Kamis, 02 Oktober 2014

Mushoku Tensei 6


[Web Novel 6] Alasan Untuk Menghormati

Translated by : Yakup
 
Sejak aku datang ke dunia ini, aku belum pernah sekalipun meninggalkan rumah.

Aku pun sadar akan fakta tersebut.

Aku benar-benar takut.

Jika aku keluar dari halaman dan melihat pemandangan yang ada di luar, ingatan masa laluku akan cepat bangkit.

Ingatan tentang hari itu. Perutku yang terasa sakit. Hujan dingin yang terus menusuk kulit. Penyesalan. Keputus-asaan. Sakit karena ditabrak truk.

Semua ingatan itu akan kembali padaku, seolah-olah itu semua baru terjadi kemarin.

Kakiku gemetaran.

Aku bisa melihat keluar dari jendela rumah, atau berjalan ke halaman dengan kedua kakiku.

Tapi, aku tidak dapat mengambil satu langkah lagi.

Karena aku tahu.

Pemandangan yang damai dan menenangkan ini, mungkin akan langsung berubah menjadi neraka. Tampaknya pemandangan yang seperti itu tidak bisa menerimaku.

Di kehidupanku yang lalu, aku punya delusi yang tak terhitung jumlahnya ketika aku kesulitan tidur.

Bagaimana jika tiba-tiba ada perang di Jepang. Bagaimana jika ada bishoujo yang tiba-tiba mundul dan menjadi tetanggaku.

Jika itu terjadi, aku pasti akan bisa berusaha dengan giat.

Aku terus menghayal untuk melarikan diri dari kenyataan.

Aku memimpikan itu berkali-kali.

Di mimpiku, aku bukanlah superman, dan aku masih memiliki level yang sama seperti kebanyakan orang.

Dan seperti kebanyakan orang, aku bisa melakukan sesuatu yang bisa orang-orang lakukan dalam batasan tertentu.

Aku bisa hidup mandiri.

Jika aku melangkah keluar dari rumah ini, aku mungkin akan terbangun dari mimpi ini.

Dan ketika aku bangun, aku akan kembali ke momen yang membuatku putus asa itu.

Saat aku tenggelam dalam penyesalan......

Tidak, ini bukan mimpi.

Bagaimana bisa ada mimpi yang senyata ini.

Jika kau mengatakan padaku kalau ini adalah VRMMORPG, aku masih bisa menerimanya.

Ini adalah kenyataan.

Aku terus menyakinkan diriku.

Kenyataan ini bukanlah mimpi.

Tapi meskipun aku mengerti bahwa itu adalah kenyataan, aku tetap tidak bisa melangkah keluar.

Tidak peduli seberapa besar usaha yang aku keluarkan.

Dengan mulutku sendiri, aku berjanji untuk menjalani hidup dengan sungguh-sungguh.

Tapi tubuhku tidak bisa bersaing dengan ucapanku.

Aku benar-benar ingin menangis.

***

Tes kelulusan akan diadakan di luar desa.

Ketika Roxy mengatakan itu padaku, mulutku mengeluarkan rintihan lemah.

[Diluar?]

[Ya, diluar desa. Kudanya sudah disiapkan.]

[Tidak bisakah tesnya dilakukan di rumah?]

[Tidak.]

[Tak bisa.......?]

Aku benar-benar bingung.

Hatiku sebenarnya mengetahui itu. Bahwa aku harus mengambil satu langkah untuk keluar dari gerbang rumah.

Bagaimana bisa aku jadi hikikomori di dunia ini.

Tapi tubuhku menolaknya. Tubuhku masih ingat dengan jelas tentang kejadian di masa lalu.

Di hari naas di kehidupanku yang lalu, dimana aku dipukuli oleh anak-anak nakal, seluruh tubuhku memar, dihina oleh mereka, dan aku menerima kerusakan mental yang besar.

Pada hari yang naas itu, dimana aku tidak punya pilihan kecuali untuk mengunci diriku sendiri di dalam kamarku.

[Apa yang salah?]

[Tidak....... Itu...... diluar mungkin ada beberapa magical creature.]

[Di wilayah ini, kalau kau tak mendekati hutan, kemungkinannya hampir mustahil untuk bertemu dengan magical creature. Dan juga, misalkan kita benar-benar bertemu dengan mereka, aku bisa mengatasinya sendiri, karena mereka itu lemah. Sebenarnya, bahkan Rudei pun bisa menangani mereka.]

Roxy menunjukan ekspresi terkejut, ketika aku terus mengeluarkan berbagai alasan sampai sekarang .

[Ah, aku pikir aku sudah dengar tentang ini sebelumnya. Rudei, apa kau tidak pernah meninggalkan rumah?]

[Mmmm... ya.]

[Apa kau takut itu? Takut kuda, maksudku.]

[A-aku tidak takut dengan kuda atau hal-hal semacam itu.]

Sebenarnya aku lumayan menyukai kuda.

Aku juga memainkan game "Derby horse racing".

[Haha, aku jadi lega. Kau ternyata masih punya sesuatu yang cocok dengan umurmu.]

Roxy salah paham.

Tapi aku tidak bisa bilang kalau aku sebenarnya takut keluar rumah.

Itu adalah sesuatu yang jauh lebih memalukan daripada takut dengan kuda.

Aku masih punya harga diri.

Meskipun harga diri itu hanya secuil.

Aku tidak ingin dipandang rendah oleh gadis muda ini.

[Oh baiklah, mau bagaimana lagi. Sini.]

Melihat ketidakmauanku untuk bergerak, Roxy mendadak menggendongku ke atas pundaknya.

[Apa!?]

[Kalau kamu duduk di atas kuda, nanti rasa takutmu akan hilang kok.]

Aku tidak melawan.

Hatiku juga merasa ragu, dan aku berniat untuk menyerahkan urusan ini kepada Roxy.

Roxy memindah tubuhku ke atas punggung kuda.

Kemudian ia juga naik dan memegang tali kekang.

Kuda itu bergerak maju.

Begitulah caraku meninggalkan rumah untuk pertama kalinya.

***

Ini pertama kalinya aku pergi keluar halaman setelah datang ke dunia ini.

Roxy perlahan-lahan melaju ke bagian dalam desa.

Dari waktu ke waktu, tampak penduduk desa dengan terang-terangan menatap ke arah kami.

Tidak mungkin.

Tubuhku menjadi tegang.

Aku masih merasa takut bila diriku dilihat oleh orang lain.

Terutama tatapan yang menghina dan merendahkan diriku.

Tentunya mereka tidak akan mencari masalah mengucapkan kata-kata hinaan kepada kami.

Mereka tak akan melakukan itu.

Mereka tak mengenalku.

Di dunia ini, hanya orang yang tinggal di rumah kecil keluarga Greyrat lah yang mengenalku.

Kenapa kalian menatapku.

Berhenti melihat-lihat, kembali bekerja sana...

......... Tidak.

Bukan aku.

Mereka menatap Roxy.

Beberapa dari mereka menyapa Roxy.

Ah, benar juga.

Di desa ini Roxy sudah memiliki posisi tersendiri.

Meskipun diskriminasi terhadap ras sihir lumayan berat di negeri ini.

Dan di wilayah terpencil seperti desa ini, perbedaan itu bahkan lebih jelas terlihat.

Dalam periode singkat selama 2 tahun, Roxy telah menjadi seorang figur dimana semua orang mau menyapanya.

Ketika aku memikirkan itu, punggung Roxy yang mungil tampak sangat bisa diandalkan.

Ia tahu kemana ia harus pergi, dan ia pun juga saling mengenal dengan para penduduk.

Jika aku menerima komentar yang tak di inginkan, ia pasti akan membelaku.

Haah, aku tak mengira, gadis muda yang satu ini, yang mengintip suatu peristiwa yang terjadi di kamar tidur tuannya pada malam hari, ternyata bisa sangat diandalkan.

Dengan demikian, ketegangan tubuhku mulai menghilang.

[Kalajav merasa bahagia. Ia merasa senang bahwa Rudei mengendarainya.]

Kalajav adalah nama kuda yang kami tunggangi.

Tentu saja, aku tidak bisa membaca suasana hati kuda itu.

[Begitukah.]

Aku menjawab secara acuh tak acuh sembari bersandar ke belakang, dan bagian belakang kepalaku menyentuh dada Roxy yang rata.

Betapa nyamannya.

Sebenarnya apa yang aku takuti.

Ini adalah desa yang sangat damai. Siapa yang akan menggangguku?

[Apa kau masih takut?]

Ia bertanya dan aku menggelengkan kepalaku.

Aku tidak takut terhadap tatapan orang lain lagi.

[Tidak, aku sudah baikan.]

[Benar kan, aku bilang apa.]

Hatiku punya lebih banyak ruang untuk bernapas.

Pemandangan yang ada di sekeliling masuk kedalam mataku.

Sawah-sawah dan rumah-rumah, seperti bintang di langit, terbentang hingga kejauhan.

Perasaan yang muncul ketika melihat sebuah desa.

Aku bisa melihat ada banyak orang dalam radius yang besar ini. Jika ada lebih banyak orang, mungkin saja desa ini akan berubah menjadi kota kecil.

Kalau ada kincir angin di sini, orang-orang mungkin bakal berpikir kalau tempat ini adalah Swiss.

Ah, ada kincir air.

Setelah bersantai, aku menjadi sadar dengan keheningan yang ada. Aku tak pernah mengalami keheningan semacam ini ketika aku sedang bersama dengan Roxy sebelumnya.

Aku tidak pernah mencoba untuk menempel sebegitu dekat dengannya. Meskipun aku masih bisa memaklumi itu, namun rasanya tetap saja membuatku malu.

Jadi aku memutuskan untuk memulai percakapan.

[Sensei, sawah ini dipakai buat menumbuhkan apa?]

[Sawah-sawah disini utamanya menumbuhkan gandum Asura, Bahan untuk roti. Ada juga sayuran hijau dan bunga Bardius dalam jumlah kecil. Bunga Bardius bisa disuling menjadi rempah-rempah di ibukota. Sisanya adalah bahan-bahan untuk makan.]

[Ah, itu cabe hijau. Sensei tidak bisa makan itu.]

[B-bukannya tidak bisa makan. Aku cuma tidak terbiasa.]

Aku terus menanyakan pertanyaan demi pertanyaan.

Hari ini, Roxy bilang bahwa ini adalah tes terakhir.

Itu artinya, pekerjaan Roxy sebagai guru privat ku akan segera berakhir.

Roxy adalah orang yang tidak sabaran. Karena hari ini adalah hari terakhir, ada kemungkinan kalau dia akan pergi meninggalkan rumah kami keesokan harinya.

Hari ini adalah hari terakhir. Mari kita ngobrol sedikit lebih banyak.

Tapi aku tidak bisa menemukan sesuatu yang menarik untuk dibicarakan, dan aku hanya bisa terus menanyakan hal-hal yang berhubungan tentang desa.

Menurut deskripsi Roxy, desa ini bernama Buina, dan termasuk dalam teritori Fedoa, yang terletak di bagian utara kerajaan Asura.

Ada sekitar 30 keluarga disini, dan kebanyakan bekerja sebagai petani.

Ayahku, Paul, adalah seorang ksatria yang diutus untuk pergi ke desa ini.

Tugasnya adalah untuk mengawasi situasi para petani, dan juga sebagai penengah ketika penduduk bertengkar, dan untuk melindungi penduduk dari magical creature. Semacam itulah pekerjaannya.

Dengan kata lain, seorang pengawal yang diakui oleh kerajaan.

Meskipun begitu, pemuda di desa ini juga turut bergantian menjaga keamanan desa.

Jadi ketika Paul menyelesaikan gilirannya di pagi hari, dia akan tinggal di rumah di siang hari.

Pada dasarnya, desa ini adalah desa yang damai, jadi tak banyak yang bisa dilakukan.

Ketika kita menyelesaikan topik-topik itu, persawahan yang ada di sekitar kami perlahan-lahan mulai berkurang.

Aku tidak punya sesuatu lagi untuk ditanyakan, dan keheningan pun terjadi selama beberapa saat.

Satu jam telah berlalu.

Tidak ada lagi sawah di sekeliling kami. Kami telah tiba di area padang rumput yang belum tersentuh peradaban.

***

Tempat ini adalah padang rumput yang membentang sampai cakrawala.

Eh bukan, di jarak terjauh, tampak tanda-tanda pegunungan yang sangat kecil.

Setidaknya pemandangan ini tidak bisa dilihat di Jepang.

Melihat padang rumput ini membuatku merasa seperti melihat sesuatu yang ada di buku-buku ilustrasi secara langsung. Kira-kira seperti padang rumput yang ada di Mongolia.

[Disini harusnya baik-baik saja.]

Roxy mengarahkan kudanya ke satu pohon yang berdiri sendirian, dan mengikat tali kekang kuda pada pohon tersebut.

Dan kemudian, ia menurunkanku dari kuda.

Kami akhirnya saling bertatapan dengan satu sama lain.

[Aku akan menggunakan sihir air tingkat Saint, Cumulonimbus. Teknik ini adalah sihir yang mampu menciptakan hujan lebat dan sambaran petir.]

[Ya.]

[Coba tiru apa yang aku lakukan.]

Menggunakan sihir air tingkat Saint.

Jadi ini yang menjadi konten dari tes kelulusan.

Roxy akan menggunakan mantera terbesarnya. Jadi bila aku mampu mempelajarinya, Roxy tidak akan memiliki ilmu lain untuk diajarkan kepadaku.

[Karena aku hanya memberi contoh, aku hanya akan mempertahankan sihir ini selama semenit sebelum menghilangkannya, dan kemudian...... Kau lulus jika kau bisa membuat hujan buatanmu bertahan selama satu jam.]

[Apa karena itu adalah teknik rahasia, jadi Sensei hanya mau menggunakannya di tempat yang tidak ada orangnya?]

[Tidak. Aku khawatir orang-orang akan terluka dan sayuran yang ditanam oleh petani menjadi rusak.]

Oh.

Jadi kekuatan hujan sihir ini setingkat dengan bencana alam?

Itu menakjubkan.

[Aku mulai.]

Roxy mengangkat tangannya ke atas.

[Oh, roh air yang hebat, putra dari kaisar petir yang ada di atas langit!! Penuhilah keinginanku, turunkan hujan berkahmu, dan tunjukan aku kekuatanmu pada eksistensi yang kecil ini! Biarkan palu dewamu memukul landasan, dan demonstrasikan kekuasaanmu, dan tenggelamkan bumi dengan air!! Ah, hujan!! Hancurkan dan sapu habis segalanya!!

Cumulonimbus!!]

Ia membaca setiap kata seperti nyanyian.

Panjangnya lebih dari satu menit.

Langit langsung berubah menjadi gelap di saat rapalan mantera itu berakhir.

Beberapa detik kemudian -------- Hujan deras turun dari langit.

Angin kencang bertiup di sekitar kami, dan ada sambaran petir muncul di tengah-tengah awan gelap.

Diantara bunyi hujan yang kedengarannya seperti air terjun, rentetan petir berwarna ungu merambat di awan-awan, dan menyebabkan bunyi dentuman yang keras.

Listrik diantara awan-awan itu perlahan menjadi lebih kuat.

Petir itu terus tumbuh menjadi lebih besar, dan membuat cahaya yang dipancarkan menjadi lebih kuat.

------- Petir itu menyambar tanah.

Krash!!

Dan petir itu menyambar sebuah pohon.

Gendang telingaku berdengung, dan mataku berputar-putar.

Aku hampir pingsan.

[Ah!!]

Itu adalah suara yang dikeluarkan Roxy ketika ia membuat kesalahan.

Awan di langit menghilang dalam sekejap.

Petir dan hujan berhenti.

[Uwawa..........]

Wajah Roxy berubah hijau saat ia berlari menuju pohon.

Aku memandang ke arah yang ia tuju. Kuda yang kami bawa telah roboh dengan asap keluar dari seluruh tubuhnya.

Roxy menaruh tangannya ke atas kuda, dan mulai membaca mantera.

[Oh dewa yang bermurah hati, tolong sembuhkan luka yang satu ini, dan biarkan dirinya pulih dengan tubuh sehat, EXHealing.]

Roxy menggunakan healing magic tingkat intermediate dengan panik, dan setelah beberapa saat, kuda itu bangkit.

Sepertinya kuda itu tidak mati.

Healing magic tingkat intermediate tidak bisa membangkitkan mereka yang sudah mati.

Kuda itu menunjukan ekspresi ketakutan, dan keringat dingin mengucur deras di dahi Roxy.

[Phew, phew........ Itu berbahaya.]

Kuda ini adalah satu-satunya kuda yang dimiliki oleh keluarga kami.

Paul merawatnya setiap hari, dan kadang-kadang akan mengendarainya untuk berpergian jauh dengan tersenyum…

Meskipun kuda itu bukan dari keturunan yang terkenal, tapi kuda itu adalah kawan lama Paul. Bahkan bisa dibilang kecintaan Paul terhadap si kuda hanya setingkat lebih rendah dari kecintaannya terhadap Zenith. Sebegitu pentingnya lah kuda itu bagi Paul.

Tentu saja, Roxy yang telah tinggal dengan kami selama 2 tahun, mengetahui itu.

Aku juga tahu, bahwa Roxy pernah menyaksikan Paul seperti sedang kesurupan sambil bergelantungan pada punggung kuda, dan menjadi terkejut olehnya.

[Kumohon, jaga rahasia ini?]

Roxy mengatakan itu dengan suara seperti hendak menangis.

Ia sedikit ceroboh.

Tapi ia bekerja keras. Aku juga mengetahui bahwa ia begadang sampai malam untuk menyiapkan bahan untuk mengajariku di keesokan harinya.

Aku juga tahu bahwa ia tidak ingin di pandang rendah karena usia mudanya, dan selalu mencoba untuk tampil dengan penuh wibawa.

Aku benar-benar suka penampilan itu.

Kalau saja perbedaan usia kami tidak terlalu besar, aku ingin menikah dengannya.

[Jangan khawatir, aku tak akan memberitahu ayah.]

[Uuuu........ Terima kasih.]

Kalau saja kita bertemu dalam usia yang sama.

[Uuu........]

Meskipun Roxy dalam keadaan setengah menangis, ia dengan cepat menggelengkan kepalanya, menampar pipinya sendiri, dan menatapku dengan ekspresi serius.

[Kalau begitu, maju dan cobalah. Aku akan menjaga Kalajav.]

Saat ini kuda itu masih menunjukan ekspresi takut dan siap untuk lari kapanpun, tapi Roxy memegang erat tali kekangnya dengan seluruh tenaga yang ada di tubuh mungilnya.

Meskipun aku merasa bahwa Roxy tak akan bisa menahan si kuda bila ia benar-benar ingin lari, tetapi kuda itu perlahan menjadi tenang. Roxy mempertahankan posisinya dan mulai merapal sesuatu.

Dan kemudian mereka berdua di tutupi oleh dinding yang terbuat dari tanah.

Benteng yang terbuat dari tanah telah selesai dengan cepat.

Itu adalah sihir tanah tingkat advanced, Earth Fortress.

Dengan begitu, mereka akan tetap baik-baik saja sekalipun terkena sambaran petir.

Oke, waktunya untuk mulai.

Tunggu sebentar, kalau tak salah manteranya adalah.......

[Oh, roh air yang hebat, putra dari kaisar petir yang ada di atas langit!! Penuhilah keinginanku, turunkan hujan berkahmu, dan tunjukan aku kekuatanmu pada eksistensi yang kecil ini! Biarkan palu dewamu memukul landasan, dan demonstrasikan kekuasaanmu, dan tenggelamkan bumi dengan air!! Ah, hujan!! Hancurkan dan sapu habis segalanya!!

Cumulonimbus!!]

Aku mengatakan itu semua dalam satu kali napas.

Awan-awan mulai berkumpul.

Pada waktu yang sama, aku memahami Cumulonimbus.

Menciptakan awan di suatu tempat di tengah stratosfer, dan juga membuatnya bergerak secara rumit untuk membentuk badai awan. Mungkin sesuatu seperti itu lah.

Jika mana tidak di tuangkan dalam formasi tersebut, awan di atas akan berhenti dan menghilang.

(Lupakan tentang mana, mengangkat tangan selama 1 jam itu terlalu melelahkan...)

Eh, tunggu dulu.

Seorang penyihir memerlukan jiwa yang kreatif dan suka meneliti.

Apa memang aku harus mempertahankan postur tubuhku seperti mengumpulkan bola energi(dragon ball, jurusnya goku) selama satu jam penuh

Itu benar, ini adalah ujian.

Ini bukan tentang mempertahankan posisi yang sama, tapi tentang menggunakan melded magic setelah membuat awan untuk menyokong mereka.

Hal itu nyaris luput dalam pikiranku. Hal-hal yang telah aku pelajari harus aku gunakan.

[Coba aku pikir. Aku pernah melihat ini sebelumnya di tv. Proses terbentuknya awan -------]

Masih ada beberapa awan yang diciptakan Roxy sebelumnya.

Yang aku lihat di tv adalah sesuatu tentang bagaimana uap air membumbung keatas. Untuk membuat aliran udara naik secara pasti, aku harus membuat bagian bawah aliran udara itu menjadi hangat, kira-kira seperti itu.

Dan aku harus bisa memastikan kalau bagian atas aliran udara bisa dengan cepat didinginkan...

Saat aku mencoba untuk melakukan itu, ternyata setengah dari total mana yang aku miliki berkurang.

Tapi kalau aku melakukannya dengan cara seperti ini, maka sihir ku akan bisa bertahan selama lebih dari satu jam.

Saat aku melihat badai hujan itu, aku memasuki benteng yang dibuat oleh Roxy dengan puas.

Roxy duduk di sudut benteng yang gelap, tangannya tetap memegangi tali kekang kuda.

Ia melihatku dan mengangguk.

[Benteng ini akan menghilang setelah satu jam, kau bisa menghentikan sihirmu sebelum waktunya tiba.]

[Oke.]

[Jangan khawatir. Kalajav baik-baik saja.]

[Oke.]

[Jangan terus bilang oke. Kau perlu mengendalikan awan-awan diluar dengan serius selama satu jam.]

Hm?

[Apa aku perlu mengendalikannya?]

[Hm? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?]

[Tapi apa perlu untuk aku mengendalikannya?]

[Tentu saja, sihir air tingkat Saint itu sama seperti sihir yang lain. Jika kau tidak mempertahankannya dengan mana, angin akan meniupnya ke tempat lain.]

[Tapi aku sudah mengaturnya agar sihirku tak bisa tertiup angin.....?]

[Huh? Apa......!?]

Roxy tampaknya menyadari sesuatu, dan ia berlari keluar benteng.

Benteng yang ia buat dengan segera runtuh.

Hei hei, bukannya kau harus terus mengendalikan benteng itu?

Kalajav bakal terkubur hidup-hidup.

[Arara.]

Aku dengan cepat mengambil alih dan pergi keluar benteng.

Roxy menatap langit dengan tatapan kosong.

[....... Jadi begitu, putaran tornado akan membawa awan naik....!!]

Langit terisi dengan awan yang terus membesar yang aku ciptakan.

Aku pikir aku menyelesaikan tugas ini dengan sangat baik.

Aku pernah melihat pertunjukan entah apa itu di masa lalu, yang menggunakan sains untuk menjelaskan proses yang ada di balik terciptanya tornado besar.

Meskipun aku tidak benar-benar mengingat isinya.

Aku hanya mencobanya dengan bergantung pada naluri yang kumiliki, dan pada akhirnya sepertinya aku telah berhasil melakukannya dengan sangat baik.

[Rudei. Kau lulus.]

[Eh? Tapi ini belum satu jam?]

[Tidak perlu menunggu. Sudah cukup kalau kau bisa melakukannya seperti ini. Tapi bisakah kau membuatnya menghilang?]

[Ah, ya. Walaupun aku perlu sedikit waktu.]

Aku menurunkan temperatur di bagian bawah dimana badai berada, sambil menaikan temperatur pada bagian atas. Kemudian menciptakan aliran udara yang mengarah ke tanah, sebelum akhirnya menggunakan sihir angin untuk meniup awan pergi dengan paksa.

Roxy dan aku basah kuyup ketika aku menyelesaikan proses itu.

[Selamat. Kau sekarang adalah penyihir tingkat Water Saint.]

Bishoujo yang ada didepanku yang ujung rambutnya meneteskan air, mengucapkan kalimat itu padaku dengan senyuman jarang terlihat.


Aku yang tidak pernah mencapai apapun dalam hidupku, akhirnya berhasil meraih prestasi.

Perasaan yang aneh tampak menyebar keluar dari perutku.

Aku tahu perasaan ini.

Itu adalah kepuasan.

Aku akhirnya merasakannya dalam momen ini, bahwa ini adalah [Langkah Pertama] ku setelah datang ke dunia ini.

***

Di hari berikutnya, Roxy, yang tak banyak berubah selama 2 tahun tinggal bersama kami, mengemas barang-barannya dan berdiri di depan gerbang rumah.

Orang tuaku juga tidak berubah terlalu banyak sejak Roxy datang kemari.

Hanya aku satu-satunya yang bertambah tinggi.

[Roxy, tak apa-apa kok kalau kau ingin terus tinggal di rumah kami. Ada banyak masakan yang masih belum aku masakkan untukmu......]

[Benar. Bahkan jika pekerjaanmu sebagai guru privat selesai, kau telah melakukan banyak hal untuk kami selama kau tinggal disini. Penduduk desa pasti akan menyambutmu dengan senang hati.]

Orang tuaku mencoba untuk membuat Roxy bertahan di sini.

Entah sejak kapan, namun hubungan Roxy dan orang tuaku menjadi dekat.

Yah, Roxy selalu memiliki waktu luang dari siang sampai malam. Kalau dia melakukan sesuatu setiap harinya, seharusnya ia akan mendapat banyak hubungan dengan orang lain.

Hal yang berbeda dari seorang protagonis dalam sebuah game, yang harus melakukan banyak hal agar status mereka berubah.

[Tidak. Aku berterima kasih atas ajakan kalian, tapi situasi ini membuatku menyadari kelemahanku. Aku akan berkeliling dunia dan mengasah kemampuan sihirku.]

Ia sepertinya menerima shok ketika aku berhasil mengejar tingkatannya dalam waktu singkat.

Ia pernah bercerita padaku sebelumnya, bagaimana ia membenci murid yang mampu melampaui gurunya.

[Oh begitu. Yah, mau bagaimana lagi. Aku minta maaf, tampaknya anak kami telah membuatmu kehilangan kepercayaan diri.]

Paul, apa-apaan sih yang kau katakan.

[Tidak, peristiwa ini telah membuatku belajar agar tidak terlalu menyombongkan diri. Sebenarnya aku sangat berterima kasih karenanya.]

[Kau bisa merasa bangga karena dirimu mampu menggunakan sihir air tingkat Saint.]

[Aku mengerti bahwa sekalipun kau tidak bergantung pada ajaran orang lain, jika kau menerapkan kreatifitas pada sihirmu, kau akan bisa menciptakan sihir yang bahkan lebih kuat.]

Roxy tersenyum pahit sambil mengelus kepalaku.

[Rudei. Meskipun aku berusaha sekeras mungkin, saat ini aku tidak bisa mengajarimu lebih banyak lagi dengan pengetahuan yang aku miliki sekarang.]

[Ini tidak benar. Sensei memberiku banyak hal.]

[Aku merasa puas mendengarmu mengatakan itu..... Oh iya.]

Roxy merogoh-rogoh mantelnya dengan tangannya, dan mengeluarkan sesuatu yang diikat dengan pita.

[Selamat atas kelulusanmu. Karena aku tidak punya banyak waktu untuk mempersiapkan hadiah, meskipun tidak terlalu bagus, tapi tolong terima ini.]

[Ini.......?]

[Amulet perlindungan Migurd. Kalau kau bertemu dengan ras demon yang tak bersahabat, kau bisa menunjukkan amulet ini dengan menyebutkan namaku, dan kau mungkin akan bisa berkomunikasi dengan lebih baik........ Mungkin.]

[Aku akan merawatnya dengan hati-hati.]

[Itu hanya kemungkinan lho. Jangan terlalu mempercayainya.]

Roxy tersenyum di saat terakhir dan berangkat pergi meninggalkan kami.

Aku tidak tahu sejak kapan air mataku mulai mengalir.

Ia benar-benar memberiku banyak hal.

Pengetahuan, pengalaman, teknik...........

Kalau aku tidak bertemu dengannya, aku mungkin masih akan belajar dengan cara yang tak efisien, dan hanya bergantung pada buku panduan sihir.

Dan yang terpenting, ia mengajakku keluar.

Ke dunia luar.

Hanya itu.

Roxy telah membawaku keluar.

Peristiwa ini memiliki arti yang sangat penting.

Roxy hanya tinggal di desa ini selama 2 tahun.

Roxy, yang tidak terlalu ahli dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Sebagai seseorang yang datang dari ras sihir, para penduduk desa tidak mungkin memperlakukan Roxy dengan baik.

Yang membawaku keluar rumah bukanlah Paul atau Zenith, melainnkan Roxy. Itu benar-benar berarti bagiku.

Dia hanya membawaku keluar dari desa.

Namun melangkah keluar dari gerbang rumah saja adalah bayangan yang terukir dalam-dalam di benakku.

Dan Roxy berhasil menyembuhkannya.

Hanya dengan menunggangi kuda melewati desa.

Hatiku telah dibebaskan dari kegelapan.

Ia tidak punya maksud untuk membuatku menjadi orang yang lebih baik.

Tapi tidak dapat disangkal bahwa ia lah yang menghilangkan bayangan kelam yang ada di dalam hatiku.

Aku kembali melangkah keluar gerbang rumah kemarin ketika hujan turun.

Hanya ada tanah.

Tanah biasa.

Aku tidak gemetar.

Aku akhirnya bisa berjalan keluar.

Ia melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan orang lain sebelumnya.

Bahkan orang tuaku atau saudaraku tak pernah melakukan itu di kehidupanku yang dulu.

Roxy melakukannya.

Mengemban tanggung jawab untuk memberiku keberanian tanpa memarahiku.

Ia tidak melakukan itu secara sadar.

Aku mengerti itu.

Ia melakukannya untuk dirinya sendiri.

Aku tahu itu.

Tapi, aku tetap menghormatinya.

Aku menghormati gadis kecil itu.

Aku berjanji di dalam hatiku untuk memberinya penghormatan sampai figurnya menghilang di kejauhan.

Tanganku memegang staff dan amulet yang diberikan oleh Roxy kepadaku.

Dan juga berbagai pengetahuan yang telah ia ajarkan kepadaku.

Aku tiba-tiba ingat.

Celana dalam yang belum dicuci dan aku curi dari Roxy masih ada di dalam kamarku.

Aku minta maaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar