[Web Novel 6] Alasan Untuk Menghormati
Translated by : Yakup
Sejak aku
datang ke dunia ini, aku belum pernah
sekalipun meninggalkan rumah.
Aku pun sadar akan fakta tersebut.
Aku
benar-benar takut.
Jika aku
keluar dari halaman dan melihat pemandangan yang ada di luar, ingatan masa laluku akan cepat bangkit.
Ingatan tentang hari itu. Perutku yang terasa sakit. Hujan dingin
yang terus menusuk kulit. Penyesalan. Keputus-asaan. Sakit karena ditabrak truk.
Semua ingatan itu akan
kembali padaku, seolah-olah itu semua baru
terjadi kemarin.
Kakiku
gemetaran.
Aku bisa
melihat keluar dari jendela rumah, atau berjalan ke halaman dengan kedua kakiku.
Tapi, aku
tidak dapat mengambil satu langkah lagi.
Karena aku
tahu.
Pemandangan
yang damai dan menenangkan ini, mungkin akan langsung berubah menjadi neraka. Tampaknya
pemandangan yang seperti itu tidak bisa menerimaku.
Di
kehidupanku yang lalu, aku punya delusi yang tak terhitung jumlahnya ketika
aku kesulitan tidur.
Bagaimana
jika tiba-tiba ada perang di Jepang.
Bagaimana jika ada bishoujo yang tiba-tiba mundul dan menjadi tetanggaku.
Jika itu
terjadi, aku pasti akan bisa berusaha
dengan giat.
Aku terus
menghayal untuk melarikan diri dari kenyataan.
Aku
memimpikan itu berkali-kali.
Di
mimpiku, aku bukanlah superman,
dan aku masih memiliki level yang sama
seperti kebanyakan orang.
Dan
seperti kebanyakan orang, aku bisa melakukan sesuatu yang
bisa orang-orang lakukan dalam batasan tertentu.
Aku bisa hidup mandiri.
Jika aku
melangkah keluar dari rumah
ini, aku mungkin akan terbangun
dari mimpi ini.
Dan ketika
aku bangun, aku akan kembali ke momen yang
membuatku putus asa itu.
Saat aku
tenggelam dalam
penyesalan......
Tidak, ini
bukan mimpi.
Bagaimana
bisa ada mimpi yang senyata ini.
Jika kau
mengatakan padaku kalau ini adalah
VRMMORPG, aku masih bisa menerimanya.
Ini adalah
kenyataan.
Aku terus
menyakinkan diriku.
Kenyataan ini bukanlah mimpi.
Tapi meskipun aku mengerti bahwa itu adalah kenyataan, aku tetap tidak bisa melangkah keluar.
Tidak
peduli seberapa besar usaha yang aku keluarkan.
Dengan mulutku sendiri, aku berjanji untuk menjalani
hidup dengan sungguh-sungguh.
Tapi
tubuhku tidak bisa bersaing dengan
ucapanku.
Aku
benar-benar ingin menangis.
***
Tes
kelulusan akan diadakan
di luar desa.
Ketika
Roxy mengatakan itu padaku, mulutku
mengeluarkan rintihan lemah.
[Diluar?]
[Ya,
diluar desa. Kudanya sudah disiapkan.]
[Tidak
bisakah tesnya dilakukan di rumah?]
[Tidak.]
[Tak bisa.......?]
Aku
benar-benar bingung.
Hatiku sebenarnya mengetahui itu. Bahwa aku harus mengambil satu langkah untuk keluar dari gerbang rumah.
Bagaimana
bisa aku jadi hikikomori di
dunia ini.
Tapi
tubuhku menolaknya. Tubuhku masih ingat dengan
jelas tentang kejadian di masa lalu.
Di hari naas di kehidupanku yang lalu, dimana
aku dipukuli oleh anak-anak nakal, seluruh tubuhku memar, dihina
oleh mereka, dan aku menerima
kerusakan mental yang
besar.
Pada hari
yang naas itu, dimana aku tidak punya pilihan
kecuali untuk mengunci diriku sendiri di dalam kamarku.
[Apa yang
salah?]
[Tidak.......
Itu...... diluar mungkin ada beberapa magical creature.]
[Di
wilayah ini,
kalau kau tak mendekati hutan,
kemungkinannya hampir mustahil untuk bertemu dengan magical creature. Dan juga, misalkan kita benar-benar bertemu dengan mereka, aku bisa mengatasinya sendiri, karena mereka itu lemah. Sebenarnya, bahkan Rudei pun bisa menangani mereka.]
Roxy
menunjukan ekspresi terkejut, ketika aku terus mengeluarkan berbagai alasan sampai sekarang .
[Ah, aku
pikir aku sudah dengar tentang ini sebelumnya. Rudei, apa kau tidak
pernah meninggalkan rumah?]
[Mmmm...
ya.]
[Apa kau takut itu? Takut kuda, maksudku.]
[A-aku tidak takut dengan kuda atau hal-hal semacam itu.]
Sebenarnya
aku lumayan menyukai kuda.
Aku juga
memainkan game "Derby
horse racing".
[Haha, aku jadi lega. Kau ternyata masih punya sesuatu yang cocok dengan umurmu.]
Roxy salah
paham.
Tapi aku
tidak bisa bilang kalau aku sebenarnya takut keluar rumah.
Itu adalah sesuatu yang jauh lebih memalukan daripada takut dengan kuda.
Aku masih
punya harga diri.
Meskipun harga diri itu hanya secuil.
Aku tidak
ingin dipandang rendah oleh gadis muda ini.
[Oh baiklah, mau bagaimana lagi. Sini.]
Melihat ketidakmauanku untuk bergerak, Roxy mendadak menggendongku ke atas
pundaknya.
[Apa!?]
[Kalau kamu duduk di atas kuda, nanti rasa takutmu akan
hilang kok.]
Aku tidak
melawan.
Hatiku juga merasa ragu, dan aku berniat untuk menyerahkan urusan ini kepada Roxy.
Roxy memindah tubuhku ke atas punggung kuda.
Kemudian
ia juga naik dan memegang tali kekang.
Kuda itu
bergerak maju.
Begitulah caraku meninggalkan rumah untuk pertama
kalinya.
***
Ini
pertama kalinya aku pergi keluar
halaman setelah datang ke dunia ini.
Roxy
perlahan-lahan melaju ke bagian dalam
desa.
Dari waktu
ke waktu, tampak penduduk desa dengan terang-terangan menatap ke arah kami.
Tidak
mungkin.
Tubuhku
menjadi tegang.
Aku masih merasa takut bila diriku dilihat oleh orang lain.
Terutama
tatapan yang menghina dan merendahkan diriku.
Tentunya mereka tidak akan mencari masalah mengucapkan kata-kata hinaan kepada kami.
Mereka tak akan melakukan itu.
Mereka tak mengenalku.
Di dunia
ini, hanya orang yang tinggal di rumah
kecil keluarga Greyrat lah yang
mengenalku.
Kenapa
kalian menatapku.
Berhenti
melihat-lihat, kembali bekerja sana...
.........
Tidak.
Bukan aku.
Mereka
menatap Roxy.
Beberapa
dari mereka menyapa Roxy.
Ah, benar juga.
Di desa ini Roxy sudah memiliki posisi tersendiri.
Meskipun
diskriminasi terhadap ras sihir lumayan berat di negeri ini.
Dan di
wilayah terpencil seperti desa ini,
perbedaan itu bahkan
lebih jelas terlihat.
Dalam
periode singkat selama 2 tahun, Roxy telah menjadi seorang figur dimana semua orang mau menyapanya.
Ketika aku memikirkan itu, punggung Roxy yang mungil tampak sangat bisa diandalkan.
Ia tahu
kemana ia harus pergi, dan ia pun juga saling mengenal dengan para penduduk.
Jika aku
menerima komentar yang tak di inginkan, ia pasti akan membelaku.
Haah, aku
tak mengira, gadis muda yang satu ini, yang
mengintip suatu peristiwa yang terjadi di kamar tidur tuannya pada malam hari, ternyata bisa sangat diandalkan.
Dengan demikian, ketegangan tubuhku mulai menghilang.
[Kalajav merasa bahagia. Ia merasa senang bahwa Rudei
mengendarainya.]
Kalajav
adalah nama kuda yang kami tunggangi.
Tentu
saja, aku tidak bisa membaca suasana hati kuda itu.
[Begitukah.]
Aku
menjawab secara acuh tak acuh sembari
bersandar ke belakang, dan bagian belakang
kepalaku menyentuh dada Roxy yang rata.
Betapa
nyamannya.
Sebenarnya apa yang aku takuti.
Ini adalah
desa yang sangat damai. Siapa yang akan menggangguku?
[Apa kau
masih takut?]
Ia
bertanya dan aku menggelengkan kepalaku.
Aku tidak
takut terhadap tatapan orang lain lagi.
[Tidak,
aku sudah baikan.]
[Benar kan, aku bilang apa.]
Hatiku
punya lebih banyak ruang untuk bernapas.
Pemandangan yang ada di sekeliling masuk
kedalam mataku.
Sawah-sawah
dan rumah-rumah, seperti
bintang di langit, terbentang hingga kejauhan.
Perasaan yang muncul ketika melihat sebuah
desa.
Aku bisa
melihat ada banyak orang dalam radius yang besar ini. Jika ada lebih banyak orang, mungkin saja desa ini akan berubah menjadi
kota kecil.
Kalau ada kincir angin di sini, orang-orang mungkin
bakal berpikir kalau tempat ini adalah Swiss.
Ah, ada
kincir air.
Setelah
bersantai, aku menjadi sadar dengan
keheningan yang ada. Aku tak pernah
mengalami keheningan semacam ini ketika aku sedang bersama dengan Roxy
sebelumnya.
Aku tidak
pernah mencoba untuk menempel sebegitu
dekat dengannya. Meskipun aku masih
bisa memaklumi itu, namun rasanya tetap saja membuatku malu.
Jadi aku
memutuskan untuk memulai percakapan.
[Sensei, sawah ini dipakai buat menumbuhkan apa?]
[Sawah-sawah disini utamanya menumbuhkan gandum Asura, Bahan
untuk roti. Ada juga sayuran hijau dan bunga Bardius dalam jumlah kecil. Bunga Bardius bisa disuling menjadi
rempah-rempah di ibukota. Sisanya adalah bahan-bahan untuk makan.]
[Ah, itu
cabe hijau. Sensei tidak bisa makan itu.]
[B-bukannya tidak bisa makan. Aku cuma tidak terbiasa.]
Aku terus menanyakan pertanyaan demi pertanyaan.
Hari ini,
Roxy bilang bahwa ini adalah tes terakhir.
Itu artinya, pekerjaan Roxy sebagai guru privat ku akan segera berakhir.
Roxy
adalah orang yang tidak sabaran. Karena hari ini adalah hari terakhir, ada kemungkinan kalau dia akan pergi meninggalkan
rumah kami keesokan harinya.
Hari ini adalah hari terakhir. Mari kita ngobrol sedikit lebih banyak.
Tapi aku
tidak bisa menemukan sesuatu yang menarik untuk dibicarakan, dan aku hanya bisa
terus menanyakan hal-hal yang
berhubungan tentang desa.
Menurut deskripsi Roxy, desa ini bernama Buina, dan termasuk dalam teritori Fedoa, yang terletak
di bagian utara kerajaan Asura.
Ada
sekitar 30 keluarga disini, dan kebanyakan
bekerja sebagai petani.
Ayahku, Paul, adalah seorang ksatria yang diutus untuk
pergi ke desa ini.
Tugasnya
adalah untuk mengawasi situasi para petani, dan juga
sebagai penengah ketika penduduk bertengkar, dan untuk melindungi penduduk dari magical
creature.
Semacam itulah pekerjaannya.
Dengan
kata lain, seorang pengawal yang diakui oleh kerajaan.
Meskipun begitu, pemuda di desa ini juga turut bergantian menjaga keamanan desa.
Jadi
ketika Paul menyelesaikan gilirannya di pagi hari, dia akan tinggal di rumah di siang hari.
Pada dasarnya, desa ini adalah desa yang damai, jadi
tak banyak yang bisa dilakukan.
Ketika
kita menyelesaikan topik-topik
itu, persawahan yang ada di sekitar kami perlahan-lahan mulai berkurang.
Aku tidak
punya sesuatu lagi untuk ditanyakan, dan keheningan pun terjadi selama beberapa
saat.
Satu jam telah berlalu.
Tidak ada
lagi sawah di sekeliling kami. Kami telah
tiba di area padang rumput yang belum tersentuh peradaban.
***
Tempat ini adalah padang rumput yang membentang sampai
cakrawala.
Eh bukan, di jarak
terjauh, tampak tanda-tanda pegunungan yang sangat kecil.
Setidaknya
pemandangan ini tidak bisa dilihat di
Jepang.
Melihat padang rumput ini membuatku merasa seperti
melihat sesuatu yang ada di buku-buku ilustrasi secara langsung. Kira-kira seperti padang rumput yang ada di Mongolia.
[Disini harusnya baik-baik saja.]
Roxy
mengarahkan kudanya ke satu pohon yang berdiri sendirian, dan
mengikat tali kekang kuda pada pohon tersebut.
Dan
kemudian, ia menurunkanku dari kuda.
Kami akhirnya saling bertatapan dengan satu sama lain.
[Aku akan
menggunakan sihir air tingkat
Saint, Cumulonimbus. Teknik ini
adalah sihir yang mampu menciptakan
hujan lebat dan sambaran petir.]
[Ya.]
[Coba tiru apa yang aku lakukan.]
Menggunakan
sihir air tingkat Saint.
Jadi ini yang menjadi konten dari tes kelulusan.
Roxy akan
menggunakan mantera terbesarnya.
Jadi bila aku mampu mempelajarinya, Roxy tidak akan memiliki ilmu lain untuk diajarkan kepadaku.
[Karena
aku hanya memberi contoh, aku hanya akan mempertahankan sihir ini selama semenit sebelum menghilangkannya, dan kemudian...... Kau
lulus jika kau bisa membuat hujan buatanmu
bertahan selama satu jam.]
[Apa
karena itu adalah teknik
rahasia, jadi Sensei hanya mau
menggunakannya di tempat yang tidak ada orangnya?]
[Tidak.
Aku khawatir orang-orang akan terluka dan
sayuran yang ditanam oleh petani menjadi rusak.]
Oh.
Jadi kekuatan hujan sihir ini setingkat dengan bencana
alam?
Itu menakjubkan.
[Aku
mulai.]
Roxy
mengangkat tangannya ke atas.
[Oh, roh air yang hebat, putra dari kaisar petir
yang ada di atas langit!! Penuhilah keinginanku,
turunkan hujan berkahmu, dan tunjukan aku kekuatanmu pada eksistensi yang kecil ini! Biarkan palu dewamu memukul landasan, dan demonstrasikan
kekuasaanmu, dan tenggelamkan bumi dengan air!! Ah, hujan!! Hancurkan dan sapu habis segalanya!!
『Cumulonimbus!!』]
Ia membaca
setiap kata seperti nyanyian.
Panjangnya
lebih dari satu menit.
Langit langsung berubah menjadi gelap di saat rapalan
mantera itu berakhir.
Beberapa
detik kemudian -------- Hujan deras turun dari langit.
Angin
kencang bertiup di sekitar kami, dan ada sambaran petir muncul di tengah-tengah awan gelap.
Diantara bunyi hujan yang kedengarannya seperti
air terjun, rentetan petir
berwarna ungu merambat di awan-awan, dan menyebabkan bunyi dentuman yang keras.
Listrik
diantara awan-awan itu
perlahan menjadi lebih kuat.
Petir itu terus tumbuh menjadi lebih besar, dan membuat
cahaya yang dipancarkan menjadi lebih kuat.
------- Petir itu menyambar tanah.
Krash!!
Dan petir itu menyambar sebuah pohon.
Gendang
telingaku berdengung, dan mataku berputar-putar.
Aku hampir
pingsan.
[Ah!!]
Itu adalah suara yang dikeluarkan Roxy ketika ia
membuat kesalahan.
Awan di langit menghilang dalam sekejap.
Petir dan
hujan berhenti.
[Uwawa..........]
Wajah Roxy
berubah hijau saat ia berlari menuju pohon.
Aku
memandang ke arah yang ia tuju.
Kuda yang kami bawa telah roboh dengan asap keluar dari seluruh tubuhnya.
Roxy
menaruh tangannya ke atas kuda,
dan mulai membaca mantera.
[Oh dewa
yang bermurah hati, tolong sembuhkan luka yang satu ini, dan biarkan dirinya pulih dengan tubuh sehat, 『EXHealing』.]
Roxy
menggunakan healing magic tingkat intermediate dengan panik, dan
setelah beberapa saat, kuda itu
bangkit.
Sepertinya
kuda itu tidak mati.
Healing magic tingkat intermediate tidak bisa membangkitkan
mereka yang sudah mati.
Kuda itu
menunjukan ekspresi ketakutan, dan keringat dingin mengucur deras di dahi Roxy.
[Phew,
phew........ Itu berbahaya.]
Kuda ini adalah satu-satunya kuda yang dimiliki oleh keluarga kami.
Paul
merawatnya setiap hari, dan kadang-kadang akan mengendarainya untuk berpergian jauh dengan tersenyum…
Meskipun kuda itu bukan dari keturunan yang terkenal,
tapi kuda itu adalah kawan lama Paul.
Bahkan bisa dibilang kecintaan Paul
terhadap si kuda hanya setingkat lebih rendah dari kecintaannya terhadap
Zenith. Sebegitu pentingnya lah kuda itu bagi Paul.
Tentu
saja, Roxy yang telah tinggal dengan kami selama 2
tahun, mengetahui itu.
Aku juga
tahu, bahwa Roxy pernah menyaksikan
Paul seperti sedang kesurupan sambil bergelantungan pada punggung kuda, dan menjadi terkejut olehnya.
[Kumohon, jaga rahasia ini?]
Roxy
mengatakan itu dengan suara
seperti hendak menangis.
Ia sedikit
ceroboh.
Tapi ia
bekerja keras. Aku juga mengetahui bahwa ia begadang sampai malam untuk
menyiapkan bahan untuk
mengajariku di keesokan harinya.
Aku juga
tahu bahwa ia tidak ingin di pandang rendah karena usia mudanya, dan selalu
mencoba untuk tampil dengan penuh wibawa.
Aku
benar-benar suka penampilan itu.
Kalau saja perbedaan usia kami tidak terlalu besar,
aku ingin menikah dengannya.
[Jangan
khawatir, aku tak akan memberitahu
ayah.]
[Uuuu........
Terima kasih.]
Kalau saja kita bertemu dalam usia yang sama.
[Uuu........]
Meskipun
Roxy dalam keadaan setengah menangis, ia dengan cepat menggelengkan kepalanya, menampar pipinya sendiri, dan
menatapku dengan ekspresi serius.
[Kalau begitu, maju dan cobalah. Aku akan menjaga
Kalajav.]
Saat ini kuda itu masih menunjukan ekspresi takut
dan siap untuk lari kapanpun, tapi Roxy memegang erat tali kekangnya dengan seluruh tenaga yang ada di tubuh mungilnya.
Meskipun
aku merasa bahwa Roxy tak akan bisa menahan si kuda bila
ia benar-benar ingin lari, tetapi kuda
itu perlahan menjadi tenang. Roxy mempertahankan
posisinya dan mulai merapal sesuatu.
Dan kemudian
mereka berdua di tutupi oleh
dinding yang terbuat dari tanah.
Benteng yang terbuat dari tanah telah selesai dengan cepat.
Itu adalah sihir tanah tingkat advanced, Earth Fortress.
Dengan begitu, mereka akan tetap baik-baik saja sekalipun
terkena sambaran petir.
Oke, waktunya untuk mulai.
Tunggu sebentar, kalau tak salah manteranya adalah.......
[Oh, roh air yang hebat, putra dari kaisar petir
yang ada di atas langit!! Penuhilah keinginanku,
turunkan hujan berkahmu, dan tunjukan aku kekuatanmu pada eksistensi yang kecil ini! Biarkan palu dewamu memukul landasan, dan demonstrasikan
kekuasaanmu, dan tenggelamkan bumi dengan air!! Ah, hujan!! Hancurkan dan sapu habis segalanya!!
『Cumulonimbus!!』]
Aku
mengatakan itu semua dalam satu kali napas.
Awan-awan
mulai berkumpul.
Pada waktu
yang sama, aku memahami
『Cumulonimbus』.
Menciptakan awan di suatu tempat di tengah
stratosfer, dan juga membuatnya
bergerak secara rumit untuk membentuk badai awan. Mungkin sesuatu seperti itu lah.
Jika mana tidak di tuangkan dalam formasi tersebut, awan di atas akan
berhenti dan menghilang.
(Lupakan tentang mana,
mengangkat tangan selama 1 jam itu terlalu
melelahkan...)
Eh, tunggu dulu.
Seorang
penyihir memerlukan jiwa yang kreatif
dan suka meneliti.
Apa memang aku harus mempertahankan postur tubuhku
seperti mengumpulkan bola energi(dragon ball, jurusnya goku) selama
satu jam penuh
Itu benar,
ini adalah ujian.
Ini bukan
tentang mempertahankan posisi yang sama, tapi tentang menggunakan melded magic setelah
membuat awan untuk menyokong mereka.
Hal itu nyaris luput dalam pikiranku. Hal-hal yang telah aku pelajari harus aku gunakan.
[Coba aku pikir. Aku pernah melihat ini sebelumnya di tv.
Proses terbentuknya awan -------]
Masih ada
beberapa awan yang diciptakan Roxy sebelumnya.
Yang aku lihat di tv adalah sesuatu
tentang bagaimana uap air membumbung keatas. Untuk
membuat aliran udara naik secara pasti, aku
harus membuat bagian bawah aliran udara
itu
menjadi hangat, kira-kira seperti
itu.
Dan aku harus bisa memastikan kalau bagian atas aliran udara
bisa dengan cepat didinginkan...
Saat aku
mencoba untuk melakukan itu, ternyata setengah
dari total mana yang aku miliki
berkurang.
Tapi kalau aku melakukannya dengan cara seperti ini,
maka sihir ku akan bisa bertahan selama lebih dari satu jam.
Saat aku
melihat badai hujan itu, aku
memasuki benteng yang dibuat oleh Roxy dengan puas.
Roxy duduk
di sudut benteng yang gelap,
tangannya tetap memegangi tali kekang kuda.
Ia
melihatku dan mengangguk.
[Benteng
ini akan menghilang setelah satu jam, kau bisa menghentikan sihirmu sebelum waktunya tiba.]
[Oke.]
[Jangan
khawatir. Kalajav baik-baik saja.]
[Oke.]
[Jangan
terus bilang oke. Kau perlu mengendalikan awan-awan diluar dengan serius selama
satu jam.]
Hm?
[Apa aku
perlu mengendalikannya?]
[Hm? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?]
[Tapi apa
perlu untuk aku mengendalikannya?]
[Tentu
saja, sihir air tingkat Saint itu sama
seperti sihir yang lain.
Jika kau tidak mempertahankannya dengan
mana, angin akan meniupnya ke tempat lain.]
[Tapi aku
sudah mengaturnya agar sihirku tak bisa tertiup angin.....?]
[Huh?
Apa......!?]
Roxy
tampaknya menyadari sesuatu, dan ia berlari keluar benteng.
Benteng yang ia buat dengan segera runtuh.
Hei hei, bukannya kau harus terus mengendalikan benteng itu?
Kalajav bakal terkubur hidup-hidup.
[Arara.]
Aku dengan cepat mengambil alih dan pergi keluar
benteng.
Roxy
menatap langit dengan tatapan kosong.
[....... Jadi begitu, putaran tornado akan membawa awan
naik....!!]
Langit
terisi dengan awan yang terus membesar
yang aku ciptakan.
Aku pikir
aku menyelesaikan tugas ini dengan sangat
baik.
Aku pernah melihat pertunjukan entah apa itu di masa lalu, yang menggunakan sains untuk menjelaskan proses yang ada di balik terciptanya tornado
besar.
Meskipun
aku tidak benar-benar mengingat isinya.
Aku hanya
mencobanya dengan bergantung pada naluri yang
kumiliki, dan pada akhirnya sepertinya aku telah
berhasil melakukannya dengan sangat baik.
[Rudei.
Kau lulus.]
[Eh? Tapi
ini belum satu jam?]
[Tidak
perlu menunggu. Sudah cukup kalau kau bisa melakukannya seperti ini. Tapi
bisakah kau membuatnya menghilang?]
[Ah, ya.
Walaupun aku perlu sedikit waktu.]
Aku
menurunkan temperatur di bagian
bawah dimana badai berada, sambil menaikan
temperatur pada bagian atas.
Kemudian menciptakan aliran udara yang mengarah ke tanah, sebelum akhirnya
menggunakan sihir angin untuk meniup awan pergi dengan paksa.
Roxy dan aku basah kuyup ketika aku menyelesaikan
proses itu.
[Selamat.
Kau sekarang adalah penyihir tingkat
Water Saint.]
Bishoujo yang ada didepanku yang ujung rambutnya meneteskan air, mengucapkan kalimat itu padaku
dengan senyuman jarang terlihat.
Aku yang
tidak pernah mencapai apapun dalam
hidupku, akhirnya berhasil meraih
prestasi.
Perasaan yang aneh tampak menyebar keluar dari
perutku.
Aku tahu
perasaan ini.
Itu adalah kepuasan.
Aku
akhirnya merasakannya dalam momen ini, bahwa ini adalah [Langkah Pertama] ku setelah datang ke dunia ini.
***
Di hari berikutnya, Roxy, yang tak banyak berubah selama 2 tahun tinggal
bersama kami, mengemas barang-barannya dan berdiri di depan gerbang rumah.
Orang
tuaku juga tidak berubah terlalu banyak sejak Roxy datang kemari.
Hanya aku satu-satunya yang bertambah tinggi.
[Roxy, tak
apa-apa kok kalau kau ingin terus tinggal di rumah kami. Ada
banyak masakan yang masih belum aku
masakkan untukmu......]
[Benar.
Bahkan jika pekerjaanmu sebagai guru privat selesai, kau telah melakukan banyak
hal untuk kami selama kau tinggal disini. Penduduk desa pasti akan menyambutmu dengan senang hati.]
Orang
tuaku mencoba untuk membuat Roxy bertahan
di sini.
Entah sejak kapan, namun hubungan Roxy dan orang tuaku
menjadi dekat.
Yah, Roxy selalu memiliki waktu luang dari siang sampai malam. Kalau dia
melakukan sesuatu setiap harinya, seharusnya ia akan mendapat banyak hubungan
dengan orang lain.
Hal yang
berbeda dari seorang protagonis dalam sebuah game, yang harus melakukan banyak hal agar status mereka berubah.
[Tidak.
Aku berterima kasih atas ajakan kalian, tapi situasi ini membuatku
menyadari kelemahanku. Aku akan berkeliling dunia dan mengasah kemampuan
sihirku.]
Ia sepertinya menerima shok ketika aku berhasil mengejar tingkatannya dalam waktu singkat.
Ia pernah bercerita padaku sebelumnya, bagaimana ia membenci murid yang mampu melampaui gurunya.
[Oh begitu. Yah, mau bagaimana lagi. Aku minta maaf,
tampaknya anak kami telah membuatmu kehilangan kepercayaan diri.]
Paul, apa-apaan sih yang kau katakan.
[Tidak,
peristiwa ini telah membuatku belajar agar tidak terlalu menyombongkan diri. Sebenarnya
aku sangat berterima kasih karenanya.]
[Kau bisa merasa bangga karena dirimu mampu menggunakan
sihir air tingkat Saint.]
[Aku
mengerti bahwa
sekalipun kau tidak bergantung pada ajaran orang lain, jika kau menerapkan kreatifitas pada sihirmu, kau akan bisa menciptakan sihir
yang bahkan lebih kuat.]
Roxy
tersenyum pahit sambil mengelus kepalaku.
[Rudei. Meskipun aku berusaha
sekeras mungkin, saat ini aku tidak
bisa mengajarimu lebih banyak lagi dengan pengetahuan yang aku miliki sekarang.]
[Ini tidak
benar. Sensei memberiku banyak hal.]
[Aku merasa puas mendengarmu mengatakan itu..... Oh iya.]
Roxy merogoh-rogoh mantelnya dengan tangannya, dan
mengeluarkan sesuatu yang diikat dengan
pita.
[Selamat atas kelulusanmu. Karena aku tidak punya banyak waktu untuk
mempersiapkan hadiah, meskipun
tidak terlalu bagus, tapi tolong terima ini.]
[Ini.......?]
[Amulet perlindungan Migurd. Kalau kau bertemu dengan ras demon yang tak bersahabat, kau bisa menunjukkan amulet ini dengan
menyebutkan namaku, dan kau mungkin akan bisa
berkomunikasi dengan lebih baik........ Mungkin.]
[Aku akan
merawatnya dengan hati-hati.]
[Itu hanya
kemungkinan lho. Jangan
terlalu mempercayainya.]
Roxy tersenyum di saat terakhir dan berangkat pergi
meninggalkan kami.
Aku tidak
tahu sejak kapan air mataku mulai mengalir.
Ia
benar-benar memberiku banyak hal.
Pengetahuan,
pengalaman, teknik...........
Kalau aku tidak bertemu dengannya, aku mungkin masih akan belajar dengan cara yang tak
efisien, dan hanya bergantung pada buku panduan sihir.
Dan yang terpenting, ia mengajakku keluar.
Ke dunia
luar.
Hanya itu.
Roxy telah
membawaku keluar.
Peristiwa
ini memiliki arti yang sangat penting.
Roxy hanya
tinggal di desa ini selama 2 tahun.
Roxy, yang tidak terlalu ahli dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Sebagai seseorang yang datang dari ras sihir, para penduduk
desa tidak mungkin memperlakukan Roxy dengan baik.
Yang membawaku keluar rumah bukanlah Paul atau Zenith, melainnkan Roxy. Itu benar-benar berarti bagiku.
Dia hanya membawaku keluar dari desa.
Namun melangkah keluar dari gerbang rumah saja adalah
bayangan yang terukir dalam-dalam di benakku.
Dan Roxy berhasil menyembuhkannya.
Hanya dengan menunggangi kuda melewati desa.
Hatiku
telah dibebaskan dari
kegelapan.
Ia tidak
punya maksud untuk membuatku menjadi orang yang lebih baik.
Tapi tidak
dapat disangkal bahwa ia lah yang
menghilangkan bayangan kelam yang ada di dalam hatiku.
Aku kembali melangkah keluar gerbang rumah kemarin
ketika hujan turun.
Hanya ada
tanah.
Tanah
biasa.
Aku tidak
gemetar.
Aku
akhirnya bisa berjalan keluar.
Ia
melakukan sesuatu yang tidak pernah
dilakukan orang lain sebelumnya.
Bahkan orang tuaku atau saudaraku tak pernah melakukan itu di kehidupanku yang dulu.
Roxy melakukannya.
Mengemban tanggung jawab untuk memberiku keberanian
tanpa memarahiku.
Ia tidak
melakukan itu secara sadar.
Aku
mengerti itu.
Ia
melakukannya untuk dirinya sendiri.
Aku tahu
itu.
Tapi, aku tetap menghormatinya.
Aku
menghormati gadis kecil itu.
Aku
berjanji di dalam hatiku untuk memberinya penghormatan sampai figurnya menghilang di kejauhan.
Tanganku
memegang staff dan amulet yang diberikan oleh Roxy kepadaku.
Dan juga berbagai pengetahuan yang telah ia ajarkan
kepadaku.
Aku
tiba-tiba ingat.
Celana
dalam yang belum dicuci dan aku curi dari
Roxy masih ada di dalam kamarku.
Aku minta
maaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar