Jumat, 10 Oktober 2014

Mushoku Tensei 8

[Web Novel 8] Insensitif


Umurku sekarang 6 tahun.

Tak ada banyak perubahan dalam gaya hidupku.

Aku berlatih ilmu pedang di pagi hari. Kalau aku sedang tak ada kerjaan di siang hari, aku akan menginvestigasi daerah sekeliling atau latihan sihir di bukit yang ada pohon besarnya.

Mempercepat ayunan pedang dengan meledakkan angin, menciptakan gelombang agar tubuhku bisa berubah arah dengan tajam, menciptakan pasir hisap untuk mengganggu langkah lawan…

Beberapa orang mungkin berpikir bahwa ilmu pedang tak akan menjadi lebih baik bila mereka terus-terusan menggunakan teknik kotor.
Tapi aku tak berpikir seperti itu.

Ada dua cara yang tersedia untuk menjadi ahli dalam game bergenre fighting.

Yang pertama adalah dengan mencari cara agar yang lemah bisa mengalahkan yang kuat.

Yang kedua adalah dengan berlatih dan meningkatkan kemampuanku.

Saat ini aku memikirkan opsi yang pertama.

Tujuanku adalah untuk mengalahkan Paul.

Paul itu sangat kuat. Meskipun ia tidak cukup dewasa sebagai seorang ayah, namun sebagai pendekar tebang, dia sangat ahli.

Kalau aku lebih memilih opsi kedua dan melatih tubuhku dengan sungguh-sungguh, memang mungkin bagiku untuk menang cepat atau lambat.

Umurku sekarang 6. Setelah 10 tahun, umurku akan menjadi 16, dan Paul 35.

Dan setelah 5 tahun lagi, umurku akan menjadi 21, dan Paul 40.

Tak ada artinya kalau aku menag “cepat atau lambat” dalam gaya seperti ini.

Kalau aku mengalahkan lawan yang masa jayanya sudah berakhir, dia hanya akan memberi alasan seperti [Haah, kalau saja aku masih bertugas……]

Hanya ada artinya bila aku mengalahkan lawanku ketika ia sedang berada dalam kondisi puncaknya.

Paul sekarang berumur 25 tahun.

Meskipun dia sudah tak lagi bertugas, kondisi tubuhnya sekarang sedang berada dalam puncaknya. Aku berharap untuk menang melawannya, paling tidak sekali selama 5 tahun mendatang.

Kalau bisa sih aku ingin menang dengan menggunakan ilmu pedang. Kalau memang tidak kesampaian, aku akan menambahkan sihir dan bertarung dalam jarak dekat.

Ketika aku memikirkan itu, hari ini aku kembali berlatih melawan bayangan Paul yang ada di dalam pikiranku.

***

Kalau aku pergi ke bukit yang ada pohon besarnya itu, kemungkinan besar aku akan bertemu dengan Sylph.

[Maaf, apa kamu sudah menunggu lama?]

[Nggak, aku juga baru datang.]

Setelah mengucapkan kalimat yang mirip dengan yang biasa diucapkan oleh orang yang sedang pacaran ketika bertemu, kami mulai bermain bersama-sama.

Pada mulanya, si bocah Somar dan teman-temannya akan datang menghampiri kami. Bahkan terkadang ada anak SD kelas atas(skitar kls 6 mungkin) yang ikut bergabung dengan mereka, namun mereka semua berhasil kami pukul mundur. Tiap kali itu terjadi, ibunya Somar bakal datang ke rumah kami untuk membuat keributan.

Aku akhirnya tahu penyebabnya. Meskipun ibunya Somar mengaku tengah membicarakan insiden yang dialami oleh anaknya, tapi sebenarnya dia menyukai Paul. Pertengkaran anak-anak hanyalah alasan agar dia bisa menemui Paul. Benar-benar hal yang bodoh.

Somar mungkin merasa sangat jengkel, karena tiap kali ia mendapat luka, ia akan dibawa ke rumah kami. Sepertinya ia memang tak mencoba untuk memalsukan luka yang ia derita. Kalau dipikir-pikir, rasanya aku malu juga karena telah menuduhnya seperti itu.

Mereka telah kami pukul mundur sebanyak 5 kali.

Pada suatu hari, secara mendadak mereka berhenti mengganggu kami. Terkadang mereka akan melihat kami bermain dari jauh, namun mereka tak mau mengucapkan sepatah kata pun bila mereka bertemu dengan kami.

Sepertinya mereka sudah memutuskan untuk benar-benar mengabaikan kami.

Dengan begitu, tampaknya insiden tersebut telah diselesaikan, dan pohon besar yang ada di bukit telah menjadi daerah kekuasaan kami.

***

Berikutnya, terlepas dari bocah-bocah itu, aku akan bercerita tentang Sylph.

Aku mulai mengajarinya sihir dengan kedok bermain.

Kalau dia bisa mengontrol sihir, maka harusnya dia akan bisa melawan bocah-bocah nakal itu sendirian.

Pada mulanya, Sylph hanya bisa menggunakan sihir tingkat elementary 5 sampai 6 kali sebelum kehabisan nafas, namun dalam waktu 1 tahun, kapasitas mana yang ia miliki telah tumbuh dengan banyak. Bahkan sekalipun ia berlatih sihir selama setengah hari, ia tak akan mendapat masalah.

[Ada batasan untuk kapasitas mana.]

Hanya ada sangat sedikit kebenaran dalam kalimat di atas.

Tapi sihir adalah hal yang berbeda.

Sylph sangat lemah dalam sihir api. Dia sangat ahli dalam sihir angin dan air, tapi dia benar-benar tak ahli soal sihir api.

Kenapa? Apa karena ada darah Elf yang mengalir di tubuhnya?

Bukan.

Dalam salah satu kelas sihir Roxy, aku mempelajari adanya [specialization system] dan [weak system].

Kalau dilihat dari kata-kata itu, semua orang memiliki specialization system dan weak system masing-masing.

Pernah sekali aku menanyainya, [Sylph, apa kau takut api?]

Meskipun dia menjawab [Tidak.], ketika ia menunjukkan telapak tangannya kepadaku, aku melihat ada luka bakar di sana.

Ketika dia masih berumur 3 tahun, dan kedua orangnya lalai dalam memperhatikannya, Sylph menggenggam tongkat panas dari logam yang ada di perapian dengan tangannya.

[Tapi aku sudah nggak takut itu lagi.]

Meskipun dia mengatakan itu, mungkin di bawah alam sadarnya, ia masih merasa takut.

Pengalaman itu mungkin akan berpengaruh kepada weak system yang ia miliki.

Kalau aku lihat para Dwarf, ada banyak dari mereka yang memiliki air sebagai weak system mereka.

Para Dwarf umumnya hidup di dekat area pegunungan, dan memiliki tanah sebagai rekan mereka. Ketika mereka tumbuh besar, mereka akan belajar ilmu pandai besi dari ayah mereka, dan hidup dengan menggali batu mineral sehari-harinya, jadi afinitas mereka lebih condong ke arah api dan tanah. Namun, aktifitas mereka di pegunungan pasti akan sering ditemui oleh sumber air panas yang muncul mendadak, atau banjir bandang yang disebabkan hujan deras. Jadi intinya, mereka sangat lemah terhadap air.

Mungkin sistemnya seperti itu, dan tak ada hubungannya dengan ras.

Sebagai tambahan, aku tak memiliki satupun weak system.

Itu karena aku dibesarkan dalam kondisi yang nyaman.

Kau tak benar-benar membutuhkan api untuk menciptakan angin atau air hangat.

Namun mengajari Sylph konsep seperti itu lumayan merepotkan, jadi aku cukup membuatnya belajar sihir api. Tak ada ruginya bila dia bisa menggunakan api kapanpun ia mau. Bakteri salmonella akan mati bila kau bisa menghangatkan sesuatu. Orang juga tentunya tak mau mati keracunan gara-gara makanan, jadi mereka harus memasaknya secara menyeluruh.

Kalau kau menggunakan sihir elementary untuk menawar racun, kebanyakan racun akan bisa dinetralkan.

Meskipun Sylph mengalami kesulitan, dia tak pernah mengeluh dan tetap terus berlatih.

Itu karena dia lah yang meminta ku untuk mengajarinya.

Sylph, yang mengerutkan dahinya sembari menggunakan tongkatku (yang diberikan kepadaku oleh Roxy) dan buku panduan sihirku (diambil dari rumah), kelihatan benar-benar cantik.

Bahkan seorang pria seperti ku pun berpikir seperti itu. Dia pasti akan jadi orang yang sangat populer di masa depan.

(Hati yang cemburu adalah hati seorang ayah.)*Referensi manga Totsugeki! Pappara Tai

Suara seperti itu mendadak lewat di dalam pikiranku. Aku dengan cepat menggelengkan kepalaku.

Nggak, nggak. Cemburu tak ada artinya. Ditambah lagi, memang strategi ku seperti ini.

Strategi menarik perhatian cewek dengan menggunakan Ikemen.(ikemen=cowok keren)

Dengan Sylph sebagai ikemen, dan aku sebagai cowok biasa, gadis-gadis akan mengerumuniku, lalala.

[Hey, Rudi. Bagaimana caramu membaca ini?]

Saat aku bernyanyi di dalam hati, Sylph menggunakan jarinya untuk menunjuk ke halaman buku yang terbuka, sambil mendongak untuk menatapku.

Tatapan itu terlalu kuat. Situasi darurat. Tatapan itu benar-benar membuatku ingin memeluk dan menciumnya.

Berjuanglah Rudi, lawan nafsumu!

[Itu adalah Snow avalanche.](longsor salju)

[Apa artinya itu?]

[Itu merujuk kepada salju dengan jumlah banyak yang telah banyak terkumpul di sebuah lereng. Ketika lereng itu sudah tak sanggup menahan beban salju, lereng itu akan runtuh. Di musim salju, terkadang ada salju yang turun dari genteng kan? Sihir ini adalah versi yang lebih besar.]

[Jadi begitu… Keren. Pernahkah kamu melihat itu sebelumnya?]

[Longsor salju? Tentu saja… belum.]

Aku cuma pernah melihatnya di televisi.

Aku membiarkan Sylph mempelajari buku panduan sihir. Pada waktu yang sama, aku bisa mengajarinya tentang bagaimana cara untuk membaca buku itu dan untuk menulis huruf. Mempelajari bahasa tak ada ruginya kan?

Meskipun aku tak tahu seberapa besar angka keaksaraan yang ada di dunia ini, tapi sudah pasti angkanya akan berbeda dari Jepang yang hampir mencapai 100%.

Tak ada sihir yang bisa membuat orang memahami bahasa yang ada di dunia ini.

Makin rendah angka keaksaraan, makin penting untuk mempelajarinya.

[Aku mengerti!!]

Sylph mengeluarkan teriakan kemenangan. Aku melihatnya sukses menggunakan sihir tingkat intermediate, Ice Pillar.  Sebuah pilar es yang besar mencuat dari tanah, dan tampak berkilauan di bawah cahaya matahari.

[Kau sudah sangat terbiasa dengan sihir, hmm.]

[Yup!! ……Tapi buku ini gak punya sihir yang digunakan Rudi?]

Sylph memiringkan kepalanya dan bertanya.

[Hm?]

Aku ingat dia pernah berbicara tentang sihir yang pernah aku gunakan sebelumnya. Soal insiden air panas.

Aku membolak-balik halaman buku panduan sihir dan menunjuk dua tempat yang berbeda.

[Ditulis disini. Waterfall dan Heat Hands.]

[……?]

[Gunakan keduanya bersama-sama.]

[……?]

Sylph masih memiringkan kepalanya.

[Bagaimana caramu merapal mantera keduanya pada waktu yang sama?]

Sial. Aku menjelaskannya berdasarkan instingku. Itu benar, buku itu tak menjelaskan tentang bagaimana caranya untuk merapal dua mantera yang berbeda pada waktu yang sama……

Sekarang aku tak bisa menertawakan Paul karena ia mengajari orang dengan menggunakan insting.

Aku mendemonstrasikan voiceless incantation sembari menggunakan 2 sihir pada waktu yang sama.

Mata Sylph membelalak. Voiceless incantation sudah pasti dianggap sebagai keahlian tingkat tinggi di dunia ini. Roxy tak bisa melakukan itu, dan kabarnya hanya ada 1 guru di universitas sihir yang mampu melakukannya.

Jadi aku seharusnya tak perlu mengajarkan voiceless incantation, tapi melded magic yang diajarkan Roxy.

Secara pribadi sih aku tak menganggap itu sebagai sesuatu yang terlalu sulit, tapi mendapatkan hasil yang sama rasanya sudah cukup.

[Ajari aku itu.]

[“Itu” maksudnya?]

[Yang kamu gak perlu bicara waktu menggunakan sihir.]

Tapi Sylph tak berpikir seperti itu.

Tentu saja, menggunakan 2 sihir pada waktu yang sama kelihatan lebih bagus daripada membaca mantera 2 sihir yang berbeda.

Hmm…… yasudah lah, kalau aku benar-benar tak bisa mengajari Sylph, toh dia bakal milih metode melded magic sendiri.

[Hmm, tentu. Munculkan aja perasaan yang sama ketika kamu menggunakan sihir. Kumpulkan mana dari dalam tubuhmu menuju ujung jarimu, dan coba gunakan sihir dengan merapal mantera agar kamu bisa meniru perasaan yang kamu dapat. Setelah kamu mengumpulkan mana, coba ingat-ingat sihir apa yang kamu gunakan dan keluarkan sihir itu dari tanganmu. Coba lakukan itu. Mulai dengan water bullet.]

Apa aku mengajarinya dengan baik?

Aku tak bisa menerangkannya dengan baik kepada Sylph.

Sylph menutup kedua matanya sambil menggumam [hmmm], lalu ia memutar-mutar tubuhnya seperti sedang melakukan tarian yang aneh.

Mencoba untuk melakukan sesuatu dengan hanya berdasarkan perasaan itu sulit.

Voiceless incantation di proses di dalam pikiran, yang artinya, setiap orang akan memiliki metode masing-masing yang berbeda dari satu sama lain.

Aku merasa bahwa fondasi adalah hal yang penting, jadi aku membiarkan Sylph menggunakan mantera untuk menggunakan sihir selama setahun penuh.

Seperti yang kuduga, rasanya pasti akan lebih sulit untuk menggunakan voiceless incantation ketika kau sudah terbiasa merapal mantera. Ibaratnya seperti, kau sudah terbiasa melakukan hal apapun dengan menggunakan tangan kanan, kemudian kau dipaksa untuk menggunakan tangan kirimu. Perubahan yang mendadak seperti itu adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dicerna.

[Aku berhasil! Aku berhasil Rudi!!]

Namun ternyata situasi tidak berjalan seperti yang aku bayangkan.

Sylph berteriak kegirangan sambil mengeluarkan water bullet berulang-ulang.

Meskipun dia terus menggunakan mantera, mungkin itu karena ia baru melakukannya selama setahun. Sama seperti melepaskan roda latihan dari sepeda pancal. Kepekaan yang dimiliki anak yang masih muda. Atau mungkinkah itu bakat terpendam Sylph?

[Bagus. Baiklah kalau begitu, ayo coba semua sihir yang sudah kamu pelajari dengan voiceless incantation.]

[Ya!!]

Yah pokoknya, akan lebih mudah bagiku untuk mengajarinya sihir kalau ia tahu bagaimana cara menggunakan voiceless incantation.

Itu karena aku membiarkannya melakukan hal yang aku lakukan.

[Hm?]

Tiba-tiba, gerimis mulai turun.

Aku mendongakkan kepalaku. Langit sudah tertutup oleh awan-awan gelap.

Pada momen berikutnya, hujan deras turun menimpa kami.

Biasanya aku memperhatikan cuaca dengan baik agar kami bisa pulang ke rumah sebelum hujan turun, tapi aku agak teledor ketika Sylph berhasil menggunakan voiceless incantation.

[Ah---- ah, hujan ini benar-benar deras.]

[Rudi, kau bisa membuat hujan, jadi tak bisakah kamu menghentikannya?]

[Meskipun aku bisa melakukan itu, tapi kita sudah terlanjur basah. Lagian, tanaman yang ada di sawah tak akan bisa tumbuh kalau mereka tak menerima air hujan. Aku tak akan mencampuri urusan cuaca, kecuali ada yang mengeluh kalau cuacanya terlalu buruk.]

Kami berlari ke arah rumah keluarga Greyrat sambil berbicara satu sama lain.

Itu karena rumah Sylph sangatlah jauh.

***

[Aku pulang]

[M-maaf kalau mengganggu……]

Saat aku memasuki gerbang rumah, aku melihat si pembantu Lilia sedang berdiri di depan pintu sambil membawa handuk berukuran besar.

[Selamat datang kembali, tuan Rudeus…… dan juga temanmu. Air panas sudah disiapkan. Sebelum kamu terkena demam, tolong naiklah ke lantai 2 dan keringkan tubuhmu. Tuan dan nyonya akan segera kembali, dan aku harus bersiap-siap untuk menyambut kedatangan mereka. Apa kau akan baik-baik saja sendirian?]

[Tak masalah.]

Lilia mungkin sudah menduga bahwa kami akan datang dengan kondisi basah kuyup. Meskipun ia tak terlalu banyak bicara, khususnya denganku, tapi aku tahu kalau dia jelas merupakan pembantu yang cakap. Bahkan meskipun aku tidak menyuruhnya, Lilia langsung mengambil handuk berukuran besar lain ketika ia melihat Sylph.

Kami melepas sepatu kami dan berjalan dengan tanpa alas kaki, mengeringkan rambut dan kaki kami selagi naik ke lantai 2.

Segera setelah aku masuk ke dalam kamar, aku melihat ada barel besar berisi air panas. Di dunia ini, jangankan mandi pakai air pancuran, budaya untuk menggunakan bak mandi saja tidak ada, jadi untuk menggosok dan membersihkan tubuh, kami hanya bisa menggunakan barel berisi air itu.

Menurut Roxy, sepertinya ada sumber air panas di luar sana.

Yah, untuk ku, yang tak suka mandi, ini saja sudah cukup.

[Hm?]

Saat aku melepaskan pakaianku sampai aku bugil, Sylph tampak seperti sedang gelisah dan warna pipinya berubah menjadi merah.

[Ada apa? Kalau kamu gak melepas bajumu, kamu bakal kena demam kan?]

[EH? Mmm, mm……]

Tapi Sylph masih tak bergerak. Apa dia merasa malu kalau ia harus melepas pakaiannya di hadapan orang lain……

Atau jangan-jangan dia tak mengerti cara untuk melepas bajunya sendiri? Mau gimana lagi yah, toh dia masih anak umur 6 tahun.

[Nih, angkat tanganmu.]

[Tapi…… Erm……]

Aku membiarkan Sylph untuk mengangkat kedua tangannya, dan kemudian aku melepas baju yang ia pakai.

Kulitnya yang putih tanpa otot muncul di hadapanku. Ketika aku mencoba untuk melepas celananya, ia menggenggam kedua tanganku.

[J-jangan……]

Apa dia merasa malu kalau anunya dilihat oleh orang lain?

Aku juga sama seperti itu ketika aku masih muda. Saat aku masih sekolah di TK, aku benar-benar merasa malu saat anu ku di lihat oleh anak-anak lain yang umurnya sama denganku ketika kami mandi bugil setelah pelajaran renang selesai.

Tapi tangan Sylph terasa dingin. Kalau situasi ini berlanjut, dia akan benar-benar terkena demam.

Aku menarik dan melepas celananya dengan kuat.

[B…… berhenti……]

Saat aku berusaha untuk menggapai celana dalamnya, ia memukul kepalaku.

Sylph tampak melotot ke arahku dengan mata berkaca-kaca saat aku mendongak.

[Aku nggak akan menertawaimu…]

[B-bukan soal itu…… J-JANGAN……!!]

Dia benar-benar menolak usahaku dengan gigih. Ini adalah pertama kalinya aku melihat Sylph menolak sesuatu sampai sebegitunya.

Aku merasa sedikit terkejut.

Apa ada sebuah aturan yang menyebutkan bahwa Elf tak boleh dilihat saat sedang telanjang?

Kalau memang benar begitu, berarti menelanjanginya dengan paksa itu bukanlah hal yang bagus…

[Oke, oke, aku mengerti. Tapi kamu mesti janji. Kamu harus berganti pakaian setelah ini. Celana dalam yang basah itu benar-benar gak nyaman, dan kalau tubuhmu nanti jadi terlalu dingin, perutmu mungkin akan sakit.]

[Oke……]

Aku melepaskan genggamanku dari celana dalamnya, dan Sylph mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca.

Dia benar-benar manis. Aku benar-benar ingin memiliki hubungan yang bagus dengan anak semanis ini.

Tiba-tiba, di dalam benakku, aku mendapat keinginan untuk mengerjai Sylph.

Bukannya tak adil kalau cuma aku yang telanjang?

[Celah!]

Aku melepas celana dalam Sylph dengan sekali sambar.

Keluarlah!! Bandulan kecil!!

[E……….i. TIDAAAAAAAAAK!]

[………..Eh?]

Sylph berteriak.

Segera setelahnya, ia menutupi tubuhnya.

Pada saat itu, apa yang tampak di mataku bukanlah pedang pendek mulus yang biasa terlihat.

Tentu saja, yang muncul bukan pedang kegelapan dengan ukiran yang mengerikan.

Apa yang ada di sana,

Bukan, apa yang tak ada di sana adalah ----------

……………… Itu benar. Tidak ada.


Hal yang seharusnya ada disitu ternyata tidak ada.

Aku sudah sangat sering melihat itu di kehidupanku yang dulu.

Kadang-kadang ada mosaik, dan kadang-kadang tidak ada. Bahwa suatu hari nanti aku ingin merasakan itu yang sesungguhnya, dan membiarkan meriam hitam ku merobek kertas pertahanan lawan ----------- itu lah yang barusan aku lihat.

Sylph adalah.

Dia…… adalah perempuan.

Pikiranku menjadi kosong untuk sesaat.

Apa aku barusan melakukan sesuatu yang tak bisa ditertawakan……?

[Rudeus, apa yang kau lakukan……]

Aku segera mengembalikan kesadaranku. Ada Paul yang sedang berdiri disana. Kapan dia kembali? Apa dia lari kemari setelah ia mendengar teriakan Sylph?

Aku tak bergerak sedikitpun. Paul juga tak bergerak.

Sylph pingsan dan tubuhnya rubuh ke samping, bugil total.

Dan tanganku menggenggam celana dalamnya.

Adik kecilku yang manis berdiri dengan tegak. Aku telah masuk ke dalam situasi yang tak bisa dibenarkan bagaimanapun juga.

Celana dalam yang ada di tanganku jatuh ke lantai.

Ada hujan deras di luar, tapi aku hanya bisa mendengar bunyi celana dalam yang perlahan jatuh.

***

-- Sudut Pandang Paul –

Ketika aku telah selesai dengan pekerjaanku dan sampai di rumah, aku melihat anakku sedang menyerang teman masa kecilnya, seorang anak perempuan.

Aku hampir saja memarahinya tanpa berpikir terlebih dahulu, tapi aku menjadi waspada. Mungkin ada juga alasan yang tersembunyi untuk situasi ini. Kegagalan yang sebelumnya tak boleh aku ulangi. Bagaimanapun, aku menyerahkan gadis kecil yang sedang menangis itu kepada istri dan pembantuku, dan menggunakan kain dan air panas untuk membasuh tubuh anakku.

[Kenapa kau melakukan itu?]

[Aku minta maaf.]

Setahun yang lalu, ketika aku mencoba untuk mendisiplinkan Rudi, dia sama sekali tidak menunjukkan  keinginan untuk meminta maaf, namun kini dia langsung meminta maaf. Sikap yang ia tunjukkan juga lumayan aneh.

[Aku ingin tahu alasannya.]

[Tubuh kami basah kuyup. Aku berpikiran kalau pakaian kami harus segera dilepas……]

[Tapi dia tidak mau?]

[Ya……]

[Ayah kan sudah bilang sebelumnya, kalau kamu harus bersikap lembut terhadap gadis, ya kan?]

Rudeus tak mempunyai satu penjelasan pun. Apa yang aku lakukan ketika aku masih seumuran dengannya?

Aku pikir, aku bakal mengucapkan kalimat seperti [Tapi] dan [Kecuali].

Aku dulu adalah seorang bocah yang selalu mencari alasan. Anakku benar-benar hebat.

[Yah, anak kecil sepertimu pasti bakal merasa tertarik pada hal seperti itu, tapi memaksa itu gak boleh.]

[……………… Ya, maafkan aku. Aku tak akan melakukan itu lagi.]

Aku merasa sedikit kasihan setelah aku melihat anakku, yang sepertinya mengalami syok.

Menyukai wanita, hal itu sudah pasti mengalir dalam darahku. Dulu aku sangat bersemangat dan berenergi, sampai-sampai tiap aku melihat cewek yang manis, aku pasti akan mencoba untuk mendapatkan mereka. Meskipun sekarang aku sudah berhenti seperti itu, di masa lalu aku sama sekali tak mengenal arti kata “menahan diri”.

Hal itu mungkin menjadi turun menurun.

Sangat masuk akal kalau anakku, yang sangat pintar, menderita karena naluri yang ia miliki.

Kenapa aku tak menyadari ini sebelumnya…… Jangan, ini bukan waktunya untuk bersimpati dengannya.

Aku harus mengajarkan pengalamanku kepadanya.

[Kamu seharusnya gak meminta maaf kepada ayah. Kamu harus meminta maaf kepada Sylph. Mengerti?]

[Sylph, erm…… apa dia mau memaafkanku……]

Anakku makin merasa putus asa setelah mengatakan itu.

Kalau dipikir-pikir, anakku sangat dekat dengan temannya itu. Insiden yang terjadi setahun lalu itu juga, terjadi saat ia berusaha untuk melindungi anak itu. Dan pada akhirnya, dia malah dipukul oleh ayahnya sendiri.

Mulai dari saat itu, dia selalu bermain dengan anak itu setiap harinya, dan melindungi anak itu dari gangguan anak-anak lain. Ia tak pernah menghentikan latihan pedang dan sihir, tapi dia selalu meluangkan waktu untuk anak itu. Dan ketika mereka sudah menjadi cukup dekat, ia bahkan memberikan tongkatnya yang berharga dan buku panduan sihir sebagai hadiah.

Aku bisa memahami kenapa dia merasa sedih ketika dia memikirkan tentang kemungkinan bahwa dirinya akan dibenci oleh anak itu.

Aku juga sama. Aku juga akan merasa sedih kalau aku dibenci oleh wanita yang aku sayangi.

Tapi tak usah khawatir nak. Berdasarkan pengalamanku, akan ada kesempatan besar untuk membalik keadaan ini.

[Tak apa, tak usah khawatir. Kamu tak pernah melakukan hal-hal jahat kepadanya sampai sekarang. Kalau kamu meminta maaf dengan tulus, dia pasti akan memaafkanmu.]

Wajah anakku menjadi sedikit lebih cerah.

Anakku itu sangatlah pintar. Meskipun dia berbuat kesalahan seperti ini, aku yakin dia pasti akan berhasil dalam menyelamatkan hubungan yang ia miliki dengan temannya.

Bahkan, dia mungkin akan menggunakan kegagalan ini untuk mendapatkan hati temannya itu.

Reliabilitas yang ia miliki itu benar-benar mengerikan.

Setelah anakku selesai mandi, kalimat utama yang ia ucapkan kepada Sylph adalah:

[Maafkan aku Sylph. Karena rambutmu itu sangat pendek, aku selalu mengira kalau kamu itu cowok!!]

Aku pikir anakku itu adalah seseorang yang sempurna, tapi ternyata dia sangatlah bodoh dalam beberapa area.

Ini adalah pertama kalinya aku memikirkan itu.

***

-- Sudut Pandang Rudeus –

Aku meminta maaf, menghibur, dan memujinya, sebelum akhirnya aku dimaafkan.

Karena Sylph adalah cewek, aku akan memanggilnya Sylphy mulai dari sekarang.

Nama panjangnya sepertinya adalah Sylphiette.

Aku benar-benar mengira bahwa cewek semanis itu adalah cowok. Sepertinya Paul benar-benar kehabisan kata-kata atas kemampuanku untuk membedakan kelamin orang.

Aku tak mengira bahwa insiden [Kau ternyata adalah cewek?!!] akan benar-benar terjadi dalam hidupku.

Mau bagaimana lagi coba? Rambut yang ia miliki bahkan lebih pendek dari rambutku ketika pertama kali kami bertemu. Meskipun rambut pendeknya bukan merupakan gaya rambut yang populer seperti di dunia modern, rambut miliknya tak sependek rambut seorang pendeta. Dia tak pernah sekalipun berpakaian seperti seorang cewek. Kaos dan celana pendek berwarna coklat muda. Hanya itu. Kalau dia mengenakan gaun, aku pasti tak akan keliru.

Nggak…… pikir secara rasional.

Dia di bully oleh anak-anak lain karena warna rambutnya, jadi dia pasti ingin memotong pendek rambutnya agar warna itu tak terlalu terlihat. Karena di bully, dia pasti juga ingin melarikan diri, jadi daripada gaun, celana pendek tentu akan lebih nyaman. Sylphy bukan berasal dari keluarga yang kaya raya, jadi setelah membuat celana pendek, tak akan ada modal yang cukup untuk membuat rok.

Kalau kami bertemu 3 tahun kemudian, aku juga tak mungkin keliru seperti ini.

Aku benar-benar mengira bahwa dia adalah cowok yang manis, dan sebenarnya tak ada satupun tindakan yang ia lakukan seperti apa yang biasa dilakukan seorang cewek.

Kalau saja dia…… Bleh, lupakan.

Apapun yang aku katakan hanya akan menjadi alasan belaka.

Karena sekarang aku sudah tahu bahwa dia adalah cewek, maka sikapku juga harus berubah.

Tiap kali aku melihat Sylphy yang tomboi, aku selalu merasa sedikit aneh.

[Sy-Sylphy benar-benar manis. Bukannya lebih baik kalau rambutmu dipanjangin?]

[Eh……?]

Mungkin jika penampilannya benar-benar berubah, perasaanku juga bisa berubah.

Jadi aku menyarankan itu.

Meskipun Sylphy tak menyukai rambutnya, tapi rambut emeraldnya benar-benar berkilau di bawah sinar matahari. AKu benar-benar berharap agar dia memanjangkan rambutnya. Tambah bagus lagi kalau rambutnya di model kuncir atau twin tail.

[Aku tak mau……]

Tapi sejak hari itu, Sylphy menjadi waspada terhadapku.

Dia terang-terangan menghindariku, khususnya saat hal-hal yang kami lakukan berhubungan dengan kontak fisik.

Aku merasa sedikit terkejut, karena sebelumnya dia adalah orang yang sangat penurut.

[Oh. Kalau begitu ayo kita latihan voiceless incantation hari ini.]

[Oke.]

Aku meluruskan ekspresiku dan menyembunyikan emosiku. Sylphy hanya memiliki aku sebagai temannya, jadi dia hanya bisa bermain denganku. Meskipun dia sedikit merasa keberatan denganku, dia masih mau bermain denganku.

Jadi ya, aku biarkan saja lah untuk hari ini.

***

Saat ini, kemampuanku di dunia ini pada dasarnya sebagai berikut:

Ilmu Pedang

Teknik Sword-God : Elementary
Teknik Water-God : Elementary

Attack Magic

Api : Advanced
Air : Saint
Angin : Advanced
Earth : Advanced

Healing Magic

Heal : Intermediate
Antidote : Elementary

Seperti yang kuduga, Healing Magic juga dikategorisasikan ke dalam 7 tingkatan, dan terdiri dari 4 sistem : Healing(penyembuhan), Barrier(perlindungan), Antidote(penawar), dan Divine Attack(serangan suci).

Tapi tak seperti Attack Magic, tak ada nama keren seperti Fire-Saint atau Water-Saint.

Tapi ada gelar seperti Magic Healer tingkat saint, atau Antidote Healer tingkat saint.

Healing fungsinya sama seperti kedengarannya: sihir yang menyembuhkan luka. Pada mulanya kau hanya akan bisa menyembuhkan lecet, namun kalau kau sudah mencapai tingkat emperor, sepertinya menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang bukanlah hal yang mustahil. Namun, meskipun kau sudah mencapai tingkat God, kau tetap tak akan bisa membangkitkan orang yang sudah mati.

Antidote efeknya juga sama seperti namanya: menetralkan racun atau menyembuhkan sakit. Pada tingkatan yang lebih tinggi, kau bahkan bisa menciptakan racun atau obat-obatan untuk menyembuhkan racun. Sihir yang mampu memberikan efek status tertentu sepertinya memiliki tingkatan Saint atau lebih tinggi, dan sangat sulit untuk dipelajari.

Barrier adalah sihir yang meningkatkan pertahanan, dengan meningkatkan tembok pertahanan. Sederhananya, itu adalah sihir support. Meskipun aku tak terlalu paham dengan detilnya, tapi aku secara kasar tahu kalau barrier bisa meningkatkan kecepatan regenerasi sel tubuh untuk menyembuhkan luka ringan, atau menciptakan zat kimia yang berlebihan di otak untuk mengurangi rasa sakit. Roxy tak mengerti bagaimana cara untuk menggunakannya.

Divina Attack sepertinya adalah sihir yang berguna untuk melawan roh atau ras-ras yang jahat, namun sihir ini menjadi rahasia yang dijaga oleh Divine Priest Fighter. Universitas sihir juga tak mengajarkan sihir ini, jadi Roxy tak terlalu memahaminya.

Meskipun aku tak pernah melihat roh sebelumnya, sepertinya di dunia ini yang namanya hantu itu benar-benar ada.

Kalau kau tak mengerti logikanya, maka kau tak akan bisa menggunakan voiceless incantation. Itu benar-benar merepotkan.

Ditambah lagi, meskipun ada suatu logika terhadap Attack Magic, aku tak tahu kalau sihir lain akan mempunya logika yang berbeda-beda. Walaupun aku tahu bahwa sihir adalah sesuatu yang sepertinya bisa melakukan segala hal, aku tak memiliki ide tentang apa yang harus aku rubah untuk bisa melakukan itu.

Sebagai contoh, membuat suatu benda melayang, atau menariknya ke tanganku, dengan menggunakan kekuatan batinku untuk mengontrolnya.

Aku merasa hal seperti itu bisa ditiru, tapi aku bukanlah seseorang yang mempunyai telekinesis, jadi aku tak mengerti bagaimana caranya untuk melakukan itu.

Sebagai tambahan, aku sangat tidak memahami proses dari penyembuhan luka. Itulah kenapa aku tak bisa menggunakan Healing Magic dengan voiceless incantation. Kalau saja aku memiliki pengetahuan dari seorang dokter, aku mungkin bisa menggunakan itu dengan voiceless incantation.

Berbagai hal yang lain juga mungkin di tiru dengan sihir asal kau tahu detil-detil yang relevan.

Atau mungkin kalau aku berpartisipasi dalam olah raga, ilmu pedangku akan bisa meningkat satu langkah lebih tinggi.

Ketika aku memikirkan itu, aku merasa bahwa di kehidupanku yang dulu, aku benar-benar menyia-nyiakan banyak waktu yang kumiliki.

Tidak.

Waktuku tidak terbuang dengan sia-sia.

Memang benar kalau aku tidak bekerja atau pergi ke sekolah, tapi aku tak selalu tidur, dan aku punya banyak hobi dan memainkan banyak game ketika yang lain sedang sibuk kerja dan belajar.

Pengetahuan, pengalaman, dan cara berpikir yang ku dapat dari bermain game bisa digunakan di dunia ini.

Seharusnya begitu……!!

Meskipun, untuk sekarang itu sama sekali tidak ada gunanya.

***

Ini adalah insiden yang terjadi saat aku sedang latihan dengan Paul.

[Haaaah……]

Aku mendesah.

Aku kira mendesah secara terang-terangan akan membuat Paul marah, tapi nyatanya ia malah tersenyum lebar.

[Haha. Biar kutebak, Rudi. Apa kau merasa sedih karena kau dibenci oleh Sylphiette?]

Aku tak mendesah karena alasan itu.

Tapi meskipun itu bukanlah alasannya, memang benar kalau insiden dengan Sylphy itu merupakan salah satu masalah yang sedang aku alami.

[Itu benar. Ilmu pedangku tak kunjung membaik, dan aku dibenci oleh Sylphy. Tentu saja aku ingin mengeluh.]

Paul tersenyum layaknya Cheshire cat dan menancapkan pedang kayunya ke tanah. Ia menyandarkan tubuhnya ke pedang kayu itu dan memandang remeh diriku.

Hey, hey, tak mungkin kan orang ini akan memperlakukan aku seperti lelucon?

[Ayah bisa membantumu untuk memikirkan sesuatu~]

Dia mengucapkan sesuatu yang tak aku duga.

Pikiranku mulai bekerja seperti jarum jam.

Ayah = Paul = Sangat populer. Zenith bisa dibilang merupakan wanita yang cantik, dan ada juga insiden dengan Nyonya Ada. Bahkan Lilia, yang bokongnya kerap dipegang oleh Paul, kelihatan senang. Apa ada suatu rahasia tertentu agar pria bisa tak dibenci oleh wanita?

Cara hidup offline?

Yah, karena dia adalah orang yang mengajarkan sesuatu dengan menggunakan insting, aku mungkin tak akan bisa memahaminya, tapi tetap saja, aku bisa mempertimbangkan saran yang ia berikan.

[Kalau boleh.]

[Hm, boleh nggak ya, hmmm~]

[Nggak, hey, ngapain kamu mendadak jadi patuh seperti itu?]

[Kalau ayah gak mau kasih tahu, aku akan beritahu ibu soal main mata ayah dengan Lilia.]

[Kali ini malah mengancam…… Tunggu, apa!? Darimana kamu tahu itu!! Oke, aku mengerti. Maaf sudah bersikap sok-sokan.]

Aku cuma menebak-nebak soal itu……

Mungkinkah ----- Perselingkuhan?

Ah biarin lah. Aku sudah bilang kalau pria ini benar-benar populer. Biarkan aku mendengarkan ceramah dari pria populer ini.

[Dengarkan aku, Rudeus. Wanita-]

[Ya.]

[Terkadang suka dengan pria yang kuat, namun mereka juga menyukai kelemahan yang dimiliki oleh pria yang mereka sukai.]

[Oh.]

Aku pernah mendengar hal yang seperti itu sebelumnya. Naluri seorang ibu?

[Kamu hanya pernah menunjukkan kekuatanmu kepada Sylphiette, benarkan?]

[Benarkah? Aku sendiri tak menyadarinya.]

[Coba pikir baik-baik. Kalau kau dipaksa untuk melakukan sesuatu oleh seseorang yang ternyata lebih kuat darimu dan menunjukkan nafsu mereka dengan jelas, apa yang akan terjadi?]

[Aku akan merasa takut.]

[Benar kan?]

Dia sedang mengungkit insiden di hari itu. Ketika Sylph menjadi Sylphy.

[Jadi kamu juga harus menunjukkan sisi lemahmu. Lindungi seseorang dengan sisi kuatmu, sementara itu, biarkan sisi lemahmu dilindungi oleh orang tersebut. Kau harus membangun hubungan yang seperti itu.]

[Oh!!]

Itu sangat mudah untuk dipahami! Itu membuat orang-orang mengira bahwa Paul bukanlah orang yang mengandalkan insting!

Kuat saja itu tidak baik. Lemah saja juga tidak benar. Kau harus menjadi keduanya agar bisa populer!!

[Tapi bagaimana caranya agar aku bisa menunjukkan sisi lemahku?]

[Itu gampang. Bukannya kamu lagi merasa kesulitan sekarang?]

[Ya.]

[Cukup ceritakan masalahmu kepada Sylphiette, dan semuanya akan selesai. Beritahu dia kalau kamu sekarang sedang merasa sedih dan sangat gelisah karena dia menghindarimu.]

[Kemudian apa yang akan terjadi selanjutnya?]

Paul tertawa.

Ia menunjukkan senyum yang berbahaya.

[Kalau semuanya berjalan lancar, dia sendiri yang akan mendekatimu. Bahkan mungkin dia akan menghiburmu. Kemudian kamu akan sembuh dari kegalauanmu. Tak akan ada yang sedih saat kamu kembali bersemangat.]

[!!]

Jadi itu jawabannya. Menggunakan sikapku untuk mengontrol perasaan seseorang……

Menakjubkan. Tapi rencana itu belum tentu berhasil kan?

[B-bagaimana kalau itu gagal?]

[Temui aku lagi. Aku akan mengajarimu langkah selanjutnya.]

Ternyata ada trik kedua. Penipu. Orang ini benar-benar penipu!!

[Aku mengerti. Kalau begitu, aku berangkat!!]

[Silahkan.]

Paul menunjukkan gesture mengusir dengan tangannya. Aku berlari dengan kegelisahan yang membara.

[Apa yang aku ajarkan kepada anakku yang masih berusia 6 tahun……]

Sepertinya ada suara rintih yang terdengar dari belakangku.

***

Aku sampai di pohon besar terlalu cepat. Sylphy masih belum sampai disana.

Aku biasanya membawa pedang kayu dan membasuh tubuhku terlebih dahulu sebelum aku datang kemari, tapi saat ini tubuhku sedang basah kuyup dengan keringat. Apa yang harus ku lakukan? Aku tak punya pilihan lain. Aku harus mulai latihan di dalam pikiranku. Aku mengayunkan pedang kayu ku dan bertarungn dalam pikiranku. Pertama-tama, aku harus menunjukkan kekuatanku. Kemudian kelemahanku. Kelemahan. Bagaimana caranya aku bisa melakukan itu? Itu benar, aku harus membuat diriku tampak sedih. Terus selanjutnya bagaimana? Timingnya, hmm. Haruskah aku melakukannya dengan tiba-tiba? Nah, itu kelihatannya terlalu dipaksa-paksakan. Mungkin aku harus menyesuaikan tindakanku menurut aliran percakapan. Bisakah aku melakukannya? Bukan, aku harus melakukannya.

Aku terus mengayunkan pedangku selagi berpikir dalam kebingungan. Aku tak sadar kapan genggaman tanganku menjadi lemah. Pedang kayu ku menyelinap keluar dari tanganku.

[Guuh……]

Pedang itu mendarat ke tempat dimana Sylphy berada. Pikiranku seketika menjadi kosong.

A-apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku katakan?

[A-ada apa Rudeus……?]

Sylphy melihat ke arahku, matanya tampak heran. Apa, kau bertanya kenapa aku datang kemari?

[Erm, Haa…… haa, aku cuma menyesal karena aku gak bisa melihat ekspresi Sylphy yang manis.]

[B-bukan, maksudku bukan itu. Keringatmu.]

[Haa…… Haaaa…… Ah, keringat? Apa……?]

Aku mendekatinya dengan nafas terengah-engah, namun dia menunjukkan ekspresi ketakutan dan mundur. Sama seperti sebelumnya, dia tak ingin aku mendekatinya dan lebih memilih untuk mundur.

Meskipun aku sangat jatuh cinta kepadamu seperti ini, mengapa kau terus menghindariku seperti ini.

Bercanda.

[……]

Aku menyeka keringat yang ada di dahiku. Nafasku sudah kembali stabil. Bagus.

Aku menunjukkan ekspresi yang penuh dengan penderitaan, meletakkan tanganku di pohon besar, dan bersikap seolah-olah sedang merenungkan diri. Kedua pundakku aku turunkan, dan aku menghela nafas dalam-dalam.

[Hah…… Belakangan ini, Sylphy benar-benar cuek……]

Keheningan bertahan untuk sementara waktu.

Apa itu cukup? Apa itu sudah cukup Paul? Haruskah aku bersikap lebih lemah, atau apakah sikapku kelihatan terlalu dibuat-buat?

[!!]

Tanganku di genggam erat-erat dari belakang. Aku merasakan kehangatan yang lembut di tanganku. Aku menoleh kebelakang, dan ada Sylphy di sana.

W-Woahhh!

Dekat sekali. Sylphy tak pernah menjadi sedekat ini denganku untuk waktu yang sangat lama. Paul-san! Aku berhasil!!

[Karena, belakangan ini Rudeus, sedikit aneh……]

Mmm. Aku juga sadar soal itu.

Tentu saja, belakangan ini aku tak memperlakukan Sylphy sama seperti dahulu.

Dari sudut pandang Sylphy, mungkin sikapku berubah banyak. Seperti seorang pria yang sadar bahwa orang yang ada di hadapannya adalah wanita kaya yang sedang mencari pasangan untuk dinikahi.

Dia pasti akan merasa tak nyaman. Tapi sikap seperti apa yang harus aku gunakan?

Aku tak bisa melakukan itu di masa lalu. Aku sedang sendirian dengan cewek yang manis seperti ini, bagaimana mungkin aku tak merasa tegang?

Cewek muda yang manis dan seumuran denganku. Aku benar-benar tak mengerti cara untuk berteman dengannya.

Kalau aku menggunakan sudut pandang orang dewasa, mungkin kalau Sylphy lebih tua dariku, aku akan bisa menggunakan beberapa pengetahuan yang aku dapatkan dari Eroge untuk mengatasinya. Kalau dia adalah cowok, aku bisa menggunakan pengalaman yang aku dapat ketika aku bersama dengan adikku.

Tapi dia adalah sang osananajimi(teman masa kecil), dan dia adalah cewek. Tentu saja, aku pernah memainkan game hentai yang membuatku menjalin hubungan dengan cewek seperti itu, tapi itu hanyalah delusi belaka. Dan juga, aku tak ingin memiliki hubungan seperti itu dengannya. Sylphy itu terlalu muda.

Dia itu tak termasuk dalam Absolute Terror Field yang aku miliki. (*referensi evangelion)

Sementara ini seperti itu dulu. Tapi aku akan berharap di masa depan nantinya!!

Mari kita kesampingkan itu semua dahulu. Dia adalah anak yang terus di bully. Tak ada orang yang mau membelaku di saat aku di bully, jadi aku ingin menjadi rekannya. Tak peduli dia itu cowok atau cewek, itulah satu-satunya hal yang tak akan berubah. Tapi susah rasanya kalau aku harus memperlakukan Sylphy sama seperti sebelumnya. Aku kan juga cowok, wajar dong kalau aku mau menciptakan hubungan yang bagus dengan cewek-cewek.

Untuk masa depan!!

Urgh…… aku tak mengerti. Apa yang harus kulakukan? Kalau saja tadi aku menanyakan hal-hal seperti ini pada Paul.

[……Maaf, tapi aku sebenarnya nggak membenci Rudeus.]

[S-Sylphy……]

Setelah aku menunjukkan ekspresi seperti orang yang tak ada gunanya, Sylphy mengelus kepalaku.

Dan dia tersenyum lega kepadaku. Senyuman yang lembut.

Detak jantungku berhenti sesaat.

Meskipun sebenarnya ini adalah kesalahanku, dia meminta maaf kepadaku.

Aku menggenggam tangannya erat-erat.

Sylphy, dengan pipinya yang merah karena malu, melihat ke arahku dan berkata.

[Jadi, bisakah kita berteman seperti sebelumnya?]

Efek dari kalimat permintaan yang ia ucapkan ketika memandang ke arahku itu benar-benar kuat.

Cukup kuat untuk membuatku menetapkan hatiku.

Aku sudah memutuskan.

Itu benar, dia berharap agar hubungan kami menjadi seperti biasanya.

Agar hubungan kami menjadi seperti sedia kala, aku harus memperlakukannya sama seperti sebelumnya.

Agar dia tak merasa takut dan canggung, aku harus menyembunyikan fakta bahwa aku adalah cowok agar bisa akur dengannya.

Hanya bisa seperti itu. Aku harus menjadi seperti itu.

Mari kita lakukan.

Seorang protagonis donkan.(insensitif, alias berkulit tebal – kyk ichijou dari nisekoi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar