tentunya kamu tak akan
mungkin membocorkan rahasiamu sendiri……]
Zenith sepertinya mendapatkan
pemahaman sendiri, yang ia dapatkan berdasarkan sikap yang ditunjukkan Lilia.
Paul hanya bisa ternganga dan melihat
situasi ini, dan matanya tampak berputar-putar kebingungan. Meskipun mulutnya
terbuka lebar, ia tak bisa mengucapkan sepatah katapun, dan ia menjadi seperti
ikan mas.
Bagus. Sekarang untuk serangan
terakhir.
[Ibu. Aku merasa Lilia itu tidak
salah.]
[Ya.]
[Yang salah itu ayah.]
[…… Ya.]
[Yang salah itu ayah, tapi yang
dihukum malah Lilia, ini terlalu aneh.]
[………… Ya.]
Reaksinya masih belum cukup……
sedikit lagi.
[Aku benar-benar senang karena aku
bisa menghabiskan waktu bersama Sylphy, jadi aku pikir saudaraku harus
mempunyai teman yang seumuran.]
[…… Ya.]
[Oh iya, ibu. Bagiku, mereka berdua
adalah saudaraku.]
[…………….. Aku mengerti. Huh, aku
benar-benar gak bisa menang kalau melawan Rudi.]
Zenith mengambil nafas dalam-dalam.
Kamu memberiku banyak masalah, bu.
[Lilia, kamu tetap tinggal di rumah ini. Kamu sudah menjadi bagian dari kami!! Aku tak akan mengijinkanmu pergi
meninggalkan kami sendirian!!]
Zenith telah mengeluarkan titahnya.
Paul membuka matanya lebar-lebar,
dan Lilia meneteskan air mata sambil menutupi bibirnya dengan tangannya.
Dengan demikian, kasus ini telah
selesai.
***
Persis seperti itu, semua kesalahan
telah dilimpahkan kepada Paul, dan situasi pun sudah menjadi agak lebih tenang.
Saat Zenith melotot ke arah Paul,
rasanya aku seperti sedang melihat tukang jagal yang bersiap untuk menyembelih
seekor babi.
Dalam situasi tertentu, hal seperti
itu mungkin bisa di anggap sebagai hadiah, namun nyaliku ciut ketika melihat
itu terjadi di depan mataku.
Zenith tetap menjaga ekspresi itu
ketika ia pergi memasuki kamarnya sendirian.
Lilia menangis. Dia masih
menunjukkan wajah yang tanpa ekspresi, tapi air mata terus mengalir dari kedua
matanya.
Paul merasa ragu soal apakah dirinya
harus memeluk pundak Lilia atau tidak.
Yah, aku serahkan saja masalah ini
sama si playboy itu.
Aku pergi mengejar Zenith ke kamar
tidur utama. Kalau insiden ini bisa menyebabkan perceraian di antara Zenith dan
Paul, itu juga akan jadi masalah.
Aku mengetuk pintu, dan Zenith
segera keluar.
[Ibu. Hal yang barusan aku katakan
itu bohong. Tolong jangan benci ayah.]
Aku mengucapkan itu tanpa basa basi.
Zenith tampak bengong untuk sesaat,
namun ia segera menunjukkan senyuman masam dan mengelus kepalaku.
[Aku mengerti. Aku sendiri tak
mengira kalau aku bakal menyukai pria seperti itu. Orang itu benar-benar bodoh
dan penuh nafsu, jadi aku sudah mempersiapkan diri semisal kejadian seperti ini
akan terjadi. Tapi semuanya benar-benar terlalu mendadak, dan aku pun terlalu
terkejut.]
[……… Apakah sampai sebegitunya ayah
menyukai wanita?]
Aku berpura-pura tak mengetahui
apapun dan bertanya.
[Ya. Belakangan ini dia sudah agak
baikan, namun di masa lalu dia sama sekali dengan akibat dari perbuatannya.
Bahkan ada kemungkinan kalau di luar sana Rudi punya kakak laki-laki atau
perempuan.]
Saat ia bicara, kekuatan dari
tangannya yang membelai kepalaku bertambah semakin kuat.
[Rudi gak boleh jadi orang dewasa
yang seperti itu ya?]
Zenith membelai kepalaku dengan
kuat, eh bukan, dia menyambar kepalaku dengan makin kuat…
[Kamu gak boleh memperlakukan Sylphy
seperti itu ya?]
[Ow, ouch, tentu saja bu, ouch~]
Aku merasa tindakanku mulai dari
sekarang telah diberi peringatan keras.
Tapi, sepertinya situasi akan
menjadi baik-baik saja sekarang. Apapun yang terjadi mulai dari sekarang, akan
bergantung pada usaha Paul.
Tapi, kepala keluarga kami yang satu
ini benar-benar nakal.
Tak ada kesempatan kedua bung.
Hari kedua.
Latihan berpedang kali ini sangat berat
dan ketat.
Aku sudah membantumu untuk menghibur
ibu, bisa nggak kamu nggak melampiaskan kemarahanmu kepadaku?
***
-- Sudut Pandang Lilia –
Aku akan berterus terang.
Kehamilanku ini adalah kesalahanku
sendiri. Itu karena aku sadar kalau aku sendirilah yang merayu Paul.
Ketika aku datang ke rumah ini, aku
sama sekali tidak merencanakan itu. Tapi, setelah mendengar nafas mereka yang
terengah-engah setiap malam, membersihkan kamar mereka yang penuh dengan aroma
olah raga malam mereka, tentunya keinginan seksual ku akan terakumulasi.
Pada awalnya, aku mampu mengatasinya
sendiri.(yep, fap fap)
Namun, saat aku melihat Paul
berlatih dengan pedangnya di halaman setiap harinya, bara nafsu yang tak bisa
dipadamkan yang ada di dalam tubuhku mulai tumbuh menjadi lebih besar.
Tiap kali aku melihat Paul berlatih,
aku selalu memikirkan pengalaman pertamaku.
Pada saat itu aku jauh lebih muda
dari sekarang, dan itu terjadi saat aku masih berlatih di dojo. Pasanganku waktu
itu tentu adalah Paul, dan sejujurnya, dia melakukan itu secara paksa di malam
hari. Meskipun aku tidak membencinya, tapi aku juga tidak menyukainya.
Pengalaman pertamaku tidak terlalu romantis, dan aku meneteskan air mata saat
itu terjadi.
Namun tepat setelahnya, muncul
menteri-menteri gendut kerajaan.
Setelah aku berpikir bahwa Paul
lebih baik daripada mereka, aku mulai tak terlalu memikirkan insiden di dojo
itu…
Saat aku mendengar Paul sedang
mencari pembantu, aku berencana untuk menggunakan insiden itu sebagai bahan
negosiasi.
Paul yang belum pernah aku lihat
sekalipun sejak saat itu, sekarang sudah menjadi jauh lebih gagah.
Pria yang kekanak-kanakan itu telah
menghilang, dan kini dia menjadi pria yang kuat dan tegas.
Di hadapan pria seperti itu, aku
benar-benar berhasil menahan diri selama 6 tahun.
Pada mulanya, Paul tak menggoda
diriku.
Kalau situasinya bertahan seperti
itu, mungkin nafsu ku akan berhasil kupendam.
Tapi berbagai pelecehan seksual yang
sesekali ia lakukan kembali menyalakan bara nafsu ku.
Meskipun aku bisa menahannya, tapi
aku sadar akan fakta bahwa aku sudah mencapai batas.
Kehamilan Zenith merusak batasan
itu.
Memanfaatkan nafsu seksual Paul
sebagai kesempatan untuk diriku sendiri, aku merayunya untuk masuk ke dalam
kamarku……
Jadi semuanya adalah salahku.
Kehamilan ini adalah hukuman bagiku. Hukuman karena aku telah kalah melawan
nafsuku, dan juga karena telah mengkhianati Zenith.
Tapi aku dimaafkan.
Aku dimaafkan oleh Rudeus.
Anak pintar itu mengerti dengan
akurat apa yang sebenarnya terjadi, mengarahkan aliran percakapan secara
akurat, dan bahkan memasang jebakan yang sempurna.
Ketenangan yang ia tunjukkan
membuatku merasa kalau dia sudah pernah menjumpai situasi seperti ini
sebelumnya.
Itu benar-benar mengerikan…… T,
tidak, aku tak boleh menganggapnya seperti ini lagi.
Aku selalu menganggap Rudeus adalah
anak yang menakutkan, dan menjauhinya di masa lalu.
Rudeus itu sangatlah pintar. Dia
pasti sudah sadar kalau aku dengan sengaja menghindarinya. Tapi, dia masih mau
menyelamatkanku. Meskipun aku tahu dia pasti merasa tidak nyaman.
Dengan mengesampingkan perasaannya,
ia memilih untuk menyelamatkan anak yang ada di dalam kandunganku.
Aku merasa malu karena telah
menganggapnya mengerikan dan menjauhinya.
Dia adalah penyelamatku. Seseorang
yang layak untuk aku hormati.
Aku akan melayani orang ini dengan
penuh hormat hingga ajal menjemputku. Tidak…… aku tak akan bisa membalas
kebaikannya sendirian, mengingat dulu aku pernah memandang rendah dirinya.
Oh, benar juga.
Kalau anak ku bisa tumbuh dengan
aman dan sehat.
Aku akan memberi tahu anakku untuk mengikuti
Rudeus.
Aku akan menyuruhnya untuk melayani
Tuan Rudeus.
***
-- Sudut Pandang Rudeus –
Tak ada hal spesial yang terjadi di
beberapa bulan berikutnya.
Perkembangan Sylphy bisa dilihat
dengan jelas. Dia bisa menggunakan voiceless incantation untuk sihir dengan
tingkatan sampai intermediate. Dia juga perlahan-lahan mampu mengontrol
sihirnya dengan halus.
Dibandingkan dengan itu, tingkatan
ilmu pedangku tak berubah banyak.
Meskipun memang benar kalau aku
mengalami peningkatan, aku masih tak bisa memberikan satupun luka di tubuh
Paul, jadi aku tak terlalu merasakannya.
Dan juga, sikap Lilia terhadapku
sepertinya membaik. Dia selalu waspada terhadapku di masa lalu. Yah, itu sudah
aku perkirakan, soalnya aku sudah whoosh-whoosh-whoosh, menggunakan sihir sejak
aku masih kecil.
Meskipun pada dasarnya dia tetap
menunjukkan wajah yang tak memiliki ekspresi, ucapan dan aksinya membuatku
berpikir kalau dia sangat menghormatiku. Meskipun aku menganggap bahwa rasa
hormat yang ia tunjukkan itu adalah hal yang bagus, tapi itu akan membuat Paul
kehilangan posisinya sebagai orang yang harusnya paling dihormati di dalam
keluarga, jadi aku harap dia akan menghentikan itu.
Bagaimanapun, setelah insiden itu,
Lilia mulai sedikit ngobrol denganku.
Kebanyakan topiknya ada hubungannya
dengan Paul.
Ternyata Lilia dan Paul belajar ilmu
pedang di dojo yang sama.
Pada waktu itu Paul sangatlah
berbakat, tapi dia tak suka latihan. Dan dia biasanya membolos latihan untuk
bermain di kota. Dan Lilia kehilangan keperawanannya akibat serangan mendadak
yang dilakukan Paul di malam hari ketika ia sedang tidur. Paul takut insiden
itu akan ketahuan dan pergi melarikan diri dari dojo.
Lilia menjelaskan peristiwa yang
terjadi itu secara datar.
Semakin aku mendengar Lilia
mendeskripsikan peristiwa itu, saham yang dimiliki Paul di dalam pikiranku
mulai anjlok.
Tukang perkosa plus tukang
selingkuh. Paul itu bajingan.
Tapi sifat yang dimiliki Paul
bukanlah seperti sifat yang dimiliki orang jahat. Dia itu bebas dan liar,
seperti anak-anak, tipe orang yang mampu memancing naluri keibuan seorang
wanita. Dia berusaha keras untuk menjadi seorang ayah yang baik. Tapi dia
sangat lemah dalam hal sabar, dan kerap segera melakukan apapun yang ada di
dalam benaknya tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Dia bukanlah orang yang
jahat.
[Ada apa, kenapa kok kamu menatapku
seperti itu? Apa kamu mau jadi sekeren ayahmu ini?]
Dia menanyaiku saat aku sedang
menatap dirinya yang sedang berlatih pedang.
Orang ini selalu membuat candaan.
[Pria yang hampir menyebabkan
keluarganya hancur karena selingkuh itu keren?]
[Uuugh……]
Paul menunjukkan ekspresi yang penuh
dengan penderitaan. Aku memperingatkan diriku sendiri agar berhati-hati ketika
aku meliaht ekspresi itu.
Meskipun aku adalah protagonis
bertipe donkan. Aku tak akan memiliki hubungan gelap, kecuali dengan gadis yang
memang memperebutkan aku. Aku adalah tipe orang yang akan berusaha untuk
menyebabkan hal seperti itu terjadi.
[Yah, anggap saja masalah ini
sebagai peringatan, tolong jangan main-main dengan wanita selain ibu.]
[K, kalau Lilia gak apa-apa kan?]
Walah, orang ini sepertinya masih
belum cukup menderita…
[Berikutnya mungkin ibu akan
langsung pulang kampung tanpa pamit terlebih dahulu……]
[Ugh……]
Dikelilingi oleh 2 wanita, apa orang
ini mau menciptakan ménage à trois? Punya istri dan pembantu cantik yang bisa dia garap
kapan saja, sambil mengajarkan ilmu pedang kepada anaknya di daerah terpencil,
dan hidup dengan bahagia sampai ajal menjemput.
Hey hey, itu bisa membuat orang-orang terlalu iri.
Bukannya itu salah satu ending terbaik?
Seperti dalam suatu novel ringan, main-main dengan
Louise dan Tabitha, tapi tetap tak mendapat masalah? (ref. zero no
tsukaima)
Haruskah aku berhenti menapaki jalur
donkan dan belajar darinya……?
Nggak, nggak. Tenangkan dirimu,
Rudeus. Ingatlah rapat keluarga itu, dan pandangan yang ditunjukkan Zenith di
saat-saat akhir.
Apa kamu mau dilihat dengan tatapan
seperti itu?
Satu istri sudah cukup.
[Kalau kamu cowok, kamu pasti
mengerti kan?]
Paul masih bersikeras soal itu. Aku
memang mengerti, tapi aku tidak setuju.
[Apa yang sebenarnya ingin kamu
ajarkan kepada anakmu yang masih berumur 6 tahun?]
[Halah, bukannya kamu terpesona sama
Sylphy? Anak itu pasti jadi gadis yang cantik di masa depan.]
Aku cuma bisa setuju kalau soal itu.
[Mungkin. Meskipun sekarang aku
pikir kalau dia itu sudah sangat manis.]
[Lihat, bukannya itu mudah untuk
dipahami?]
[Mungkin.]
Paul itu bajingan, tapi enak kalau
di ajak bicara.
Meskipun aku kelihatan seperti anak
kecil, tapi mentalku adalah seorang NEET berumur 40 tahun. Bajingan yang
sesungguhnya.
Memang hanya terbatas di dalam game,
tapi aku suka cewek-cewek, dan tentu saja aku suka harem. Rasa cintaku terhadap
mereka pun mungkin sama parahnya dengan Paul.
Perasaan ini mulai muncul setelah
aku curhat dengan Paul setelah aku melucuti pakaian Sylphy dengan paksa.
Setelah insiden itu, aku merasa
kalau Paul memiliki kemauan untuk mendekatiku dan berbicara tentang berbagai
hal secara terang-terangan. Karena aku menunjukkan sisi lemahku, dia tak lagi
memaksa dirinya untuk menjadi ayah yang tegas, dan itu artinya dia juga sudah
berkembang.
[Hehe……]
Aku tiba-tiba menyadari senyuman
lebar yang muncul di wajah Paul.
Dia tak melihat ke arahku, tapi yang
ada di belakangku. Ketika aku menoleh ke belakang, ada Sylphy berdiri di sana.
Dia sangat jarang datang ke rumah kami.
Ketika aku lihat baik-baik, dia
tampak seperti sedang sedikit gelisah dan wajahnya berwarna merah merona.
Dia pasti mendengar apa yang barusan
aku katakan.
[Hey, ulangi itu sekali lagi biar
dia bisa jelas dengarnya~]
Godaan Paul benar-benar klasik.
Aku tertawa melalui hidungku. Serius
deh, kamu itu gak mengerti.
Paul masih naïf dalam beberapa area.
Meskipun suatu ucapan itu datang
dari dalam hati, kamu akan jadi terbiasa kalau kamu mendengarnya terlalu banyak,
dan efeknya pun akan menjadi lebih lemah. Kamu harus membuat orang lain berpikir
kalau dirimu itu sangat tidak menyadari hal tersebut, tapi akan jadi lebih
efektif kalau kamu sesekali mengeluarkan apa yang ada di dalam hatimu.
Itu hanya bisa dilakukan sesekali. Kamu tak boleh melakukan itu untuk kedua kalinya dalam waktu dekat.
Jadi aku hanya tersenyum dan
melambai ke arah Sylphy.
Dan juga, Sylphy masih berumur 6
tahun. Masih 10 tahun terlalu awal untuk bicara tentang hal seperti ini.
Kalau aku terus-terusan memanjakan
dan memanggilnya manis, dia tak akan tumbuh menjadi wanita yang baik.
Kakak perempuanku adalah contoh yang
bagus.
[S-soal itu. Rudeus, juga…… keren?]
[Begitukah? Terima kasih Sylphy.]
Aku samar-samar tersenyum dan
menunjukkan gigi-gigiku yang (seharusnya) bersinar cerah.
Sylphy memang benar-benar ahli dalam
bersosialisasi. Aku nyaris kepikiran kalau yang dia katakan itu serius saat ia
menatapku penuh kagum. Pujian yang ku berikan kepada Sylphy memang benar datang
dari dalam hatiku, tapi itu sama sekali tidak mengandung rasa cinta yang
romantis.
Paling tidak untuk sekarang.
[Kalau begitu ayah, aku berangkat.]
[Jangan menjatuhkan Sylphy di
semak-semak!!]
Siapa coba yang bakal melakukan itu.
Aku itu tak sepertimu.
[Ibu!! Ayah nih -----]
[Wahh, berhenti, berhenti……!!]
Hari ini adalah hari yang tenang lainnya untuk keluarga kami.
***
Setelah beberapa waktu, Zenith
melahirkan.
Pada waktu itu prosesnya benar-benar
sulit. Karena yang keluar terlebih dahulu adalah kaki.
Lilia juga tak bisa bergerak, jadi
kami memanggil bidan dari desa untuk membantu. Tapi si bidan tua yang dipanggil
itu juga tak memiliki solusi.
Proses melahirkan Zenith memang
separah itu.
Dengan proses melahirkan selama itu,
baik si ibu dan anak jatuh ke dalam situasi yang berbahaya.
Lilia menggunakan semua pengetahuan
yang ia miliki dan bergerak kesana kemari. Aku juga berusaha sebisa mungkin,
dengan terus-terusan menggunakan healing magic untuk membantu.
Dengan usaha kami, proses melahirkan
itu berakhir sukses.
Si bayi lahir ke dunia ini tanpa memiliki
masalah, dan kini menangis dengan penuh energi.
Bayi itu cewek. Adik perempuan.
Beruntung dah dia bukan adik laki-laki.
Di saat kami merasa lega, Lilia juga
menunjukkan tanda-tanda seperti akan melahirkan.
Itu adalah momen dimana semua orang
sedang rileks dan kecapekan.
Kata ‘kelahiran prematur’
menari-nari di dalam benakku.
Namun kali ini, bidan yang kami
panggil berhasil. Dia menangani proses kelahiran Zenith dengan sangat buruk,
tapi sepertinya dia berpengalaman dalam kelahiran prematur.
Aku menjalankan perintah si bidan.
Setelah menendang bokong Paul yang ketakutan, aku menyuruhnya untuk menggendong
Lilia ke dalam kamarku. Sementara itu, aku menggunakan sihir untuk menciptakan
air panas, berusaha sebisa mungkin untuk mengumpulkan pakaian bersih, dan
kembali ke si bidan.
Sisanya aku serahkan kepada si bidan.
Saat anak itu lahir, Lilia memanggil
nama Paul dengan penuh sayang.
Paul yang berkeringat menggenggam
tangan Lilia dengan erat.
Anak yang barusan lahir itu sedikit
lebih kecil bila dibandingkan dengan anaknya Zenith, tapi anak ini juga
menangis dengan sehat.
Oh iya, yang satu ini juga cewek.
Dua-duanya perempuan. Dua-duanya
adik perempuan.
Keduanya cewek? ----- ucap Paul sembari tertawa konyol.
Wajah bodoh ayah. Ini adalah untuk
kedua kalinya aku melihat ekspresi itu.
Kalau dipikir-pikir, situasi Paul
benar-benar terlalu menyedihkan. Bagaimanapun, kubu perempuan di rumah kami
sudah tumbuh menjadi 2 kali lipat. Dalam skenario seperti ini, siapa yang
memiliki posisi paling rendah?
Palingan ya si ayah yang melakukan
perselingkuhan dengan si pembantu.
Tujuanku adalah untuk menjadi kakak
yang dihormati, tapi Paul pasti tak akan dihormati, mungkin.
Putrinya Zenith, Norn.
Putrinya Lilia, Aisha.
Itu adalah nama yang diberikan
kepada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar