[Web Novel 4] Guru Privat
Translated by : Yakup
Usiaku sekarang 3 tahun.
Baru-baru ini, aku akhirnya tahu nama orang tuaku.
Nama Ayah
adalah Paul Greyrat. Nama Ibu
adalah Zenith Greyrat.
Namaku
adalah Rudeus Greyrat.
Anak
tertua dalam keluarga Greyrat.
Meskipun
aku dinamai Rudeus, orang tuaku selalu menggunakan nama pertama, dan bahkan
menyingkat namaku menjadi Rudi,
jadi aku baru
mengetahui nama panjangku setelah waktu yang lama.
[Ara ara,
Rudei benar-benar menyukai buku.]
Zenith selalu tertawa sambil mengatakan itu, karena aku sering berjalan-jalan sambil membawa buku.
Mereka
tidak mengkritikku,
ataupun mengambil buku yang kubawa.
Bahkan saat makan, tanganku juga masih menenteng buku. Hanya saja, aku tidak membaca buku
sihir di hadapan keluargaku.
Bukan karena apa-apa. Hanya saja, aku tidak tahu seperti apa
sihir diperlakukan di dunia ini.
Di duniaku
dahulu, pernah ada pembunuhan massal orang-orang
yang diduga penyihir di sekitar abad 14 sampai 16 masehi.
Orang-orang menganggap mereka sebagai makhluk yang tidak normal, dan membakar
mereka.
Meskipun
ada penggunaan buku sihir di dunia ini, jadi sihir mungkin tidak dianggap sebagai sesuatu yang tidak normal, tapi mungkin saja masih banyak orang yang tak mau mengakui ilmu
sihir.
Mungkin
sihir hanya bisa digunakan ketika orang sudah dewasa.
Karena
kamu mungkin pingsan jika
menggunakannya secara berlebihan.
Itu bisa saja dianggap sebagai kerusakan pada pertumbuhan.
Jadi, aku
memutuskan untuk merahasiakan latihan
sihirku dari keluargaku.
Tapi, aku mungkin ketahuan
bila aku menembakan sihir keluar jendela.
Tidak ada
pilihan lain, aku ingin mencoba seberapa cepat aku bisa menembakkan sihir.
Si pembantu (kalau gak salah namanya Lilia) kadang-kadang memandangku dengan ekspresi berbahaya di matanya, tapi karena orang tuaku masih bersikap santai, aku
merasa semuanya masih baik-baik saja.
Bakat akan
tumpul jika tidak dilatih selama periode pertumbuhan.
Aku harus terus berlatih pada masa-masa ini.
***
Meski begitu, latian rahasiaku terhenti.
Di suatu siang.
Kapasitas mana ku telah
tumbuh cukup banyak, dan aku mulai
mencoba sihir intermediate, dengan niat untuk mencoba mengeluarkan Water Cannon(meriam air)
menggunakan voiceless incantation.
Ukuran: 1,
Kecepatan: 0
Aku hanya
ingin melakukan ini seperti
sebelumnya,
yaitu menembakan sihirku kedalam gentong untuk
mengisinya dengan air.
Aku pikir, paling-paling yang akan terjadi hanyalah
air akan meluap dari gentong.
Tapi
secara tak terduga, apa yang keluar adalah pilar air besar, yang menciptakan lubang besar di dinding rumah.
Aku tidak bisa memikirkan apapun untuk sesaat karena syok yang
aku terima.
Sebuah
lubang di dinding, bila melihatnya, keluargaku pasti akan mengetahui rahasia kalau
aku bisa menggunakan sihir.
Aku tak bisa melakukan apapun untuk menghindari itu.
Dengan segera, aku pasrah.
[Apa yang
terjadi!! Whoa......]
Pertama-tama, Paul bergegas masuk ke ruangan tempatku berlatih.
Dan
kemudian, ia memandang
dinding dengan mulut menganga.
[Ini, hey,
apa yang...... Rudi, apa kau baik-baik saja.......?]
Ya, Paul memang pria baik
seperti itu.
Tidak
peduli bagaimanapun kau
melihatnya, sudah jelas lubang ini
disebabkan olehku, tapi dia hanya mementingkan keselamatan diriku.
Bahkan
sekarang dia bergumam
[Monster.....? Tapi di daerah ini....] dan
hal seperti itu, sambil mengamati
daerah sekeliling dengan penuh waspada.
[Ara
ara......]
Dan tak lama kemudian Zenith juga memasuki ruangan.
Dia jauh lebih tenang bila dibandingkan dengan ayah.
Setelah melihat dinding yang rusak dan genangan air di lantai.
[Eh...........?]
Pandangannya berhenti pada halaman buku panduan
sihir yang sedang aku buka.
Setelah
menatapku dan buku panduan sihir, ia berdiri di hadapanku, dan menatap kedua mataku
dengan lemah lembut.
Menyeramkan.
Tidak ada
senyuman di matanya.
Aku terus
memfokuskan pandanganku pada
Janis.
Aku
mempelajari sesuatu ketika aku masih menjadi NEET. Saat kau membuat kesalahan, sikap
keras kepala hanya akan membuat situasi menjadi
lebih buruk.
Oleh
karena itu, aku tak boleh menghindari
pandangan Zenith.
Pada detik
ini, sikap jujur diperlukan.
Jangan
hindari pandangan orang, tatap mereka secara langsung. Cukup dengan melakukan
itu, kamu akan tampak jujur.
Tak peduli apa yang sebenarnya ada di pikiranmu.
Setidaknya, kau kelihatan jujur.
[Rudei,
apa kau membaca dan mengikuti buku panduan sihir
ini?]
[Aku minta
maaf.]
Ketika
sesuatu yang salah telah kau lakukan, meminta maaf secara langsung akan memberikan hasil
yang lebih baik.
Bagaiamanapun, tak ada orang lain kecuali aku yang bisa
melakukan ini.
Berbohong
dan langsung ketahuan, hanya
akan membuat kepercayaan mereka terhadapku menurun.
Dimasa
lalu aku berbohong secara bebas, dan pada akhirnya
aku kehilangan banyak kepercayaan.
Aku tidak
akan membuat kesalahan yang sama lagi.
[Oi, itu
tingkat intermediate......]
[Kyaa! Apa
kau dengar itu sayang!! Berarti anak kita memang benar jenius!!]
Kecurigaan
Paul ditutupi oleh teriakan Zenith.
Ia meraih
kedua tangan Paul, dan melompat-lompat dengan senang.
Betapa
enerjiknya.
Apa
permintaan maafku diabaikan?
[Itu tidak
benar, sayang, kita belum mengajarkan dia cara membaca....]
[Cepat, pergi cari guru privat sekarang juga!! Anak ini akan menjadi penyihir yang luar biasa di masa depan!!]
Paul masih
bermasalah dengan itu, sementara Zenith sudah senang bukan kepalang.
Sepertinya
Zenith sangat bersemangat ketika mengetahui bahwa aku bisa menggunakan sihir.
Kelihatannya aku berpikir berlebihan mengenai
fakta bahwa anak-anak tidak seharusnya menggunakan sihir.
Lilia
tidak menunjukan sedikitpun tanda-tanda
keterkejutan, dan hanya membersihkan
ruangan tanpa banyak kata.
Aku khawatir pembantu ini sebenarnya sudah tahu kalau aku bisa menggunakan sihir, atau ia sudah merasakan kalau entah bagaimana caranya aku bisa
melakukannya.
Mungkin ia
tidak menganggap insiden ini adalah hal yang buruk, jadi ia tidak terlalu memikirkannya.
Atau mungkin, ia diam hanya karena melihat ekspresi bahagia yang ditunjukkan orang tuaku.
[Sayang,
pergilah ke Roa dan buatlah brosur
penawaran kerja!! Bakat harus dikembangkan dengan benar!!]
Zenith dengan senang meneriakkan kata jenius, atau bakat, atau sesuatu seperti
itu lah.
Mendadak, bisa menggunakan sihir
dianggap sebuah bakat?
Apa ini
pendapat bias orang tuaku?
Atau fakta bahwa menggunakan sihir intermediate dianggap luar biasa? Aku tak bisa menyimpulkan
dengan jelas.
Nah, mungkin itu memang pendapat bias orang tuaku.
Aku tidak
pernah menggunakan sihir didepan Zenith.
Tapi ia
mengatakan [[memang benar]] – jadi ia sudah berpikir kalau aku adalah anak yang jenius.
Tidak ada
bukti......
Ah, bukan.
Aku
tiba-tiba ingat.
Karena aku
selalu suka sendirian.
Ketika aku
sedang membaca, aku kadang-kadang akan membaca atau mengulangi kata-kata yang aku sukai.
Ketika aku
baru datang ke dunia ini, terkadang aku akan bergumam sendiri sambil
membaca.
Pada
awalnya aku menggunakan bahasa
Jepang, tapi ketika aku sudah bisa
bicara, aku secara tidak sadar menggunakan bahasa dunia ini.
Dan
kemudian, ketika aku menggumam sendiri, Zenith akan mengatakan padaku [Rudei, itu adalah.....] dan mengatakan
padaku arti dari kosakata tersebut.
(*TL note : kemungkinan besar Rudeus ngucapin
kata-kata jorok, seperti p*ssy, d*ck, dll, dalam bahasa barunya)
Karena Zenith lah aku bisa mengingat cukup banyak nama-nama sesuatu di dunia ini - yah, itu,
gak usah dipikirin.
Meskipun
aku bilang biasa saja, tapi aku bisa mempelajari sendiri tulisan dan bahasa dunia ini.
Orang
tuaku bahkan tidak mengajarkanku cara berbicara.
Dari sudut
pandang orang tuaku [[Anak kita bisa membaca kalimat yang tidak pernah
diajarkan padanya, dan bahkan bisa membaca
buku]] dan menganggapnya seperti
itu.
Anak seperti itu sudah pasti merupakan seorang anak yang jenius.
Jika itu
anakku, aku juga akan berpikir bahwa dia itu jenius.
Di masa lalu, aku berpikiran
seperti itu ketika adikku lahir.
Dia tumbuh dengan cepat, mampu melakukan berbagai hal lebih
cepat dari aku dan kakakku.
Berbicara,
berjalan dengan kakinya
sendiri.
Orang
tuaku juga optimis.
Setiap kali anak mereka melakukan
sesuatu, mereka akan mengatakan [Anak itu mungkin saja jenius], meskipun yang dilakukan bukanlah hal yang terlalu
berarti.
Yah,
meskipun aku pecundang NEET yang tak lulus SMA, usia
mentalitasku sudah lebih dari 30 tahun.
Jika aku
tidak mempunyai itu, bagaimana caranya aku bisa menjalani hidup?
Itu 10
kali banyak dari anak berusia 3 tahun!!
[Sayang, cepat!! Kita pasti bisa menemukan guru sihir yang
cocok di kota Roa!!]
Dan untuk
mengajari anak yang
berbakat dengan benar, tidak peduli orang
tua manapun, mereka akan mempunyai pikiran yang sama.
Orang
tuaku di kehidupanku yang dulu memuji
bakat adikku, dan membiarkan dia mempelajari berbagai hal.
Jadi Zenith menyarankan untuk mempekerjakan seorang
penyihir untuk menjadi guru privatku.
Tapi Paul
keberatan.
[Tunggu,
bukankah keputusannya
kalau anak kita seorang
laki-laki, kita akan membiarkan dia menjadi swordsman(pendekar pedang)?]
Kalau anak cowok, dia akan mempelajari ilmu pedang.
Kalau cewek, dia akan mempelajari ilmu sihir.
Tampaknya
itu telah diputuskan sebelum aku lahir.
[Tapi, dia
bisa mengaktifkan sihir tingkat menengah pada usia segini!! Jika dia berlatih mulai dari sekarang, dia akan menjadi seorang penyihir luar biasa!!]
[Tapi
janji adalah janji!!]
[Janji
apa!! Kau selalu melanggar janjimu!!]
[Hal itu
tidak ada hubungannya dengan masalah ini, kan!!]
Tepat disini, di hadapanku, pasangan itu mulai
bertikai.
Lilia
masih membersihkan ruangan dengan tenang.
[Biarkan
dia mempelajari sihir di pagi hari, kemudian ilmu pedang di siang hari.
Bisa kan?]
Setelah
pertikaian Paul dan Zenith berlanjut untuk beberapa saat, dan Lilia telah selesai bersih-bersih, ia menghela napas dan memberi saran itu. Pertikaian pun berakhir.
Yah, kedua orang tua baka(bodoh) itu tidak
mempertimbangkan apa yang diinginkan
oleh anak mereka, dan memaksaku mempelajari
hal yang mereka inginkan begitu saja.
Oh terserah dah. Karena aku memutuskan untuk menjalani
hidup dengan sikap serius, aku menganggap
ini adalah hal yang baik.
***
Untuk alasan diatas, keluarga kami memutuskan untuk mempekerjakan guru privat.
Tampaknya
bahwa pendapatan bagi guru yang mengajar anak bangsawan tidaklah buruk.
Paul
adalah seorang knight, yang jarang ada di wilayah ini, dan dia masih punya status sebagai bangsawan kelas
bawah, dan oleh karenanya dia punya
pendapatan yang cocok
baginya.
Tapi, tempat ini adalah sebuah desa yang jauh dari ibu kota.
Oleh
karena itu, wilayah ini punya personel yang sesuai dengan wilayah ini. Lupakan orang berbakat - bahkan seorang penyihir dianggap langka disini.
Hanya dengan bergantung pada Magician’s Association(asosiasi penyihir) dan Adventurer’s Guild(serikat petualang), ada ada seseorang yang mau melamar untuk bekerja disini......
Meskipun ada kekhawatiran seperti itu, ternyata tak butuh
waktu lama untuk menemukan seseorang yang memiliki minat untuk bekerja disini,
dan orang itu akan datang keesokan harinya.
Desa ini
tidak memiliki penginapan, jadi kontrak
kerja meliputi tempat tinggal.
Menurut
prediksi orang tuaku, guruku mungkin adalah petualang yang sudah pensiun.
Orang muda
tidak akan datang ke wilayah terpencil ini, dan penyihir istana akan mampu mencari pekerjaan di ibukota dengan mudah.
Di dunia
ini, hanya penyihir dengan kelas advanced yang bisa memiliki kualifikasi untuk menjadi guru penyihir lain.
Jadi, seorang petualang biasanya memiliki sihir tingkatan intermediate keatas.
Oleh
karena itu, orang yang akan datang kemungkinan adalah orang yang sudah tua, atau orang yang umurnya sudah lebih dari separuh abad, memiliki jenggot panjang, dan memberikan kesan seperti seorang penyihir sungguhan.
Tapi,
berlawanan dengan dugaan awal, yang datang adalah seorang gadis muda.
Kira-kira umurnya masih setara dengan anak SMP.
Mengenakan
jubah penyihir coklat, mempunyai rambut berwarna biru air yang dikuncir seperti kelopak bunga wijen, ia memiliki penampilan seorang gadis yang cantik.
Kulit yang cerah, didampingi dengan mata setengah
tertutup, yang dipenuhi dengan
sedikit kebosanan dan ekspresi mengantuk. Sudut bibirnya membuat orang merasa
ia sedikit tak bersahabat. Meskipun
ia tidak memakai kacamata, ia memberikan
gambaran seorang gadis rajin yang selalu belajar di dalam perpustakaan dengan sempurna.
Satu
tangan membawa sebuah tas, sementara yang lainnya memegang long staff(tongkat panjang) yang
biasa digunakan seorang penyihir.
Dan
demikianlah, ia bertemu dengan kami bertiga yang ada di dalam rumah.
[.........]
[.........]
Reaksi ini wajar.
Ini diluar
perkiraan kami.
Dalam
gambaran kami, seorang guru adalah
seseorang yang memiliki pengalaman bertahun-tahun.
Tapi yang
datang adalah orang yang kecil seperti ini.
Meski bagi
seseorang yang telah memainkan banyak game
sepertiku, penyihir bertipe loli ini
bukanlah sesuatu yang luar biasa.
Loli, mata
setengah tertutup, nggak sok imut (acuh).
Memiliki 3
kualitas itu
- sempurna.
Tolong
jadilah istriku.
[Ah, ah, kau, itu, guru privat?]
[Ah, itu,
sungguh---]
Dengan
kegagapan orang tuaku, aku dengan cepat
menambahkan:
[Kau
benar-benar kecil]
[Aku tak mau mendengar kalimat itu darimu.]
Ucapanku segera dibantah.
Sepertinya ia benci dipanggil kecil.
Meskipun maksudku bukan soal dadanya.
Roxy
menghela napas.
[Hah. Baiklah, dimana murid yang harus aku ajari?]
Ia melihat-lihat daerah sekitar sambil bertanya.
[Ah, anak
kecil ini.]
Zenith memperkenalkanku, yang sedang berada di
gendongannya.
Aku mengedip ke arah Roxy.
Kemudian, kedua matanya
terbelalak, dan pada akhirnya ia menghela
napas.
[Hah.
Kadang-kadang hal seperti ini terjadi
huh, anak-anak yang tumbuh lebh cepat dari biasanya, dan
orang tua baka yang berpikir
kalau anak mereka punya
bakat.]
Ia bergumam pelan.
Aku dengar
itu!! Roxy-san!!
Yah, meskipun aku sangat setuju dengan pendapatmu.
[Kenapa?]
[Tak apa. Cuma, aku
pikir anakmu tidak mengerti konsep dari sihir kan?]
[Tak masalah, Rudi-chan sangat berbakat!!]
Zenith mengatakan kalimat yang biasa dikatakan orang tua baka.
Roxy
menghela napas lagi.
[Hah. Aku
mengerti. Aku akan mencoba sebisa mungkin.]
Ia beranggapan kalau tak akan ada gunanya lagi untuk mengatakan apapun.
Dengan
itu, diputuskan bahwa aku akan menerima kelas Roxy di pagi hari, dan
mempelajari ilmu pedang
dari Paul di sore hari.
***
[Baik,
mari mulai dari buku panduan sihir.... Tidak, sebelum itu, mari kita tes seberapa banyak sihir yang bisa Rudi gunakan.]
Untuk pelajaran pertama, Roxy membawaku ke halaman.
Sihir
sebagian besar dilakukan di luar ruangan.
Ia juga paham tentang apa yang akan terjadi jika sihir digunakan didalam rumah.
Jadi ia
tidak akan melakukan sesuatu seperti menghancurkan dinding, seperti yang aku lakukan.
[Aku akan mendemonstrasikannya. Anugerahkan perlindungan air ke tempat dimana engkau kehendaki, biarkan air yang jernih mengalir ke arahnya, 『WATER BULLET.』]
Pada waktu
yang sama ketika Roxy
membaca mantera, ada bola air seukuran bola basket.
Dan bola air itu terbang ke salah satu pohon di halaman dengan kecepatan tinggi.
*KRASH!*
Ranting-ranting
pohon dengan mudah dipatahkan, dan pagar rumah menjadi basah.
Ukuran: 3,
kecepatan: sekitar 4
[Bagaimana?]
[Ya. Pohon
itu dirawat dengan hati-hati oleh ibuku, jadi aku pikir ibuku akan marah.]
[EH? Benarkah begitu!?]
[Aku
sangat yakin.]
Pernah
sekali, ketika Paul mengayunkan pedangnya dan tak sengaja memotong ranting pohon.
Kemarahan yang ditunjukkan Zenith, sangat
jauh dari kata normal .
[Ini
benar-benar buruk, pikirkan sesuatu....!!]
Roxy buru-buru berlari ke pohon itu, dan mengambil ranting-ranting yang jatuh.
Ia
memegang ranting-ranting pohon itu dengan wajahnya memerah karena panik,
[Oooh, Biarkan
kuasa Tuhan diubah menjadi rejeki yang melimpah, dan diberikan pada orang yang
telah kehilangan kekuatan mereka agar bisa
bangkit sekali lagi, 『HEALING』]
Ranting-ranting itu itu kembali ke kondisi mereka sebelumnya.
[Phew.]
[Sensei
bisa juga menggunakan healing magic!!]
[Eh, ya.
Aku bisa menggunakan healing magic sampai
tingkat intermediate tanpa masalah.]
[Luar
biasa!! Itu luar biasa!!]
[Tidak,
jika kau berlatih dengan benar siapapun bisa melakukan itu.]
Meskipun
responnya terdengar ketus,
sudut-sudut bibirnya menghianatinya dengan melengkung ke atas, dan hidungnya
tampak bergerak sedikit dalam kebanggaan. Ia terlihat cukup senang.
Aku hanya
meneriakkan "luar biasa" dua kali dan
dia sudah sesenang ini, itu benar-benar
terlalu mudah.
[Kalau begitu, Rudi, cobalah itu.]
[Baik.]
Aku
mengangkat tanganku.......
Oops, aku
tak pernah menggunakan chanting ketika
mengeluarkan water bullet selama hampir setahun. Aku tidak
bisa mengingatnya.
Mencoba
apa yang Roxy baru katakan, mmm, itu.
[Maaf, bagaimana tadi manteranya?]
[Anugerahkan
perlindungan air ke tempat dimana engkau kehendaki, biarkan air yang jernih
mengalir ke arahnya.]
Roxy
menjawab dengan acuh. Apa
situasi ini sudah kau perkirakan
sebelumnya?
Tapi,
meskipun kau mengulangi mantera itu, aku
tidak bisa mengingatnya dalam sekali coba.
[Ke tempat dimana engkau kehendaki.....WATER BULLET]
Aku
benar-benar tidak bisa mengingatnya, jadi aku tinggal menyingkatnya saja.
Dibandingkan
peluru air dari Roxy, punyaku sedikit
lebih kecil dan lebih lambat.
Jika aku
melakukan ini lebih
baik darinya, ia mungkin akan membuat
keributan.
Aku sangat
murah hati pada gadis muda.
Peluru air
seukuran bola basket kutembakkan.
Hasilnya, pohon kesayangan Zenith mengeluarkan suara "kkrakk", dan tumbang.
Roxy menatapku dengan ekspresi rumit.
[Kau
menyingkat manteranya?]
[Ya.]
Apa itu sesuatu yang buruk?
Kalau
dipikir-pikir, buku panduan pada dasarnya tidak pernah mencatat cara untuk melakukan voiceless incantation.
Meskipun
aku biasanya menggunakan itu, apa mungkin
aku telah melakukan sesuatu yang terlarang?
Atau, apakah karena ia pikir aku 10 tahun terlalu awal
untuk menggunakan voiceless incantation dan jadi marah.....
Dengan
skenario itu, apakah lebih baik jika aku membantah dengan mengatakan [Terus kenapa, siapa yang mau menggunakan mantera kuno seperti itu?].
[Apa kau
biasanya menyingkat manteramu?]
[Biasanya.....
Aku menggunakan voiceless incantation.]
Aku tidak
tahu cara menjawab itu, jadi aku hanya
mengatakan hal yang sebenarnya.
Toh cepat atau lambat rahasia itu akan terungkap kalau
aku terus mengikuti kelas Roxy.
[Voiceless incantation!?]
Mata Roxy terbelalak, seolah-olah mencurigaiku.
[......Begitukah.
Kau biasa menggunakan voiceless incantation. Begitu.
Apa kau merasa lelah?]
Tapi Roxy segera kembali menunjukkan ekspresinya yang
biasa.
[Um, tak ada
masalah.]
[Jadi begitu. Untuk water bullet mu, ukuran dan
kecepatannya sudah bagus]
[Terima
kasih atas pujiannya.]
Roxy
akhirnya menunjukan senyuman kecil.
Senyuman yang sangat kecil.
Kemudian ia menggumam sendiri.
[......
Sepertinya ia layak aku ajari, hmm.]
Seperti yang sudah kukatakan, aku bisa dengar apa
yang baru saja kau katakan.
[AAAAAH=====!!]
Sebuah
teriakan keras terdengar dari belakang punggungku.
Zenith datang kemari untuk memeriksa keadaan.
Minuman
pada nampan yang ia bawa jatuh ke tanah. Zenith menatap cabang-cabang pohon yang patah sambil menutupi mulut dengan
kedua tangannya.
Sebuah
wajah dipenuhi kesedihan.
Dan dalam
sekejap, ekspresi itu diganti
oleh kemarahan.
Ah, uh,
oh.
Zenith melangkah ke hadapan Roxy.
[Nona Roxy!! Bisa tidak kau tak memperlakukan rumah kami sebagai tempat yang bisa kau
gunakan dengan seenaknya untuk bereksperimen dengan sihir!!]
[Eh! Tapi
ini dilakukan oleh Rudi......]
[Meskipun
itu dilakukan oleh Rudi, kau yang membiarkan dia melakukan ini!!]
Roxy bertingkah seolah-olah ia tersambar petir, menerima
kejutan besar, kemudian menundukkan
kepalanya.
Yah, kau
tidak bisa menyalahkan anak berusia 3
tahun.
[Ya.....
Kau benar.]
[Aku harap
ini tidak akan terjadi
lagi!!!]
[Ya, aku benar-benar minta maaf, nyonya......]
Setelah
itu, Zenith menggunakan healing magic dan memperbaiki pohon. kemudian kembali
ke dalam rumah.
[Aku tak percaya aku akan membuat kesalahan begitu cepat.......]
[Sensei.....]
[Haha, aku
mungkin dipecat besok.]
Roxy duduk
di tanah dan mulai menggambar [[の]] dengan jarinya.
Ia
benar-benar tidak bisa menerima syok sedikitpun.
Aku
menepuk pundaknya.
[..........]
[Rudi?]
Meskipun
aku menepuk pundaknya, tapi karena aku belum
pernah berkomunikasi dengan seseorang secara normal selama 20 tahun lebih, jadi aku tak
mempunyai satupun ide tentang bagaimana caranya aku bisa menghiburnya.
Maaf, apa yang bisa aku katakan di waktu seperti ini.......
Tidak,
tenanglah.
Pikirkan dengan baik. Apa yang akan dikatakan oleh protagonis dalam ero-game ketika menghadapi keadaan semacam ini?
Hmmmhmmm,
sesuatu seperti ini.
[Sensei
tidak salah.]
[Ru, Rudi?]
[Kau
sedang mengumpulkan pengalaman.]
Roxy
menatapku.
[Be,
benar. Terima kasih.]
[Tak masalah. Kalau begitu, mari kita teruskan
pelajarannya.]
Dengan begitu, aku memiliki hubungan yang baik
dengan Roxy.
***
Siang hari adalah waktunya untuk berlatih
dengan Paul.
Karena
tidak ada pedang kayu yang cocok ukuran tubuhku, jadi pada dasarnya latihan Paul adalah untuk melatih tubuhku.
Jogging, push up, sit up.
Rencana
Paul adalah untuk membuatku berolah
raga.
Meskipun
ada beberapa hari dimana Paul
harus bekerja dan tak bisa
melatihku, olah raga adalah
sesuatu yang tidak bisa aku lewatkan.
Di dunia manapun, hal ini sama.
Aku akan
mencoba sebisa mungkin.
Sebagai
anak kecil, fisikku tidak
bisa bertahan lama, jadi kelas ilmu pedang
berakhir sekitar jam 2 siang.
Jadi,
sebelum waktu makan malam tiba, aku akan menggunakan mana ku sampai mencapai batas.
Sihir akan
membutuhkan jumlah mana yang berbeda,
tergantung pada ukuran sihir.
Jika
ukuran biasa adalah 1 untuk voiceless
incantation, untuk apapun
yang lebih besar, jumlah mana yang
digunakan akan bertambah juga.
Hukum
konservasi massa.
Tapi, sebaliknya, semakin kecil sihir, jumlah mana yang
digunakan juga akan bertambah.
Aku
benar-benar tidak mengerti logikanya.
Membuat
setetes air akan membutuhkan lebih
banyak mana dari pada membuat peluru air sebesar tangan.
Itu
benar-benar aneh.
Aku bertanya pada Roxy tentang penemuanku ini, tapi aku hanya menerima jawaban [Ya memang begitu.]
Tampaknya
pertanyaan itu masih belum
terjawab.
Meskipun
aku tidak mengerti logikanya, aku menganggap ini bukanlah hal buruk
dalam latihan.
Kapasitas mana ku telah bertambah cukup banyak baru-baru ini. Jadi jika aku tidak menggunakan beberapa sihir yang menghabiskan banyak mana, aku tidak
akan bisa menghabiskan semuanya.
Hanya untuk menghabiskan mana
ku saja, aku harus mengerahkan seluruh kekuatanku sebelum aku lelah.
Tapi, ini adalah waktu untuk mencoba melatih ketangkasanku.
Demikianlah, aku memutuskan untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan ketangkasan tinggi.
Menggunakan
sihir untuk menciptakan sesuatu
yang rumit, kecil, dan rapuh.
Contohnya,
membuat patung es, menyalakan api di ujung jari tangan, atau menulis
kata-kata di papan papan.
Mengambil
tanah dari halaman dan memisahkan isi-isinya.
Membuka
kunci dan menutupnya kembali.
Sihir
tanah punya beberapa pengaruh terhadap benda yang memiliki sifat seperti metalik dan mineralistik.
Tapi, makin tinggi kualitas metalik suatu benda, semakin
banyak pula mana yang harus digunakan.
Ketika melakukan sesuatu, semakin kecil aksi itu, semakin sulit aksi
itu, semakin rumit aksi itu, semakin
akurat aksi itu, dan semakin efisien aksi itu, semakin
banyak pula mana yang harus dikeluarkan.
Melempar
bola baseball dengan seluruh kekuatanmu.
Perlahan-lahan
memasukan benang melewati lubang jarum.
Jumlah mana yang dikeluarkan kasarnya sama.
Juga, aku
mencoba berbagai jenis sihir yang berbeda pada waktu yang sama.
Dibandingkan
dengan menggunakan 2 sihir dengan jenis yang
sama, aku perlu menggunakan setidaknya 3 kali lebih banyak mana.
Jadi, jika
aku mengaktifkan 2 tipe sihir, secara ringan, akurat, dan cepat, pada waktu yang sama, aku bisa dengan mudah
menghabiskan semua manaku.
Dengan latihan seperti ini setiap hari------
Aku tidak
bisa menghabiskan manaku, bahkan sekalipun aku menggunakan metode
seperti itu selama lebih dari setengah hari sekarang.
Ini
seharusnya cukup, hatiku mulai ragu-ragu.
Kemalasan
dalam diriku mulai mengatakan padaku bahwa ini seharusnya cukup.
Setiap
waktu, aku berteriak dan memarahi diriku sendiri.
Melatih
otot-otot juga sama.
Sekali aku mulai malas, tubuhku akan melambat.
Mana ku kemungkinan bisa jadi sama. Hanya karena aku mempunyai sedikit
penambahan dalam kapasitas, aku tidak boleh berhenti
berlatih.
***
Ketika aku
menggunakan sihir di malam hari, aku bisa
mendengar suara 'rawr rawr nyan nyan' yang mengganggu.
Dimana
itu? Apa kau perlu bertanya?
Itu jelas-jelas datang dari ruangan Paul dan Zenith.
Sibuk
bekerja, hmph.
Mungkin
tidak lama lagi, adik laki-laki atau perempuanku akan segera lahir.
Aku pikir
mempunyai adik perempuan itu lebih
baik.
Yup, aku
tidak ingin adik laki-laki.
Dalam ingatanku,
gambaran adik laki-lakiku yang menggunakan tongkat baseball
untuk
merusak komputerku masih membekas dengan jelas.
Aku tidak
ingin adik laki-laki.
Adik
perempuan yang manis jelas lebih
baik.
Di
kehidupanku yang lalu, jika aku mendengar sesuatu yang begitu mengganggu, aku
akan segera menghantam dinding dan lantai untuk membuat mereka diam.
Jadi kakak
perempuanku tidak pernah membawa pria kembali lagi.
Jadi nostalgia.
Pada waktu
itu, aku selalu menganggap orang-orang yang melakukan itu adalah orang yang ingin membuat warna kehidupanku menjadi gelap.
Aku selalu
berpikir bahwa mereka adalah para pengganggu yang mengejekku, karena tidak bisa meraih tempat
itu dengan tanganku sendiri, jadi aku
selalu punya kemarahan dalam diriku yang tak bisa
aku lepaskan.
Dan mereka
yang membuatku jadi seperti itu, kenapa gak mati saja kalian?
Itu adalah hal yang paling memalukan bagiku.
Tapi, baru-baru ini aku mengubah gaya pikiranku.
Aku tidak
yakin entah itu karena tubuhku adalah seorang
anak kecil, atau karena yang sedang
melakukan itu adalah
orang tuaku, atau karena aku sedang bekerja keras untuk mencerahkan masa depanku.
Aku bisa mendukung dan memberi mereka toleransi, sambil
mendengarkan erangan mereka
berdua.
Hmph, aku
juga orang dewasa.....
Hanya dengan mendengar suara itu, aku kurang lebih
bisa menebak apa yang sedang
terjadi.
Tampaknya,
Paul sangat ahli soal hal itu.
Zenith akan menyerah setelah beberapa saat, tapi
Paul akan mengatakan sesuatu seperti [Ini masih terlalu awal~], dan terus menyerang.
Sama seperti seorang protagonis dalam beberapa game ero.
Jumlah
stamina yang tidak bisa dibayangkan......
Hah,
mungkin sebagai anak Paul, aku juga punya energi semacam itu!?
Bangkitlah.
Protagonis!!
Berilah
aku hidup yang berwarna seperti itu!!
Yah, pemikiran itu entah bagaimana mereda, jadi aku bisa dengan tenang pergi ke
toilet sambil melewati lorong 'rawr rawr nyan nyan' itu.
Asal kau tahu, setiap kali aku melewati ruangan
mereka, suara rawr nyan itu akan
berhenti. Lumayan menarik.
Hari itu,
untuk menunjukan kalau anak mereka ada
di sekitar mereka, aku berjalan ke toilet.
Baiklah kalau begitu, haruskah aku menyapa mereka hari ini?
Papa, Mama, kalian sedang apa, kok mama papa nggak
pakai baju? Dan bertanya seperti
ini.
Gwehehe.
Aku penasaran dengan alasan apa yang akan
mereka pilih.
Namun ternyata sudah ada tamu lain yang hadir.
Ada gadis berambut biru yang jongkok di dalam kegelapan,
sambil mengintip kedalam celah pintu kamar.
Wajahnya terlihat kemerah-merahan, dan ia menahan nafasnya yang terengah-engah. Tapi pandangan matanya terpaku ke arah sesuatu yang sedang terjadi di dalam kamar.
Aku bisa
melihat tangannya melakukan sesuatu dibawah jubah yang ia kenakan.
Aku
diam-diam kembali ke ruanganku.
Roxy
adalah gadis dalam masa pertumbuhan.
Aku cukup
murah hati untuk pura-pura tidak menyadari itu, dan aku akan
melupakan fakta kalau Roxy sebenarnya terobsesi dengan hal seperti itu.
......... Bercanda.
Arara, aku
melihat sesuatu yang bagus.
***
Setelah 4
bulan berlalu, sekarang aku bisa menggunakan semua sihir kelas intermediate.
Jadi, aku
mulai mengambil kelas malam dari Roxy.
Jangan
salah paham, tidak ada "keanehan"
mengenai kelas malam ini.
Konten yang diajarkan di kelas malam bervariasi.
Roxy
adalah guru yang baik.
Ia tidak terlalu terpaku dengan satu metode pengajaran saja.
Apa yang ia ajarkan bergantung pada kemampuanku untuk
memahami sesuatu.
Kemampuan Roxy untuk bereaksi terhadap muridnya sangatlah tinggi.
Ia
menyiapkan sebuah pertanyaan dari catatannya dan menyuruhku
untuk
menjawabnya, dan jika aku menjawabnya dengan
benar, ia akan beralih ke pertanyaan selanjutnya.
Jika aku
tidak mengerti, ia akan mengajariku dengan sabar.
Seperti itulah, aku merasa duniaku meluas.
Di
kehidupanku yang dulu, sebelum
kakak laki-lakiku mengerjakan ujiannya, ada waktu dimana orang tuaku mempekerjakan guru privat.
Dengan iseng, aku mencoba ikut bergabung.
Tapi ternyata, apa yang diajarkan tidak berbeda dari apa yang diajarkan di
sekolah.
Dibandingkan
itu, kelas Roxy jauh lebih menarik
dan mudah untuk dimengerti.
Sebuah
kelas yang menjawab pertanyaan apapun.
Ditambah lagi, yang menjadi guruku adalah gadis SMP.
Skenario
semacam ini terlalu bagus.
Jika aku masihlah aku yang dulu, cukup dengan memikirkan tentang delusi seperti ini dapat membuatku mast*rbasi 3 kali.
[Sensei,
mengapa sihir hanya digunakan dalam pertempuran?]
[Sebenarnya sihir gak cuma digunakan dalam pertempuran.....]
Roxy akan
selalu menjawab dengan serius pada pertanyaan-pertanyaanku yang mendadak.
[Hmm, benar juga ya, dimana aku harus mulai......
Pertama-tama, sihir, dikatakan berasal dari ras high elf(ras telinga panjang).]
WHOA,
elf!!
Apa mereka
benar-benar ada!!
Rambut
emas, pakaian hijau, membawa busur, dan
selalu diserang dan diikat oleh
tentakel!!
Arara,
tenanglah, tenanglah.
Kemungkinan
elf disini berbeda dari apa yang aku
tahu.....
Meskipun kalau dilihat dari kata-kata Roxy, elf adalah
orang dengan telinga yang sangat panjang……
[Elf
adalah?]
[Hmm, ras
bertelinga panjang hidup di suatu
tempat di bagian utara daratan Millis.]
Menurut
deskripsi Roxy:
Dahulu
kala, sebelum dimulainya peperangan
antara manusia dan makhluk sihir, ketika dunia masih dalam kekacauan, dan
perang pecah dimana-mana, High elf dapat berkomunikasi dengan spirit hutan, dan dengan menggunakan kekuatan tanah dan angin,
mereka melawan para penjajah. Dikatakan
bahwa itu adalah sihir tertua yang ada di dunia.
[Oh, ada catatannya.]
[Tentu
saja.]
Roxy
mengangguk.
[Sihir yang umum sekarang merupakan hasil dari ras manusia yang meniru dan melakukan
beberapa perubahan dari sihir High elf. Manusia sangat ahli dengan hal semacam itu.]
[Ras
manusia sangat ahli dengan hal
semacam itu?]
[Ya, ras
manusia selalu membuat hal-hal baru.]
Ras
manusia tampaknya senang membuat
hal-hal baru.
[Alasan
kenapa sihir hanya digunakan dalam pertempuran adalah karena sihir pada dasarnya hanya digunakan untuk
bertarung. Meskipun kau tidak bergantung pada sihir, dengan menggunakan barang yang ada di sekitar, kita juga
bisa saja mencapai hal yang sama.]
[Hal di sekitar kita merujuk pada?]
[Sebagai contoh, jika kau memerlukan cahaya, kau
bisa menggunakan lilin atau minyak kan?]
Jadi begitu, itu adalah sesuatu yang sangat umum.
Daripada menggunakan sihir, menggunakan peralatan
pasti lebih sederhana.
Masuk akal juga.
Meskipun, voiceless incantation sebetulnya akan lebih
sederhana bila dibandingkan dengan menggunakan alat.
[Dan juga, tak semua tipe sihir cocok untuk bertempur. Contohnya, summoning magic, kau bisa memanggil keluar binatang
sihir atau spirit yang tingkatnya sama.]
[Summoning magic!! Bisakah kahu mengajarkannya padaku suatu hari nanti?]
[Tidak, aku juga belum pernah menggunakannya. Dan juga, diantara peralatan yang beredar, ada juga yang disebut magic item(peralatan sihir).]
Magic item.
Hanya dengan mendengarnya, aku bisa membayangkan
barang seperti apa itu.
[Magic item adalah?]
[Benda yang memiliki efek khusus. Magic formation biasanya digambarkan di bagian dalam benda, jadi
seseorang, meskipun bukan
penyihir, masih bisa menggunakannya. Tapi, magic item ini memerlukan banyak
pengeluaran mana.]
[Oh begitu.]
Sama seperti yang aku bayangkan.
Kalau
dipikir-pikir, sayang sekali ya Roxy
tidak bisa menggunakan summoning
magic.
Konsep attack magic dan healing magic masih bisa dimengerti, tapi aku tidak punya
ide bagaimana cara kerja summoning magic.
Dan juga, ada banyak kosakata baru yang tiba-tiba muncul.
Perang
antara ras manusia-demon, familiar, spirit.....
[Sensei,
apa perbedaan antara magical beast dan magical creature?]
[Tidak
banyak perbedaan.]
Intinya, magical creature adalah
makhluk yang mengalami beberapa perubahan.
Dan, setelah makhluk
sihir bertambah jumlahnya, dan
menjadi sebuah ras baru, setelah
beberapa generasi mereka akan memiliki kecerdasan tertentu, dan akhirnya menjadi magical beast.
Hanya saja, meskipun ada makhluk yang memiliki kecerdasan,
namun tetap menyerang manusia, mereka akan tetap dipanggil magical creature.
Kalau ditinjau kembali, magical beast yang menjadi ganas setelah beberapa generasi, ada contoh dimana mereka kembali
menjadi magical creature.
Tidak ada
garis yang jelas.
Magical creature = Menyerang manusia.
Magical beast = Tidak menyerang manusia.
Garis
pemikiran ini seharusnya oke.
[Berarti, ras demon adalah evolusi dari magical creature?]
[Tidak juga. Ras demon sudah memiliki nama itu ketika perang ras manusia-demon berlangsung.]
[Apa itu
perang antara manusia melawan demon yang baru kau sebutkan?]
[Ya.
Perang pertama sekitar 7000 tahun yang lalu.]
[Jadi
perangnya sudah berakhir lama ya.]
Ternyata dunia ini memiliki sejarah sepanjang itu.
[Gak terlalu lama sih. Sampai 400 tahun yang lalu, manusia
masih bertempur. Dari 7000 tahun yang lalu, ras manusia dan ras
demon terus melawan satu sama lain.]
Aku pikir
400 tahun itu dianggap sebagai waktu yang sangat lama, tapi ternyata peperangan itu
berlangsung selama hampir 7000 tahun.
Apa
hubungan mereka seburuk itu?
[Hah, jadi begitu. Jadi kesimpulannya, ras demon
itu
merujuk pada apa?]
[Untuk
mendiskripsikan ras demon itu cukup susah....
Kalau kau benar-benar ingin tahu, [[Magical beast dan creature yang berada di sisi ras demon selama
perang sebelumnya]],
seharusnya lebih mudah untuk dimengerti.
Tentu saja, ada beberapa pengecualian.]
*buat yg blm ngerti, ada ‘dua’ ras demon yg dimaksud.
Yang pertama, ras demon yang modelnya bener-bener seperti iblis.
Yang kedua, ras sihir – magical beast/creature lain yang membela
ras demon ketika melawan manusia*
[Ah, omong-omong, aku juga dari ras sihir.]
[Oh,
begitu.]
Ada ras demon disini yang menjadi guru privat.
Apa itu
artinya tidak ada perang yang berlangsung
sekarang?
Damai itu memang lebih baik.
[Ya. Lebih tepatnya, aku berasal dari Ras Migurd yang tinggal di area Bigoya, yang terletak
di magic continent(benua sihir). Bukankah orang tua Rudi terlihat
terkejut ketika mereka melihatku?]
[Aku pikir
alasan mereka terkejut adalah Sensei terlihat
kecil.]
[Aku tidak
kecil.]
Roxy
membantahku. Sepertinya dia
menganggap topik itu sebagai hal yang sangat serius.
[Mereka
menjadi terkejut ketika mereka melihat rambutku.]
[Rambut??]
Aku pikir
itu adalah rambut biru yang indah.
[Rumor yang biasa beredar, makin dekat warna rambut ras demon dengan warna
hijau, maka makin berbahaya ras demon tersebut. Apalagi ketika warna rambutku
terlihat seperti warna hijau dengan pencahayaan yang berbeda….]
Hijau.
Apa itu
warna peringatan dunia ini?
Rambut
Roxy yang berwarna hijau indah mampu membuat
mata orang-orang terbelalak.
Ia bermain
dengan ujung rambutnya saat ia menjelaskan hal itu.
Tindakannya
benar-benar manis.
Jika ada
rambut biru di Jepang, yang
memilikinya kalau bukan preman pasti nenek-nenek.
Tidak
peduli jenis yang mana itu, melihat warna
rambut yang tak alami itu membuatku merasa jijik.
Tapi rambut Roxy terlihat alami, dan tak membuatku
merasa jijik.
Bisa dikatakan, warna itu cocok dengan ekspresi mengantuk Roxy.
Kalau dia adalah gadis yang ada
di dalam ero-game, maka dia adalah gadis yang sangat pantas untuk
dijadikan sebagai target pertama.
[Rambut
Roxy sangat indah.]
[.....
Terima kasih atas pujiannya. Tapi,
kau seharusnya mengatakan perkataan semacam itu pada seorang gadis yang kau
suka dimasa depan.]
[Tapi aku
menyukai Sensei.]
Aku
mengatakannya tanpa
ragu-ragu.
Aku bukan
seorang yang suka ragu-ragu.
Aku akan
mengekspresikan cintaku pada semua gadis yang manis.
[Baik.
Jika kau tidak merubah pikiranmu hingga 10+ tahun
kemudian, kita akan membicarakan ini lagi.]
[Okay,
Sensei.]
Meskipun hanya sesaat, tapi aku tak melewatkan ekspresi Roxy yang terlihat sedikit senang.
Meskipun
aku tidak tahu ada berapa
banyak opsi untuk menaklukkan gadis di dalam
ero-game yang bisa diterapkan ke dunia yang berbeda ini.
Tapi cara-cara itu tak bisa dibilang tak ampuh.
Suatu ucapan seperti dokidoki memang merupakan bahan candaan yang using di Jepang,
tapi itu bisa saja
menjadi jalan membara menuju cinta
yang romantis.
Yup, apa
sih yang sebenarnya aku katakan?
Kemanisan Roxy, dan H(hentai/mesum). Kalau saja aku bisa meraihnya.
Tapi
perbedaan umur kami lumayan besar.
Apa yang
akan terjadi di masa depan?
[Kembali
ke topik awal, “semakin cerah warna rambutnya, maka akan semakin
berbahaya”, itu benar-benar takhayul.]
[Ah, jadi itu semua takhayul.]
Aku tadinya benar-benar berpikir kalau hijau adalah warna peringatan.
[Ya, ras
Supard dari wilayah Babinos adalah ras yang memiliki rambut hijau, dan mereka melakukan banyak hal keji selama perang 400 tahun yang lalu. Itulah penyebabnya muncul rumor itu, jadi sebenarnya rumor itu memang
tak ada hubungannya dengan warna rambut.]
[Banyak hal keji?]
[Ya.
Selama perang yang berlangsung 10 tahun
lebih, kejahatan mereka membuat kedua kelompok yang berperang merasa takut dan benci. Ras mereka sangatlah berbahaya, dan setelah perang usai pun mereka dihukum dan diusir keluar dari magic
continent.]
Diusir bahkan setelah perang sudah berakhir?
Itu luar
biasa.
[Apa
mereka benar-benar dibenci.....]
[Memang begitu.]
[Apa yang
mereka lakukan?]
[Yah ini,
aku hanya sedikit..... pokoknya, aku hanya dengar kabar ini selama aku masih kecil. Aku dengar mereka menyerang lokasi dimana rekan mereka
berada, dan membunuh semua anak dan
perempuan, atau membantai semua musuh dan
kemudian membunuh sekutu mereka. Ada juga
cerita, kalau kau tak mau tidur di malam hari, akan ada Supard yang datang
memakanmu, dan hal semacam itulah.]
Shimaachau oji-san?*
(*referensi sebuah karakter dari anime Bonobono.)
[Ras
Migurd adalah ras yang penampilannya mirip
dengan ras Supard, jadi mereka juga terlibat di masa lalu. Walaupun cepat atau lambat orang tuamu akan menceritakan ini padamu.......]
[Ingatlah ini.]
Roxy
menegaskan.
[Jika kau
melihat orang yang memiliki rambut berwarna hijau emerald dan sebuah batu seperti ruby di dahinya, jangan mendekati mereka.
Meskipun kau tidak punya pilihan kecuali berbicara pada mereka, jangan sampai membuat mereka marah.]
Rambut hijau emerald, batu ruby di dahinya.
Sepertinya itu adalah cirri khusus milik ras Supard.
[Apa yang
terjadi jika kau membuat mereka marah?]
[Mereka
mungkin akan membunuh seluruh keluargamu.]
[Rambut
berwarna hijau emerald
dan batu ruby di dahinya kan?]
[Ya, benda yang ada di dahi mereka bisa melihat aliran Mana, itu adalah mata ketiga mereka.]
[Jangan-jangan anggota ras Supard cuma ada wanita?]
[Eh? Nggak? Ada laki-laki juga?]
[Akankah
batu itu akan berubah jadi biru setelah melakukan sesuatu?]
[Huh? En-nggak?
Setidaknya aku tidak pernah mendengar itu sebelumnya.]
Apa sih
yang kau bicarakan? Roxy memiringkan kepalanya, bingung.
Aku hanya
ingin menanyakan itu untuk
kepuasanku sendiri.*
(*referensi ras Kala/Color dari game Rance buatan
Alicesoft)
[Tapi ciri
semacam itu mudah dikenali kan?]
[Ya. Jika
kau melihat mereka, segeralah membuat alasan sesuatu
seperti "Aku harus pergi
sekarang" dan hindari mereka. Berlari secara
tiba-tiba mungkin akan membuat
mereka marah.]
Jadi sama halnya kalau kita lari waktu berpapasan
dengan preman, mereka malah akan mengejar.
Aku punya
pengalaman semacam itu.
[Berdasarkan
pada hal-hal yang kau katakan, bukannya akan
baik-baik saja jika kau menghormati mereka?]
[Aku pikir
situasimu akan baik-baik
saja kalau kau tidak menghina mereka secara
terbuka. Karena ada banyak perbedaan akal sehat antara manusia dan ras demon, kau mungkin akan membuat mereka marah gara-gara beberapa
hal. Jadi lebih baik, jangan sekalipun
menggunakan kata-kata sindiran.]
Hm.
Mereka
tampaknya mudah di provokasi.
Tapi, rasanya gambaran yang kudapat tentang ras Supard
ini, bukan karena orang-orang takut dilukai ketika melihat ras Supard, namun
hanya dengan melihat ras Supard saja mereka sudah merasa takut.
Perasaan
itu seperti, “oh orang itu pasti menyeramkan ketika dia marah, jadi lebih baik aku menghindari dia,” sesuatu
seperti itu.
Ngeri, ngeri.
Aku tidak kepikiran kalau aku bisa bereinkarnasi setelah
dibunuh untuk kedua kalinya.
Lebih baik
aku menghindari mereka sebisa mungkin.
Ras
Supard, jangan mengganggu mereka.
Aku
mengukirnya kedalam hatiku.
***
Kelas
sihir berlangsung dengan lancar.
Sekarang
aku bisa menggunakan semua sihir advanced.
Tentu saja dengan menggunakan voiceless incantation.
Dibandingkan
dengan latihan yang biasa aku lakukan, menggunakan sihir advanced itu rasanya semudah ngupil.
Hanya saja, karena kebanyakan sihir advanced bertipe
AoE, jadi aku tak bisa menggunakannya secara bebas.
Menurunkan hujan di area yang luas – apa yang bisa
kulakukan dengannya?
Aku benar-benar memikirkan itu, tapi sepertinya ketika
Roxy datang ke desa ku, ia menciptakan hujan, dan dipuji karenanya.
Aku dengar
ini dari Paul ketika aku istirahat di dalam rumah.
Disamping
itu, Roxy juga menerima banyak permintaan dari penduduk desa, dan ia pun
menggunakan sihir untuk menuntaskan berbagai masalah.
[Aku
menemukan batu besar ketika aku menggali tanah, tolong
bantu aku Rokaemon(roxy+doraemon)!]
[Serahkan padaku.]
[Sihir apa
itu?]
[Sihir ini
membuat tanah di sekitar batu itu
basah,
dan kemudian aku akan mengubahnya menjadi lumpur
dengan sihir tanah, ini disebut sihir
gabungan.]
[Woah, itu
hebat, batunya tenggelam!!!]
[Hmphhh.]
Perasaan
semacam itu! (mungkin)
[Sensei memang hebat. Kau membantu orang lain.]
[Membantu
orang lain? Tidak,
yang aku lakukan
menghasilkan uang saku.]
[Kau
meminta bayaran?]
[Tentu
saja.]
Pelit sekali!
Meskipun
aku berpikir seperti itu, tapi
tampaknya meminta bayaran adalah
hal yang normal bagi penduduk desa.
Karena
tidak ada orang lain
yang
bisa melakukan hal seperti itu di desa,
jadi mereka terus memuji Roxy.
Memberi dan menerima.
Persepsiku yang salah.
Membantu
orang lain tanpa meminta bayaran
adalah keharusan.
Ini adalah
perasaan yang biasa dimiliki
orang Jepang.
Yang normal adalah meminta bayaran.
Ini adalah
normal (untuk meminta bayaran). Masuk akal.
Yah,
karena aku seorang NEET, jangan
berbicara tentang membantu orang lain yang kurang beruntung, aku saja diperlakukan sebagai orang bermasalah oleh
keluargaku.
Hahaha.
***
Suatu
hari, aku bertanya.
[Haruskah
aku memanggil Sensei sebagai Shishou*?]
(*setingkat lebih tinggi daripada sensei, lebih menghormati
gitu lah pokoknya)
Namun Roxy malah
menunjukan perasaan tidak senang.
[Jangan, kemungkinan
besar kau bisa dengan mudah melampauiku. Jadi lebih baik jangan memanggilku
seperti itu.]
Tampaknya
aku punya potensial untuk melampaui Roxy.
Aku merasa
sedikit malu ketika aku dipuji seperti itu.
[Kau tidak
akan memanggil seseorang yang lebih lemah darimu sebagai Shishou kan?]
[Aku tak keberatan.]
[Aku benci
itu. Seseorang yang lebih baik dariku memanggilku Shishou - bukankah itu hanya akan membuatmu malu sendiri?]
Begitukah?
[Apa sensei mengatakan itu karena sensei lebih kuat
daripada guru sensei?]
[Dengarkan
aku, Rudi. Shishou itu, adalah
seseorang yang tidak bisa mengajarimu apapun lagi tapi masih tetap mengharapkan sesuatu yang lebih darimu -----
sesuatu yang merepotkan seperti itu.]
[Tapi,
Roxy tidak akan melakukan itu kan?]
[Mungkin saja aku melakukannya.]
[Meskipun begitu, aku masih akan menghormatimu.]
Meskipun Roxy
yang mengambil sikap seperti itu
dan meminta hal-hal yang berlebihan dariku.
Aku masih
akan tetap tersenyum dan menghormatinya.
[Tidak,
aku mungkin iri pada potensial muridku dan mengatakan sesuatu yang jelek.]
[Seperti?]
[Anak setan yang menjijikkan, atau
sesuatu seperti, kau tidak
seharusnya pergi ke desa ini, dll.]
Apa dulu kau di kritik seperti itu?
Kasihan sekali.
Diskriminasi
merupakan hal yang buruk.
Tapi,
hubungan antara bos dan anak buah memang selalu seperti ini.
[Tak apa, itu hanya hal kecil.]
[Hanya
karena umur orang itu sedikit
lebih tua darimu,
bukan berarti dia bisa semena-mena!! Hubungan
guru dan murid tanpa kedekatan yang kuat hanya akan membuat keduanya tak
bahagia!!]
Perkataanku
dipotong.
Tampaknya
hubungan Roxy dengan
gurunya jauh lebih buruk dari yang aku bayangkan.
Karenanya, aku tidak pernah memanggil Roxy Shishou.
Tapi,
didalam hatiku aku memutuskan untuk selalu memanggil ia Shishou.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar