Selasa, 19 Agustus 2014

Mushoku Tensei 1

[Web Novel 01] Apakah ini Dunia Lain?


Translated by: Yakup

Ketika aku tersadar, yang pertama kali aku rasakan adalah mataku terasa silau.

Cahaya memasuki mataku, dan aku menyipitkan mataku karena merasa tak nyaman.

Ketika aku merasa mataku sudah bisa menyesuaikan dengan terangnya cahaya, aku melihat gadis muda dengan rambut berwarna emas menatapku.

Seorang gadis cantik..... Bukan, seorang wanita cantik akan lebih tepat untuk mendeskripsikannya.

(Siapa?)


Di sisinya, seorang pria dengan rambut coklat dengan umur yang kira-kira sama dengan si wanita menunjukkan senyuman kecil yang kaku.

Seorang pria yang tampak kuat dan arogan. Otot-ototnya luar biasa.

Memiliki rambut coklat, dan bersifat arogan. Melihat orang yang memiliki penampilan seperti seorang berandalan ini, aku harusnya menunjukkan reaksi penolakan, tapi anehnya, tak sedikitpun aku merasa tak nyaman.

Itu mungkin karena warna rambut pria tidak disebabkan oleh pewarna rambut. Itu adalah rambut berwarna coklat alami yang sangat indah.

[-----XX----XXXX]

Wanita itu merekahkan senyuman padaku dan mengatakan sesuatu.

Apa yang ia katakan? Ucapannya terdengar aneh, dan aku tidak mengerti sama sekali.

Apa mungkin dia bukan orang Jepang?

[------XXXXXX----XXXX]

Si pria menunjukkan ekspresi ramah dan menjawab si wanita. Serius deh, apa yang barusan dia ucapkan? Aku tidak mengerti sama sekali.

[-----XX-----XXXX]

Suara orang ketiga terdengar dari suatu tempat.

Aku tidak bisa melihatnya.

Aku mencoba untuk duduk, dan bertanya pada mereka "Dimana tempat ini, dan siapa kalian?"

Meskipun aku seorang hikikomori, aku masih bisa berkomunikasi dengan orang lain.

Aku masih bisa melakukan sesuatu seperti ini.

[Ah, Ah-------]

Tapi, apa yang keluar dari mulutku, aku tak mengerti dengan jelas, entah itu adalah erangan atau hanya nafas berat.

Tubuhku tidak bisa digerakkan.

Aku merasakan sensasi dari jari-jari dan pergelangan tanganku, tapi aku tidak bisa menggerakan tubuh atasku.

[XXX--XXXXXX]

Pada akhirnya, pria itu mengangkatku.

Ini bercanda, kan? Berat badanku yang lebih dari 100kg, diangkat begitu mu....

Tidak, mungkin aku koma selama lebih dari puluhan hari, dan itu membuat berat badanku turun drastis.

Dari insiden besar semacam itu, kemungkinan untuk kehilangan tangan atau kaki sangat tinggi.

[Takdir yang lebih buruk daripada mati, hah....]

Pada hari itu.

Itu adalah pikiranku.

***

Sebulan berlalu.

Sepertinya aku bereinkarnasi.

Aku akhirnya menyadari fakta ini.

Aku menjadi bayi.

Ketika aku digendong, dan tubuhku sendiri masuk ke dalam sudut pandangku, aku menyadari fakta ini.

Meskipun aku tidak tahu kenapa aku masih punya ingatan masa laluku, aku pikir itu bukanlah hal yang buruk.

Tetap memiliki ingatan setelah mengalami reinkarnasi---- Semua orang, pasti akan pernah memiliki khayalan seperti itu setidaknya sekali dalam seumur hidup.

Tapi aku tak mengira bahwa khayalan seperti itu akan menjadi kenyataan....

Dua orang pertama yang aku lihat ketika aku membuka mataku, kelihatannya adalah orang tuaku.

Umur mereka mungkin sekitar 20 tahun paruh pertama. Mereka jelas-jelas lebih muda dari diriku di kehidupan dahulu.

Dari sudut pandang seseorang yang berumur 34 tahun, memanggil mereka kaum remaja tidaklah salah.

Mempunyai anak pada umur segitu, benar-benar membuat orang-orang iri pada mereka.

Aku sudah menyadarinya dari awal, tapi sepertinya tempat ini bukan Jepang.

Bahasanya berbeda, wajah orang tuaku tidak terlihat seperti orang Jepang, dan pakaian merekapun terlihat seperti berasal dari kampung.

Aku tidak bisa melihat apapun yang mendekati perangkat elektronik (Orang yang mengenakan pakaian seperti maid menggunakan kain untuk membersihkan barang-barang), dan berbagai peralatan seperti mangkuk dan furnitur, semuanya terbuat dari kayu secara kasar. Tempat ini mungkin bukan sebuah negara yang maju dan berkembang.

Tentunya, masih ada kemungkinan kalau mereka ternyata sangatlah miskin dan tak bisa membayar biaya listrik.

..... Mungkin, teori itu yang memiliki kemungkinan paling tinggi?

Karena ada seseorang yang terlihat seperti pembantu, aku pikir mereka pasti punya uang, tapi jika pembantu itu adalah orang yang memiliki hubungan saudara dari pihak ayah atau ibu, maka itu tidaklah aneh. Membersihkan rumah adalah hal yang sangat normal.

Aku pasti ingin memulai hidupku dari awal, tapi tinggal di keluarga yang tidak bisa membayar tagihan listrik, membuatku sangat gelisah.

***

Setengah tahun berlalu.

Dalam setengah tahun ini, dengan mendengarkan percakapan orang tuaku, aku mulai mengerti  tentang berbagai hal sedikit demi sedikit.

Hasil ujian bahasa inggrisku tidak bisa dianggap bagus, tapi [mempelajari bahasa asing akan jadi lambat ketika kau dikelilingi oleh orang yang menggunakan bahasamu sendiri], kelihatannya peribahasa itu benar. Atau bisa jadi, bahwa pemikiran yang dimiliki oleh tubuh ini sangatlah bagus. Karena masih muda, aku bisa mengingat berbagai hal dengan cepat.

Saat ini, aku sudah bisa merangkak.

Bisa berjalan merupakan hal yang menyenangkan.

Aku tidak pernah merasa berterimakasih seperti ini, hanya gara-gara aku bisa bergerak.

[Jika aku hanya mengalihkan mataku sedetik saja, dia akan berlari ke tempat lain.]

[Bukankah itu bagus kalau dia anak yang aktif. Aku khawatir setengah mati ketika dia tidak menangis sama sekali ketika dia dilahirkan.]

[Dia bahkan tidak pernah menangis sampai sekarang.]

Kata orang tuaku, ketika mereka melihatku merangkak kemana-mana.

Setidaknya aku tidak pada usia ketika aku akan menangis keras ketika aku lapar.

Tapi, meskipun aku mencoba untuk menahannya, barang yang berada dibawah masih akan bocor, jadi aku hanya meninggalkan hal itu sendiri seperti apa adanya.

Meskipun aku hanya bisa merangkak, aku sudah bisa memahami cukup banyak hal.

Pertama-tama, keluarga ini, cukup kaya.

Rumah ini memiliki 2 tingkat dan terbuat dari kayu, dan ada lebih dari 5 ruangan. Ada juga satu pembantu yang dipekerjakan.

Pada awalnya aku pikir pembantu itu adalah bibiku atau sejenisnya, tapi rasa hormat yang ia tunjukkan kepada orang tuaku, membuatnya terlihat kalau ia sebenarnya bukan berasal dari keluarga.

Tempat ini adalah sebuah desa.

Dari pemandangan diluar jendela, aku bisa melihat pemandangan desa yang tenang.

Rumah yang lain tersebar disekitar, dan satu sisi ladang gandum mempunyai 2 atau 3 keluarga yang tinggal disana.

Tempat yang sangat terpencil. Kabel listrik, lampu, atau segala hal sejenis itu tidak bisa terlihat. Mungkin karena tidak ada generator listrik di dekat sini.

Meskipun aku dengar ada negara asing yang menempatkan kabel listrik mereka dibawah tanah, tapi semisal hal itu diterapkan disini, aneh juga rasanya kalau rumah ini tidak mempunyai listrik.

Desa ini benar-benar terlalu terpencil. Itu membuatku, yang telah direndam oleh gelombang peradaban modern, sangat menderita. Meskipun aku telah bereinkarnasi, aku masih tetap ingin punya komputer pribadi.

Pikiranku yang seperti itu berakhir pada suatu sore hari.

Aku yang sedang tak punya kerjaan ingin mengagumi pemandangan sawah, memanjat ke kursi seperti biasa, menatap keluar jendela, dan terkejut.

Ayah sedang mengayun-ayunkan sebilah pedang di halaman rumah.

[Eh, apa? Apa yang dia lakukan?]

Orang yang sudah begitu tua dan masih mengayunkan pedang itu adalah ayahku? Chunnibyou?

[Ah, sial...]

Karena terkejut, aku terjatuh dari kursi.

Tanganku yang masih belum cukup besar berhasil meraih kursi, tapi tanganku tak mampu menopang tubuhku, dan kepalaku yang lebih berat terbentur ke tanah terlebih dahulu.

[Kyaa!]

Aku mendengar jeritan, saat aku membentur lantai.

Pakaian yang baru saja dicuci jatuh dari tangan ibuku, dan ia meletakkan kedua tangannya dihadapan mulutnya, sambil memandangku dengan wajah putih pucat.

[Rudei! Apa kau baik-baik saja!?]

Ibuku bergegas ke arahku, dan mengangkatku.

Setelah bertukar pandang, ia merasa lega dan mengelus dadanya.

[.... Ah, kau kelihatannya baik-baik saja.]

(Nyonya, menggerakkan seseorang setelah kepala mereka menerima benturan itu tidak baik.)

Aku memberinya saran  di dalam hatiku.

Dari sikap cemas yang ia tunjukkan, cara aku terjatuh ternyata cukup berbahaya.

Sangatlah mungkin aku menjadi idiot karena kepalaku terbentur. Nah, mungkin tidak akan ada perbedaan meski aku jadi idiot.

Kalau dipikir-pikir, ada rasa nyeri di belakang kepalaku. Yah, aku berhasil mengurangi kecepatan jatuh ku dengan meraih kursi.

Dari reaksi ibuku yang tidak terlalu panik, seharusnya tidak ada darah sedikitpun yang keluar. Kemungkinan kepalaku hanya bengkak.

Ibu mengamati kepalaku dengan cermat.

Ekpresinya seolah-olah mengatakan, jika ada luka itu akan jadi serius.

Akhirnya, ia menaruh tangannya di atas kepalaku.

[Untuk jaga-jaga.... Biarkan kuasa Tuhan diubah menjadi rejeki yang melimpah, dan diberikan pada orang yang telah kehilangan kekuatan mereka agar bisa bangkit sekali lagi, HEALING]

Aku hampir tertawa ngakak.

Hey, hey, apakah ini ini [Sakit, sakit, cepatlah pergi] versi negeri ini?

Ataukah, tak hanya ayahku yang pendekar pedang, namun ibuku juga seorang chunnibyou?

Pernikahan antara warrior dan cleric?

Saat aku memikirkan itu.

Tangan ibuku memancarkan cahaya kecil, dan dalam sekejap, rasa sakitku menghilang.

(.... Eh?)

[Lihat, sekarang udah gak sakit. Begini-begini, ibumu ini dulu petualang yang lumayan terkenal lho.]

Ucap ibuku dengan penuh bangga.

Pikiranku langsung jatuh ke dalam kekacauan.

Pedang, warrior, petualang, healing, chanting, cleric. Semua kata-kata ini berenang di kepalaku.

Sebenarnya apa yang tadi itu? Apa yang baru saja ia lakukan?

[Ada apa?]

Ayahku melihat kedalam jendela dari luar, ketika dia mendengar teriakan ibuku.

Karena barusan berlatih pedang, seluruh tubuhnya basah kuyup dengan keringat.

[Dengarkan aku sayang, anak kita Rudei, sebenarnya memanjat ke atas kursi.... Hari ini dia nyaris mendapatkan luka berat.]

[Ya bagus dong, gak baik kalau anak laki-laki gak aktif.]

Ibu yang sedikit khawatir, dan ayah yang tak menganggap anaknya terjatuh sebagai masalah besar dan menenangkan sang istri.

Sebuah peristiwa yang biasa terlihat di mana-mana.

Tapi, mungkin karena bagian belakang kepalaku ketatap tanah terlebih dahulu, ibuku tak begitu saja merasa tenang.

[Sebentar sayang. Anak ini bahkan belum mencapai setahun sejak dia dilahirkan. Bisa tidak kau khawatir sedikit saja!]

[Meskipun kau mengatakan itu, anak kecil yang jatuh waktu dia bermain itu wajar. Dengan begitu dia akan menjadi sehat. Disamping itu, meskipun dia terluka, bukankah tak akan ada masalah kalau kau merawat dia.]

[Tapi aku benar-benar khawatir, kalau aku memikirkan dia mendapatkan luka berat dan aku tidak mampu menyembuhkan dia.....]

[Dia akan baik-baik saja]

Ayahku mengucapkan itu, dan kemudian ia memeluk ibu dengat erat.

Wajah ibuku memerah.

[Aku khawatir ketika dia tidak menangis sama sekali saat ia baru lahir. Tapi jika dia begitu nakal seperti ini, aku rasa dia akan baik-baik saja.....]

Ayahku mencium ibuku.

Hey, hey, kalian menunjukan ini padaku dengan sengaja kan, hey, kalian berdua?

Kemudian, mereka berdua meletakkanku ke kamar sebelah untuk tidur, kemudian mereka naik ke lantai dua, dan bekerja keras untuk membuat adik-adik baru untukku.

Meskipun kalian berdua pergi ke lantai dua, aku masih bisa mendengar suara nyan nyan, apes banget dah.

(Tapi, sihir huh....)

***

Setelah itu, aku mulai memperhatikan percakapan antara orang tuaku dan si pembantu.

Walhasil, aku menemukan banyak istilah yang tidak pernah aku dengar sebelumnya.

Terutama soal nama negara, nama distrik, dan berbagai nama tempat.

Juga ada beberapa kata benda yang aku tidak pernah dengar sebelumnya.

Mungkinkah tempat ini....

Tidak, aku yakin itu.

Ini bukan Bumi, tapi dunia yang lain.

Sebuah dunia berbeda yang mempunyai pedang dan sihir didalamnya.

Pada detik ini, aku mendapat inspirasi.

............ Jika di dunia ini, mungkin aku bisa mencapainya.

Jika ini dunia yang memiliki pedang dan sihir, dunia yang berbeda dari akal sehat, mungkin aku bisa melakukannya.

Hidup seperti orang normal, bekerja keras seperti orang normal. Sekalipun aku terjatuh, aku masih bisa bangkit, dan menjalani hidupku sepenuhnya.

Ketika aku mati di kehidupanku yang sebelumnya, hatiku hanya penuh oleh rasa penyesalan.

Mati dengan kegelisahan yang tiada tara dikarenakan ketidakberdayaanku, dan juga karena aku tak bisa meraih apapun ketika aku masih hidup.

Tapi bagi aku yang mengalami semua itu, dengan menyimpan pengetahuan dan pengalaman yang kudapat dari hidupku yang sebelumnya, mungkin aku benar-benar bisa melakukan itu.

Untuk menjalani hidup dengan serius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar